Kekecewaan sering terjadi dalam fenomena ini, Ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin namun tersingkirkan oleh orang -- orang yang hanya mengusahakan orang dalam tanpa ada usaha untuk meningkatkan kualitas diri. Mau jadi apa negara ini jika dari generasi ke generasi fenomena ordal ini diberikan secara turun temurun? Negara yang tidak memiliki sumber daya manusia yang berkualitas namun menghabiskan segala anggaran yang tersedia.Â
Jabatan yang tinggi adalah Impian semua orang, semua cara dilakukan termasuk ordal ini, lalu bagaimana dengan orang -- orang yang berkualitas namun tidak mempunya ordal? Apakah mereka akan menjadi sampah didalam masyarakat atau orang -- orang yang menggunakan ordal ini yang menjadi sampah negara?Â
Generasi Z yang memiliki pikiran demokratis dan kritis harus bisa membuang fenomena ini. Dari lingkup kecil yang kemudian bisa hilang dilingkup besar, ini adalah proses yang harus kita jalankan agar tidak ada kekecewan dalam hal mengikuti kompetensi. Gen-Z yang tumbuh di era digital yang dimana teknologi dan media sosial menjadi bagian penting dari kehidupan membuat kita memiliki banyak cara untuk menjadi orang yang jujur di negara sendiri. Â Â
Maka dari itu juga dalam pemilihan presiden seringkali terdapat isu -- isu kecurangan yang membuat banyak mendapatkan ketidakadilan. Hal yang sudah dilakukan oleh negara dalam hak memilih adalah dengan menjaga ketat area -- area sensitive. Terdapat orang -- orang terpercaya sebagai penjaga keamanan agar tidak ada sistem kecurangan yang dilakukan oleh orang dalam tersebut.Â
Sebagai Gen-Z saya juga berpendapat bahwa banyak sekali kecurangan -- kecurangan yang dilakukan dengan memanfaatkan ordal. Kebanyakan ordal melakukan kecurangan ini dengan beberapa alasan seperti menyebut keluarga dekat, teman lama, upaya balas budi atau bahkan ada aspek penyogokan yang diberikan.Â
Hal ini sungguh tidak bisa dibiarkan agar tidak semakin menyebar luar. Saat saya belum mendapatkan hak pilih, sudah beredar masalah -- masalah ordal ini dalam dunia politik jadi bukan hal yang bias ajika ini sering terjadi dalam lingkup kecil atau besar. Kita sebagai Gen-Z harus bisa memilih pemimpin yang jujur dan bertanggungjawab, bukan hanya manis diluar namun pahit didalamnya. Era digital sudah semakin maju, apalagi Gen-Z yang tidak buta akan lingkup global.Â
Disini kita harus mempelajari bagaimana agar memperkecil lingkup ordal ini jika tidak dimulai dari diri sendiri dan hal -- hal kecil sekalipun. Â Indonesia membutuhkan orang -- orang yang tidak haus akan kemenangan apalagi kemenangan yang diperoleh dari cara yang tidak baik. Saling menjatuhkan untuk menjadi pemenang namun lupa jika proses tidak menghasilkan apa -- apa. Yang dilakukan hanya proses ordal saja tanpa mengetahui bagaimana proses sesungguhnya yang bisa membentuk karakter diri menjadi lebih kokoh menghadapi masa depan.Â
Tidak hanya itu, kadang untuk menjadi seorang guru pun menggunakan ordal, mau itu bibi atau paman kita bisa masuk kapan saja dengan proses yang sangat mudah namun membuat kita menjadi tidak memiliki mutu dan kualitas yang baik dalam mendidik generasi bangsa ini. Jauh berbeda dengan seorang guru yang benar -- benar murni tanpa ada memanfaatkan ordal didalam prosesnya, menjadikan dia sebagai pendidik yang jujur dan bisa menjadi panutan untuk generasi bangsa. Berikan contoh untuk Gen-Z yang masih dalam proses perkembangan, jangan jadikan mereka produk negeri yang tidak berkualitas. Hal ini adalah salah satu faktor jatuhnya negara dengan pimpinan yang tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H