“TINGKAT KESADARAN MAHASISWI PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PROFESI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS TERKAIT PENTINGNYA EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN SEDARI USIA DINI”
Oleh : Kelompok 5
Padang (18/12) — Kesehatan reproduksi perempuan merupakan isu yang krusial dalam konteks pembangunan kesehatan global, bahkan masih sangat terasa tabu di Indonesia. Keadaan ini tidaklah mengherankan mengingat pendidikan seksual yang disediakan masih tergolong sangat minim. Padahal sebenarnya menjaga kesehatan reproduksi sangat penting dan harus mulai diajarkan kepada anak sejak dini. Kesehatan reproduksi merupakan aspek penting dalam kehidupan perempuan, yang mencakup kesejahteraan fisik, mental, dan sosial terkait sistem reproduksi. Edukasi ini sangat penting untuk mencegah berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak direncanakan. Pengetahuan yang baik membantu perempuan mengenali sistem reproduksi mereka, menjaga kebersihan dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksi nya.
Kesehatan reproduksi perempuan melibatkan berbagai faktor, termasuk kebersihan, deteksi dini penyakit, dan pemahaman tentang siklus menstruasi. Selain itu, edukasi ini dapat meningkatkan keseimbangan emosi dan mengurangi stigma seputar kesehatan reproduksi, sehingga perempuan lebih terbuka untuk mencari bantuan medis. Dengan demikian, pendidikan kesehatan reproduksi berkontribusi pada perkembangan individu yang sehat dan berdaya. Di Indonesia, tingkat pengetahuan dan kesadaran mengenai kesehatan reproduksi khususnya perempuan masih tergolong rendah, hal ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Oleh karena itu, edukasi kesehatan reproduksi yang komprehensif sejak usia dini sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mahasiswi tentang isu-isu kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial secara harfiah yang berhubungan dengan seluk beluk kesehatan wanita mulai dari bayi sampai lansia yang membahas tentang adanya penyakit atau terganggunya fungsi sistem reproduksi dan prosesnya sehingga bisa menimbulkan masalah kesehatan, hal ini menjadi sangat penting dan modal utama untuk dapat mencetak generasi penerus yang berkualitas yang akan memajukan bangsa. Menurut WHO dan DEPKES, kesehatan reproduksi mencakup kesejahteraan fisik, mental, dan sosial, serta berhubungan dengan fungsi dan sistem reproduksi. Oleh karena itu, Kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi wanita dengan menjaga Personal Hygiene menjadi tindakan yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang baik secara fisik dan psikologis
Masalah kesehatan global yang harus ditangani dengan saksama adalah masalah reproduksi. Perempuan usia muda seringkali menghadapi tantangan besar terkait kesehatan reproduksi. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang kesehatan reproduksi dapat berdampak fatal. Dalam konteks kesehatan global, pendidikan kesehatan reproduksi merupakan investasi penting yang dapat menghasilkan dampak positif yang signifikan. Dengan menyediakan informasi yang akurat dan pendidikan yang berkualitas, Mahasiswi Kebidanan dapat memahami bahwa mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membuat keputusan yang lebih baik bagi kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri.
Berdasarkan hasil survei yang penulis dapatkan, tingkat kesadaran Mahasiswi Kebidanan terhadap kesehatan reproduksi cenderung bervariasi. Terdapat 31 responden dari berbagai angkatan hingga profesi dan mayoritas responden adalah mahasiswi yang sudah mengetahui terkait informasi kesehatan reproduksi. Responden juga mengatakan bahwa kesehatan reproduksi identik dengan kebersihan organ-organ reproduksi yang terjaga dan tidak memunculkan tanda-tanda gejala masalah. Seluruh responden telah menjawab dengan baik terkait kesehatan reproduksi perempuan dengan pemahaman yang mereka miliki. Salah satu responden juga menyebutkan bahwasannya organ reproduksi yang sehat akan meningkatkan peluang kesuburan untuk mendukung kehamilan yang sehat dan juga menjaga kondisi fisik agar tetap stabil. Telah diketahui juga bahwa sebagian besar responden telah menjaga kesehatan organ reproduksinya dengan melakukan kebiasaan yang bersih seperti menjaga kebersihan area vital dan dengan mengonsumsi makanan yang sehat pula.
Kemudian dari hasil survei yang dilakukan juga menunjukkan perbedaan pendapat mengenai usia yang tepat untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi pada perempuan. Sebagian besar responden berpendapat bahwa usia sekolah dasar (SD) adalah waktu yang tepat, sementara beberapa lainnya menyarankan masa remaja awal atau bahkan sedini mungkin. Banyak responden yang menerima edukasi ini selama masa sekolah (SD, SMP, dan SMA), serta melalui seminar, kuliah, dan sosialisasi puskesmas. Namun, hanya sedikit yang mendapat edukasi dari orang tua atau keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi kesehatan reproduksi tidak hanya penting untuk anak, tetapi juga perlu diberikan kepada orang tua dan keluarga sebagai dasar dalam menjaga kesehatan organ reproduksi.
Selain itu, peneliti juga menemukan tanggapan dari hasil kuesioner oleh Mahasiswi Kebidanan angkatan 2022, Nessa Fisi Eka Putri, yang mengemukakan bahwa dampak dari perempuan yang kurang terpapar edukasi kesehatan reproduksi adalah akan banyak sekali kerugian yang terjadi, seperti kerugian biaya untuk pengobatan, kerugian diri sendiri karena merasakan efek tidak menjaga kebersihan dll. Maka upaya yang dilakukan untuk menggalakkan edukasi kesehatan reproduksi sedari usia dini di kalangan perempuan menurut Nessa yaitu dengan membuat sebuah edukasi penyuluhan di sekolah-sekolah dan membuat iklan animasi atau video di jejaring online.
Berdasarkan hasil survei, sebagian responden melaporkan telah menemukan masalah kesehatan reproduksi perempuan di sekitar mereka, baik di masyarakat, fasilitas kesehatan, maupun melalui media sosial. Namun, beberapa responden lainnya belum pernah menemui masalah serupa. Semua responden sepakat bahwa edukasi kesehatan reproduksi perempuan sangat penting untuk diajarkan kepada seluruh kalangan perempuan. Edukasi ini dianggap dapat mengurangi risiko masalah kesehatan reproduksi, menurunkan angka kematian ibu dan bayi, serta mencegah komplikasi kesehatan di masa depan. Menurut, Shevina Khalisha Azzahra, Mahasiswi Kebidanan angkatan 2023, menyatakan bahwa edukasi ini membantu membangun kesadaran, mencegah misinformasi, dan meningkatkan pola hidup sehat. Selain itu, responden juga menyebutkan bahwa perempuan yang kurang terpapar edukasi ini cenderung tidak tahu kondisi kesehatan reproduksi mereka, yang dapat menghambat deteksi dini masalah kesehatan dan memperburuk kondisi jika penanganan terlambat.