Mohon tunggu...
chen siauw
chen siauw Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Sosial

Hobi membaca terutama topik-topik humaniora, dan mencoba menulis untuk menyalurkan ide, gagasan agar berguna bagi yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Spiritualitas di Ruang Publik

11 Oktober 2023   13:23 Diperbarui: 11 Oktober 2023   13:23 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Agama-agama menciptakan spritualitas tidak sebatas kehidupan pribadi (private life) dalam kehidupan doa dan kontemplasi  hanya untuk pembentukan diri (self-cultivation), namun harus mampu menghadirkan perdamaian dan ketenangan dalam komunitas (corporate living), sehinga iman kita akan mewujud nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana relevansi pemahamam spritualitas dalam keseharian ketika masih dijumpai perilaku intoleran kepada yang berbeda keyakinan, terorisme yang masih terus berupaya melakukan teror yang meresahkan masyakarat, kesenjangan sosial dalam masyarakat kita. Korupsi dan penyalahgunaan wewenang masih menghiasi pemberitaan pers kita, gencarnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT), tindakan tidak terpuji dalam perdagangan organ tubuh manusia turut menjadi keprihatinan kita bersama, degradasi nilai-nilai moral dan spiritual makin nyata dalam kehidupan masyarakat.

Sejatinya agama-agama menciptakan spiritualitas yang menghadirkan harmoni dalam kehidupan manusia, relasi dengan sesama terbangun dari pengamalan iman dan nilai-nilai agama yang luhur. 

Perilaku intoleran bisa dicegah jika pemeluk agama memahami dengan benar dan tulus ajaran agamanya, berupaya dengan sungguh saling mengasihi, menghargai dan menghormati sesama ciptaan Tuhan yang hadir dalam keberagaman sebagai anugerah-Nya. Memberikan pemahaman nilai-nilai spiritual sangat penting demi terciptanya pengertian yang hakiki kehidupan beragama, keimanan dan pengamalan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan nyata. Lakukan disiplin rohani tidak sekedar kegiatan-kegiatan (ritual) keagamaan, harus didasari dengan hasrat untuk berubah menjadi pribadi lebih baik sekaligus lebih dekat pada-Nya.

Terorisme yang disebabkan pemahaman tidak benar ajaran agama membutuhkan tindakan pencegahan dengan pengajaran doktrin yang benar. Peran aktif pemuka agama menjadi penting dalam memberikan pencerahan dan pemahaman yang benar esensi ajaran agama. Selain  mendapat pengajaran (doktrin) yang salah, kerapkali mereka menghadapi tekanan hidup yang berat terkungkung dalam jerat kemiskinan, akses pekerjaan, pendidikan, kesehatan tidak mudah mereka dapatkan, kesulitan hidup membuat mereka putus asa,  saat mendapatkan janji hidup kekal (sorga), pemberian materi bagi keluarga jika yang bersangkutan tewas dalam melakukan teror menjadi faktor pembenar mereka melakukannya. Pencegahan harus komprehensif antara pengajaran (doktrin) yang benar sekaligus pemenuhan kebutuhan ekonomi yang bisa menghidupi mereka, kemudahan akses pekerjaan, pendidikan dan kesehatan bagi mereka.

Kesenjangan sosial niscaya selalu ada, maka upaya yang dilakukan harus diprioritaskan mengurangi ketimpangan si kaya dan si miskin. Pemahaman spiritualitas yang benar mampu melahirkan kepekaan dan empati, proses ini akan membawa individu berbagian dalam meminimalkan kesenjangan sosial. Pada akhirnya kesempurnaan spiritualitas nampak dalam relasi yang indah dan dalam dengan Sang Pencipta dan sesama.

Korupsi dan penyalahgunaan wewenang menjadi ujian bagi setiap kita yang mendapat kesempatan memegang kekuasaan. Disinilah keimanan kita diuji, mampukah kita menghidupi iman dan nilai-nilai ajaran agama dengan teguh. Spiritualitas kita menjadi hidup dan menunjukkan kedalaman relasi dengan Tuhan, saat diberikan kekuasaan kita mampu menjaga integritas dengan tidak melakukan korupsi dan menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan diri dan kelompok kita. Spiritualitas yang dihidupi dengan benar oleh para pemimpin, pejabat, pada akhirnya bisa dirasakan dengan pelayanan yang memuaskan bagi kepentingan orang banyak. Karakter terpuji mencerminkan wajah  kehidupan spiritual yang sesungguhnya yang akan berdampak positif bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Perdagangan organ tubuh manusia menjadi pelik saat ada demand maka  terbentuklah supply. Faktor ekonomi menjadi salah satu alasan orang menjual organ tubuhnya, di lain pihak ada  yang membutuhkan organ tersebut dan mampu membayar, terjadilah transaksi jual beli organ tubuh. Mencegah hal ini terjadi, peran spiritualitas bisa ditampilkan dengan memberikan pemahaman pentingnya ketulusan dan keikhlasan hati jika ingin mendonorkan organ tubuh, tidak didapati kendala medis bagi pendonor dan penerima donor, sumbangsihkan secara resmi ke komunitas atau rumah sakit yang membutuhkan, spiritualitas akan nampak dalam tindakan mulia menolong nyawa orang lain. 

Karakter yang mencerminkan keintiman relasi dengan Sang Pencipta di wujudkan dalam kasih ke sesama yang membutuhkan, inilah wajah spiritualitas yang utuh. Spiritualitas menjadi hidup dan berdampak positif bagi orang yang membutuhkan organ tubuh tanpa takut dihantui rasa bersalah dan semua proses terlaksana tidak bertentangan dengan hukum. Keintiman relasi dengan-Nya tergambar nyata dalam tindakan mewujudkan kasih bagi sesama yang otomatis membawa kebahagiaan sejati bagi pendonor karena ikhlas berbagi organ yang bisa menolong orang lain, inilah hakekat kehidupan spiritual yang sesungguhnya.

Problematika sosial dan kemanusiaan sepelik apapun bisa dicegah dan diminimalkan dengan pendekatan spiritual yang mewujud nyata dalam keberanian berbuat baik dan memberikan yang terbaik bagi sesama. Spiritualitas bisa dihadirkan di ruang publik tanpa perlu takut dicemooh munafik atau sok suci jika dilakukan dengan tulus dan wujud syukur pada-Nya, tanpa perlu atribut spiritual berlebihan. 

Kemunafikan tak akan terbukti saat ketulusan terus dijalankan tanpa mengharapkan pujian dari manusia, semua semata-mata dilakukan untuk menghidupi spiritualitas yang murni  dalam kehidupan pribadi dan bersama orang lain. Spiritualitas yang mampu dihidupi, ajaran agama yang diamalkan dengan sepenuh hati, pasti akan membawa kebaikan bagi diri sendiri juga sesama. Masalah-masalah sosial dan kemanusiaan akan mampu diselesaikan dengan lebih beradab, harkat dan martabat manusia pun mendapat tempat yang seharusnya. Hadirkan spiritualitas di ruang publik menjadi gaya hidup yang tulus, niscaya hidup akan berjalan dalam harmoni yang indah.

Tangerang,  Oktober 2023

Chen Siauw

Mahasiswa Pascasarjana Magister Ministri

STT Amanat Agung-Jakarta

Email : siauwchen15@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun