Publik dipertontonkan drama politik calon wapres yang membuat khalayak bertanya apakah sopan santun dalam politik masih ada? Apakah etika politik sedemikian rendahnya manakala ambisi kekuasaan begitu menggoda? Datang dan pergi sesuka hati dari satu partai ke partai lain demi suatu ambisi kekuasaan. Drama politik seperti ini mengambarkan ke publik, 'yang penting bisa berkuasa apapun jalannya dan resikonya'.
Keprihatinan kita saat etika sudah tidak lagi menjadi bagian paling penting dalam kehidupan berpolitik, bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. Dalam bukunya "Integritas Memimpin Di Bawah Pengamatan Tuhan", Jonathan Lamb mengatakan "masyarakat yang di dalamnya tidak ada integritas maka tragedi terbesarnya adalah hilangnya kepercayaan". Integritas merupakan kualitas yang sangat mendasar dan penting bagi seorang pemimpin, dalam integritas jelas etika menjadi bagian penting yang mewujud dalam karakter yang terpuji. Bagaimana kita mendapat pemimpin yang berintegritas jika etika yang menjadi bagian penting diabaikan.
Sistem nilai yang kita anut dalam kehidupan sebagai warga bangsa yang berlandaskan Pancasila, harusnya mengedepankan nilai-nilai moral yang luhur, dalam setiap sendi kehidupan yang dilakoni baik sebagai pribadi maupun dalam masyarakat. Integritas ditandai dengan keutuhan dalam kata dan tindakan, konsistensi tindakan, kejujuran dan tentunya kesetiaan.
Mengabdi bagi negeri adalah tujuan mulia setiap insan, namun ada proses yang harus dilalui dalam melakukannya apakah dalam pemerintahan dan menjadi pemimpin (Presiden atau Wakil Presiden) atau dalam Lembaga Negara, organisasi kemasyarakatan, yayasan sosial, termasuk pengabdian dalam keseharian bagi kemanusiaan secara pribadi tanpa organisasi. Penting sekali melalui proses karena didalamnya terjadi pembentukan karakter, mental dan proses menjadi insan berintegritas. Proses ini butuh waktu, tidak elok dalam ukuran waktu yang singkat, pengalaman belum maksimal teruji melalui berbagai kesulitan sudah dikatakan "berpengalaman dan berintegritas" dan diberikan kesempatan besar menjadi pemimpin.
Ukuran integritas paling sederhana terlihat dari keteguhan prinsip dan kesetiaan pada cita-cita yang akan dicapai. Jika dalam partai politik, layak dicermati prestasi, karakter, bahkan rekam jejak saat mendapat kepercayaan menjadi pejabat publik. Kurang bijak jika dalam kurun waktu yang terlampu pendek, pengalaman dalam menghadapi berbagai kesulitan belum teruji, rekam jejak juga tidak banyak yang menonjol layak dikatakan pemimpin berintegritas. Penulis tidak mempermasalahkan usia muda, selama yang bersangkutan memang memiliki rekam jejak yang cukup, konsisten pada panggilan dan cita-citanya, dan pengalaman yang ada selaras dengan yang dicita-citakan dan teruji dalam berbagai kesulitan, karakter baik, berintegritas tentu tidak masalah dicalonkan menjadi pemimpin.
Etika yang dijalankan dengan ketulusan menjadi penuntun yang sangat baik dalam interaksi kita disetiap kehidupan yang dijalani, kepekaan nurani terjaga dengan senantiasa mengedepankan kepentingan orang banyak sekaligus menghormati norma-norma yang mengikat dirinya dalam organisasi atau komunitasnya. Pengabaian norma menjadikan karakter tidak terpuji, mau cepat mencapai tujuan dengan mengorbankan (menabrak) aturan yang seharusnya dipatuhi dan dihidupi dengan loyalitas yang tinggi.
Masyarakat harus bijak saat mencermati calon pemimpin yang akan dipilih, jadikan etika, karakter terpuji, kesetiaan dalam bingkai integritas menjadi pertimbangan utama. Kekuasaan rawan menjadikan orang lupa daratan, lupa diri, lupa etika, bahkan lupa untuk kepentingan siapa dia mengabdi.
Integritas juga harus dimaknai sebagai bentuk pengorbanan dari kepentingan diri yang berlebihan. Pengorbanan membutuhkan kebesaran hati termasuk kesabaran jika memang belum tiba saatnya untuk memimpin harus legowo, memberikan kepada yang lain yang lebih baik. Pengorbanan tidak berarti hilangnya semangat diri untuk mencapai yang terbaik dalam hidup, namun justru memacu diri dalam semangat yang mulia untuk memberi yang terbaik baik bagi sesama, lingkungan dan Tuhan.
Harapan kita sebagai warga bangsa yang mencintai bumi pertiwi, rakyat hidup makin sejahtera dan akhlak makin baik, mutlak membutuhkan pemimpin yang berintegritas, berani berkorban, berani bertanggung jawab, hidup sederhana, hidup dan perilakunya senantiasa mencerminkan demi kepentingan dan kebaikan orang banyak.
Jangan korbankan integritas demi sebuah kekuasaan yang hanya sementara di dunia ini, hidup tidak hanya 'satu warna' ambisi demi kekuasaan, warnai dengan goresan-goresan indah dalam kebesaran hati dan kesetiaan pada kebenaran. Terlalu miskin hidup ini jika hanya diisi dengan ambisi kekuasaan, pelangi kehidupan sangat indah jika diisi dengan syukur dan kerendahan hati. Menggembirakan jika dihidupi dan dijalani dengan pengorbanan demi kebaikan orang lain, membahagiakan menjadi insan yang berintegritas.
Menjadi perenungan bersama, betapa sejuknya hati jika memiliki pemimpin yang berintegritas, selaras laku dan kata, karakter terpuji, kesetiaan, kejujuran, keberanian untuk hidup dalam kebenaran ada di dalam diri pemimpin kita. Mari memohon pada Sang Khalik, agar negeri kita tercinta diberikan pemimpin yang baik, amanah, berintegritas disaat yang sama memohon pada-Nya agar kita diberikan kesadaran, kebajikan, hati nurani yang bersih, berani menolak segala macam bentuk pemberian untuk memenangkan calon pemimpin dengan cara-cara yang tidak terpuji, mari perjuangkan hidup yang berintegritas dimulai dari diri sendiri.