Gambar 1.1. Kirab Kebo BuleÂ
Sumber : Ginda Ferachtriawan
Solo atau Surakarta adalah kota yang masih kental dengan budaya dan tradisinya. Keraton yang paling tua di Indonesia yang masih memiliki pengaruh besar pada sejumlah masyarakat dan masih lengkap dengan tata cara kehidupan keratonnya adalah Keraton Kasunanan Surakarta. Di antara contohnya adalah kegiatan Kirab atau Arak-Arakan Kebo Bule pada Malam Satu Suro di Keraton Kasunanan Surakarta. Malam satu suro merupakan bulan pertama di kalender Jawa, biasanya orang-orang menganggap malam satu suro sebagai malam sakral atau keramat. Di Keraton Kasunanan Surakarta itu sendiri, biasanya merayakan malam satu suro dengan iring-iringan atau kirab benda pusaka dan kebo bule. Kebo Bule atau Kerbau Bule adalah kerbau jenis albino yang dinamai dengan Kebo Bule Kyai Slamet. Kebo bule tersebut ditugaskan sebagai cucuk lampah memimpin di barisan paling depan.
Gambar 1.2. Setelan Pakaian
Sumber : Ika Rizki Hapsari
Untuk pakaian, mereka diharuskan untuk mengenakan pakaian adat Jawa. Bagi pria mengenakan pakaian beskap berwarna hitam, topi blangkon, dan jarik. Lalu bagi yang putri atau perempuan, menggunakan pakaian kebaya berwarna hitam, jarik, dan sanggulan. Namun, bagi wanita tidak diperbolehkan untuk mengenakan kebaya berbahan beludru. Serta harus memperhatikan motif kain jarik, karena ada beberapa ketentuan motif kain batik yang tidak diperbolehkan untuk dikenakan di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta, misalnya motif batik parang. Kemudian, bagian yang terpenting adalah  peserta diwajibkan untuk memakai samir. Samir merupakan salah satu syarat kelengkapan berpakaian bagi abdi dalem keraton yang berwarna kuning dan berbentuk seperti selempang kecil yang biasanya digunakan di leher. Di Keraton Kasunanan Surakarta, samir yang sedang digunakan abdi dalem merupakan sebuah penanda bahwa mereka sedang menjalankan tugas dan samir digunakan sebagai izin masuk ke keraton. Sumpingan Gajah Oling atau rangkaian dari bunga jenis melati juga wajib dipakai di telinga oleh mereka yang sedang ditugaskan untuk membawa benda pusaka. Obor pawai dan lentera pijar dibawa oleh peserta yang tidak ditugaskan membawa benda pusaka untuk memberi penerangan bagi rombongan arak-arakan.
Gambar 1.3. Barisan Arak-Arakan
Sumber : Ika Rizki Hapsari