Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Apakah Pemilu Online Dapat Dipertanggungjawabkan Kejujurannya?

28 Agustus 2016   19:23 Diperbarui: 28 Agustus 2016   19:41 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini saya akan mencoba menuliskan opini saya sebagai seorang programmer. Saya memang bukan programmer hebat tetapi sedikit banyak saya tahulah seluk belum dunia komputer. Sebelumnya saya mohon maaf seandainya saya ada kesalahan dalam opini saya. Saya hanya menyampaikan opini logic saja.....

Ya Baiklah mari kita mulai...

Jaman sekarang semua hal dibuat online. Mulai dari pendaftaran sekolah, pendaftaran PNS, Pembayaran Pajak, dllnya, bahkan pemilu pun rencana akan dibuat online ke depannya. Kata "online" seolah membuat semua orang terbius, merasa sesuatu itu di luar jangkauan,  canggih, hebat, tanpa salah dan luar biasa. Pertanyaan saya simple bagaimana kita dapat mempercayai PROGRAMMER yang membuat sesuatu itu menjadi Online ? Bagaimana bisa suara ratusan juta rakyat Indonesia berada di tangan bbrp orang programmer? 

Bagi seorang programmer pembuat aplikasi, sangatlah mudah untuk mengubah data, memblok pemilih, membuat lambat pemakainya, dan melakukan apapun untuk kemenangan 1 pasang calon pejabat negara. Pemilu online sangat bagus, penghematan biaya dan kecepatan perhitungan juga dijamin luar biasa. Dalam 1 hari pejabat pemenang pemilu langsung diketahui secara pasti dan dapat dilantik. Masalahnya cuma satu, siapa programmernya? Apakah kita yakin dia tidak bisa disuap mengingat kekuatannya mampu membalikkan keadaan setiap calon pejabat peserta pemilu?

Pada pemilu manual : Di TPS, setelah proses pencoblosan selesai maka akan dilakukan penghitungan langsung yang disaksikan oleh saksi dari beberapa kubu calon pejabat, juga disaksikan masyarakat umum (bagi yang mau). Kertas suara langsung diambil dan ditunjukkan ke saksi dan masyarakat, lalu di papan ada counter tiap2 calon pejabat yang diisi seseorang berdasarkan kertas suara yang ambil itu.

Kecurangan di sini akan sangat mudah ketahuan dan bisa ditraking karena kertas suara benar2 ditunjukkan, kalaupun salah paling cuma 1 atau 2 paling banter 10...its oklah. Lalu hasil perhitungan dari tiap-tiap TPS akan direkap di kecamatan --> ke kota --> ke provinsi --> ke pusat. Jika masyarakat mengawal semua proses rekap itu, sangat kecil berani mengubah datanya. Diubahpun hanya di bagian2 kecil dan itupun sangat2 susah karena ada pengawasan langsung dari masakarat. 

Lalu bagaimana dengan pemilu online yang masyarakatnya tidak perlu ke TPS? Ini asumsi saya jika programmernya tidak jujur, kalau jujur ya ga perlu pengawas segalalah.....hehehehe.

Misal anda telah memilih calon pejabat A lewat online. Saat anda membuka aplikasi pemilu buat cosscheck, disitu memang akan tertera pilihan anda pejabat A. Si programmer pasti akan mengarahkan anda ke data real anda, kecuali dia mau bunuh diri. Tetapi dalam proses perhitungan data rekapan, dia akan mengubah data anda sehingga pilihan anda seolah-olah menjadi pejabat B. Ya ini siapa yang tahu...Bagaimana menangkap kecurangan itu seandainya datanya berupa database yang terenkripsi?.

Apakah KPU akan crosscek satu persatu ke penduduknya? Dijamin pasti programmernya berkata kalau dia tidak bisa membukanya karena salah satu asas pemilu adalah rahasia dimana semua tidak boleh tahu. Iya memang ga boleh tahu... Kecuali ya si programmerlah... :D Kalaupun mau dirandom crosscek, dipastikan tidak akan valid karena seorang bisa saja berbohong alias ngaku2 selama berjalannya waktu itu...entah disogok duit atau diintimidasi atau apapunlah X_X.

Lalu apakah anda yakin, dia tidak membocorkan data pilihan anda itu ke pihak2 yang membutuhkan? NIK anda aja tercantum di sana dan pilihan anda ya tentu saja programmernya tahulah... kan dia yang menguasai databasenya...... ..Kalaupun mau online menurut saya, Pemilu harus dilepas dari sifat RAHASIA.... LUBER menjadi LUBE, Rnya ilang.

Nanggung tuh programmernya aja tahu, jadi ya kenapa ga dibuka aja sekalian....Jadi setelah pemungutan suara, setiap TPS wajib memberitahukan tabel data pemilihnya, isinya Nama, NIK dan calon yang dipilih, baru direkap jumlahnya. Itupun ga mungkin muluslah, pasti banyak orang yang pura2 komplain bahwa pilihannya tiba2 berubah... gimana mau buktiin dia jujur atau cuma cari gara-gara?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun