Mohon tunggu...
Chesaria Eka Rizky Ridlonia
Chesaria Eka Rizky Ridlonia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ajak Pelaku UMKM Bertransformasi walau di Tengah Pandemi Covid-19 Melalui Manajemen Produksi dan Pemasaran

7 September 2021   10:45 Diperbarui: 7 September 2021   11:43 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 4. Tampilan akun Instagram @bolduser_| Dokumentasi pribadi

Jember, Jawa Timur -- Tak terasa sudah hampir tiga puluh hari akan terlewati. Dimulai pada tanggal 11 Agustus 2021 silam, mahasiswa Universitas Jember telah melaksanakan Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back To Village (BTV) III, hingga akan berakhir sesaat lagi pada tanggal 9 September 2021. Berbagai kegiatan pemberdayaan selama kurang lebih satu bulan lamanya telah dilakukan oleh mahasiswa KKN BTV III di daerahnya masing-masing. Hal ini merupakan bentuk implementasi dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Dengan adanya pandemi Covid-19 yang masih terus hadir di tengah kehidupan kita, maka Universitas Jember berinisiatif untuk mengambil langkah baru untuk menyusun strategi terkait bagaimana mahasiswa Universitas Jember tetap dapat melaksanakan KKN walaupun di tengah kondisi pandemi seperti yang dirasakan saat ini, namun dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 

Akhirnya dengan adanya keputusan bersama yang dilakukan oleh beberapa pihak, maka Universitas Jember memutuskan untuk tetap melaksanakan KKN namun dengan tema 'Back to Village', yang artinya mahasiswa KKN diharuskan untuk dapat memberikan sumbangsih terhadap seseorang atau sekelompok yang terdapat di daerah tempat tinggalnya untuk diberdayakan sesuai dengan fokus tematik masing-masing mahasiswa.

Gambar 2. Berfoto bersama Ibu Kusmiati selaku pemilik usaha mikro 'BOLDUSER' beserta tampilan produk sebelum diinovasi dan sesudah diinovasi| Dokumentasi pribadi
Gambar 2. Berfoto bersama Ibu Kusmiati selaku pemilik usaha mikro 'BOLDUSER' beserta tampilan produk sebelum diinovasi dan sesudah diinovasi| Dokumentasi pribadi

Seperti yang telah dilakukan oleh saya, Chesaria Eka Rizky Ridlonia, sebagai salah satu mahasiswa KKN BTV III dari kelompok 23, dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Ir. Sigit Prastowo, MP. Dalam kegiatan KKN BTV III ini, saya mengambil tematik terkait pemberdayaan wirausaha masyarakat terdampak pandemi Covid-19, yang tepatnya pada usaha mikro jemblem Ibu Kusmiati, yang saat ini telah memiliki brand bernama 'BOLDUSER', yang merupakan singkatan dari 'Bola-Bola Ubi Dleser'. Lokasi pemberdayaan yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa tersebut berada di Kelurahan Patrang, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember.

Awalnya saya ingin memberdayakan usaha mikro tersebut melalui empat aspek manajemen, yang terdiri dari manajemen produksi, pemasara, sumber daya manusia, dan keuangan. Namun karena kegiatan KKN ini hanya berlangsung selama tiga puluh hari atau satu bulan, sehingga tidak memungkinkan jika saya melakukan pemberdayaan dari seluruh aspek bisnis dalam waktu yang sekejap. Sehingga karena adanya keterbatasan waktu, saya memutuskan untuk melaksanakan pemberdayaan usaha mikro jemblem Ibu Kusmiati dari dua aspek manajemen saja, yaitu manajemen produksi dan pemasaran.

Gambar 3. Perbandingan isi dan tampilan 'BOLDUSER' sebelum dan sesudah diinovasi| Dokumentasi pribadi
Gambar 3. Perbandingan isi dan tampilan 'BOLDUSER' sebelum dan sesudah diinovasi| Dokumentasi pribadi

Hasil dari manajemen produksi yang meliputi inovasi produk berupa diversifikasi produk, dapat saya jalankan sesuai rencana. Diversifikasi produk yang dilakukan adalah dengan mencoba membuat varian rasa yang baru beserta bentuk tampilan jemblem yang baru. Yang awalnya hanya terdapat rasa utama seperti layaknya jemblem pada umumnya yaitu gula merah, maka dengan adanya saya sebagai pelaksana KKN yang bertugas untuk membantu memberdayakan usaha mikro jemblem Ibu Kusmiati memberikan saran untuk mencoba menambahkan varian rasa baru yaitu coklat dan keju. 

Alasan saya memilih dua rasa tersebut, karena dua rasa tersebut yang selalu best seller ketika rasa tersebut ada di dalam suatu makanan. Sehingga saya menyarankan kepada Ibu Kusmiati untuk menambahkan varian rasa tersebut. Tak terduga, ternyata Ibu Kusmiati sangat tertarik dan setuju untuk menambah varian rasa dari jemblemnya. Alhasil Ibu Kusmiati juga memberikan pendapat untuk menambah varian rasa menjadi tujuh rasa, yaitu original (tanpa isi), gula merah, coklat, nanas, blueberry, abon, dan keju. 

Selain itu, saya juga menyarankan untuk mencoba membuat bentuk tampilan jemblem yang baru, yang awalnya jemblem hanya terdiri dari singkong saja, namun saya mencoba untuk menyarankan singkong tersebut diberi tambahan margarin atau keju dan dibaluri oleh tepung roti, agar rasa jemblemnya terasa lebih gurih dan renyah. Alhamdulillah, Ibu Kusmiati sangat setuju dengan apa yang saya rasakan. Sehingga dari mulainya kegiatan KKN ini dilaksanakan, Ibu Kusmiati dapat menjual jemblemnya yang telah mendapatkan inovasi produk oleh pelaksana KKN. Dengan dilakukan inovasi produk berupa diversifikasi, usaha mikro jemblem Ibu Kusmiati mengalami peningkatan penjualan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun