Ada tiga hal dalam pedoman hidup, yaitu wirya, arta, dan winasis. Wirya adalah keluhuran atau kekuasaan, arta adalah harta, dan winasis adalah ilmu pengetahuan. Apabila salah satu dari tiga hal tersebut tidak dapat diraih, maka habislah harga diri manusia yang lebih berharga dari daun jati kering dan pada akhirnya hanya akan mendapatkan derita yakni jadi pengemis dan terlunta-lunta (Wibawa, 2010) Wirya adalah kekuasaan, keluhuran, dan keperwiraan (Mardiwarsito, 1990). Orang yang luhur maerupakan orang yang akan dihormati orang banyak.
Dalam kepemimpinan KGPAA Mangkunegara IV memiliki tiga konsep kepemimpinan, yakni :
- Nistha yang berarti mikir dirinya sendiri dan kelompoknya sendiri.
- Madya yang berarti mengetahui kewajiban dengan baik dan hak yang diambil.
- Utama yang berarti istimewa, tanpa pamrih, yang melampaui keutamaannya
Dalam konsep kepemimpinan KGPAA Mangkunegara IV yang memiliki arti pemimpin menjalankan kewajibannya dengan baik dan berkorban demi kesejahteraan masyarakat yang dipimpinnya tanpa memikirkan hak yang diambil. Dalam kepemimpinan Jawa terdapat kebiasaan yang dapat di terapkan dalam konsep tatanan moral. Terdapat lima poin dalam konsep ini yaitu :
- Aja Dumeh artinya jangan sombong dan seenaknya dalam memimpin.
- Aja Gumunan artinya jangan mudah kagum dengan apapun.
- Aja Kagetan artinya jangan mudah terkejut dengan apapun yang terjadi.
- Prasojo/Prasaja artinya memiliki kesederhanaan dan selalu berkecukupan.
- Manjing Ajur Ajer artinya bergabunglah dengan tulus kepada seluruh masyarakat. tidak membeda-bedakan masyarakat dengan kasta.
Didalam kehidupan Jawa batin atau rasa sangatlah berperan, berikut merupakan kemampuan seorang pemimpin yakni menguasai Raos Gesang (Rasa Hidup), oleh Ki Ageng  Surya mentaram yakni menghidupkan rasa. Terdapat empat konsep kemampuan yakni :
- Bisa rumangsa, ojo rumangsa bisa artinya jangan merasa bisa tetapi bisalah merasa. Seorang pemimpin wajib bisa merasa atau berempati terhadap orang sekitarnya, bukan merasa bisa atau sombong terhadap apa yang dikerjakannya.
- Angrasa Wani artinya berani dalam bersikap dan mengambil risiko. Seorang pemimpin wajib tegas dalam bertindak dan berani untuk memutuskan sesuatu walaupun keputusan tersebut memiliki risiko.
- Angrasa Kleru artinya ksatria. Seorang pemimpin wajib berani untuk mengakui kesalahannya terhadap masyarakat dan memperbaiki kesalahannya.
- Bener Tur Pener artinya kebenaran haruslah diungkapkan dengan cara yang benar.
Seseorang akan dihormati karena kelebihannya, bukan karena kekuasaannya yang sewenang-wenang. Kuasa bukan berarti dapat melakukan apa saja, yang kehendaknya harus dituruti oleh semua orang serta ada yang melayani dimana saja dan kapan saja. Kekuasaan haruslah digunakan dengan sebaik-baiknya. Seseorang memegang legitimate power merupakan pemegang kekuasaan yang sah menurut peraturan perundang-undangan. Itulah amanah yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Arta yang memiliki arti sempit yaitu uang. Arta merupakan harta (Purwadi, 2005). Apapun bentuk harta kita, baik itu berupa benda bergerak ataupun tidak bergerak, yang bisa berbunyi ataupun yang tidak bisa berbunyi dapat disebut dengan harta.
Dalam memahami Serat Wedhatama janganlah sekali-kali mengartikan harta sebagai tujuan. Disini harta adalah alat untuk mencapai sebuah tujuan. Keluarga harus mempunyai harta supaya roda kehidupan rumah tangga dapat berjalan dengan lancar, anak-anak gizinya baik dan sekolah sampai selesai serta menjadi orang berguna di kemudian hari.
Winasis berasal dari kata Wasis yang artinya pandai. Winasis berarti orang pandai. Hal pertama, untuk dapat meraih kedudukan yang baik yakni seseorang harus bekerja tanpa mengenal pamrih dimana pun ia berada. Hal kedua, bagaimana orang harus meraih kekayaan yakni dengan kerja keras. Hal ketiga yang harus dicapai yakni kepandaian, atau menuntut ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan. Selanjutnya, pemimpin disarankan agar gemar terbenam dalam kesepian (bertapa), di saat-saat tertentu untuk mempertajam dan membersihkan budi, memenuhi tugasnya sebagai satria, berbuat susila, rendah hati, serta pandai menyejukkan hati pada sesama (Wibawa, 2010). Menurut Mangkunegara IV, seseorang itu haruslah pandai. Tidak mungkin wirya kalau tidak wasis. Untuk dapat menjadi wasis harus punya ilmu, dan menuntut ilmu itu tidaklah gampang.
Dalam Serat Wedhatama tidak tercatat secara spesifik keterkaitan antara Kepemimpinan Serat Wedhatama dengan upaya pencegahan korupsi yang dipimpin oleh KGPAA Mangkunegara IV dalam berbagai referensi yang ada. Tetapi Serat Wedhatama memberikan ajaran tentang perilaku dan cara beretika yang baik untuk menjadi seorang pemimpin yang baik yang mencakup nilai kerendah hatian, sabar, dan taat dalam beragama menurut ajaran Jawa.
Meskipun ajaran ini memiliki nilai moral yang baik tetapi tidak ada referensi langsung yang secara khusus diterapkan untuk upaya pencegahan korupsi. Pencegahan korupsi merupakan tundakan untuk memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya penyelidikan, penyidikan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Sifat kepemimpinan dalam serat whedhatama seperti rendah hati dan sabar yang terdapat dalam kepemimpinan, yang bertujuan untuk menjadikan pemimpin yang meminimalisir korupsi pada pemerintahan dan masa KGPAA Mangkunegara IV.
Mengapa kita perlu ajaran Kepemimpinan Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV ?