Mohon tunggu...
chen siauw
chen siauw Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Sosial

Hobi membaca terutama topik-topik humaniora, dan mencoba menulis untuk menyalurkan ide, gagasan agar berguna bagi yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Gen Z Ingin Pemimpin Otentik

8 September 2023   10:46 Diperbarui: 8 September 2023   10:56 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Generasi Z (Gen Z) tahun 2024 menjadi pemilih yang harus dipertimbangkan kira-kira ke siapa dukungan mereka. Sebuah artikel menarik, di Christianity Today; "Orang Kristen Generasi Z Menginginkan Pemimpin Bersikap Apa Adanya" yang ditulis oleh Liz Lykins memberikan gambaran bahwa dewasa muda berusia 18 hingga 22 tahun  mengharapkan transparansi, kejujuran, dan keotentikan yang sama dari para pemimpin mereka. Kaum muda Generasi Z begitu beragam, berpendidikan, dan sangat paham media sosial. Dalam teori generasi (Generation Theory) yang dikemukakan Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) Generasi Z lahir pada tahun 1997-2012.

Darrell Hall, penulis "Speaking Across Generations: Messages That Satisfy Boomers, Xers, Millennials, Gen Z, and Beyond", "untuk memupuk hubungan yang tulus, Hall mengatakan bahwa para pemimpin haruslah aksesibel bagi para siswa dari Generasi Z, mudah ditemui secara langsung, dan mengikuti media sosial, para siswa dari Generasi Z juga menghargai percakapan dua arah di mana mereka diundang untuk berpikir keras bersama-sama dengan para pemimpin dan mengambil kesimpulan bersama".

Artikel Liz Lykins paling tidak bisa menjadi gambaran apa yang diinginkan Gen Z dari seorang pemimpin. Saat ini bangsa kita sedang mempersiapkan diri menjelang Pemilu 2024, tentunya hal ini juga menjadi perhatian partai politik yang mengusung capres untuk tidak abai pada pemilih Gen Z. Relasi yang tulus menjadi hal penting bagi Gen Z dalam memilih pemimpin, mereka jengah dengan kemunafikan, mereka mau melihat teladan hidup dalam diri pemimpin sebagai sesuatu yang riil. Gen Z tidak cukup hanya diberi saran, mereka ingin melihat bagaimana nilai moral dan etika nyata dalam kehidupan pribadi pemimpin, inilah yang menjadi keinginan mereka memilih pemimpin yang tidak munafik.

Pemimpin yang mengerti dan memahami peran media sosial sekaligus berperan didalamnya untuk membagikan hal-hal yang positif akan memberikan ruang bagi Gen Z untuk berpartisipasi. Ruang media sosial menjadi sarana Gen Z untuk mengeluarkan aspirasi, ide juga harapan bagi pemimpinnya. Gen Z senang dilibatkan dalam diskusi aktif untuk mencari solusi, menjadi hal penting yang harus disadari tim pemenangan calon presiden, untuk menarik pemilih Gen Z, mereka harus terbuka, tidak otoriter, menganggap pendapat mereka mentah dan ingusan, ingat bahwa komposisi mereka cukup besar sebagai pemilih. Data Biro Pusat Statistik (BPS) mengacu hasil Sensus Penduduk tahun 2020 (yang dilakukan pada Februari -- September  2020) jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa setara dengan 27,94% dari total populasi 270,2 juta jiwa. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024, mencapai 204.807.222 pemilih. Pemilih dari generasi Z adalah sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85% dari total DPT Pemilu 2024. Betapa besar potensi suara dari Gen Z jika calon presiden dan tim pemenangannya mampu menggaet hati mereka.

Bukan pekerjaan mudah mendapat tempat di hati Gen Z, mereka melihat rekam jejak sang calon presiden tidak hanya prestasi namun juga kehidupan dalam masyarakat, integritas, karakter dan karya nyata yang telah dibuat, media sosial dengan mudah mendokumentasikan rekam jejak sang calon. Gen Z juga kritis jika sang calon hanya pencitraan, kerja nyata yang berdampak positip bagi masyarakat meski mungkin kurang terpublikasi, namun bisa dirasakan oleh masyarakat juga menjadi pertimbangan mereka menentukan pilihan.

Program yang ditawarkan calon presiden bagi Gen Z haruslah rasional, terukur dan realistis. Program yang tidak realistis terlalu mengumbar janji tak akan mendapat tempat di hati mereka, program yang bisa mengakomodir kebutuhan Gen Z menjadi pertimbangan utama mereka dalam memilih calon presiden. Mereka menginginkan ruang seluas-luasnya untuk eksplorasi potensi, kreatifitas dan gagasan, seringkali mereka keluar dari pakem yang ada, mereka ingin kebaruan yang otentik.

Jika program capres yang ditawarkan bisa 'dibaca' Gen Z mampu memenuhi aspirasi yang otentik dan penuh kejutan, mereka akan mempertimbangkan memilih kandidat tersebut. Contoh nyata kemajuan artificial intelligence yang berdampak bagi kehidupan Gen Z, capres terpilih harus mampu mengakomodir kemajuan teknologi dalam kurikulum Pendidikan yang kreatif dan terintegrasi dengan dunia kerja. Harus mampu memberikan kejelasan aturan-aturan bagi pekerja Gen Z terkait kewajiban dan hak-hak mereka, tidak bisa lagi normatif seperti sebelumnya. Gen Z tidak begitu menyukai pola kerja  tradisional harus ke kantor setiap hari, mereka lebih terpacu pencapaian target tanpa harus dibebani rutinitas kerja monoton, dengan kemampuan melek teknologi mereka bisa mengeksplorasi segala sumber daya untuk mencapai target yang ditetapkan Perusahaan, penggunaan waktu yang ada mereka optimalkan dengan kegiatan-kegiatan yang mereka anggap paling mengembirakan dan membawa kesenangan, berlibur ke luar negeri, kuliner dengan nuansa baru, bermain games dengan sesama penggila games dan seabreg kegiatan lain yang menggairahkan hidup mereka.

Kepekaan capres memahami kebutuhan Gen Z akan menciptakan program-program riil yang bisa menjadi sarana aktualisasi diri mereka, potensi pemilih yang besar dengan garapan program yang tepat niscaya menarik hati mereka ke bilik suara menentukan pemimpin yang otentik, energik dan kreatif sesuai jiwa Gen Z.

Tangerang,  September 2023

Chen Siauw

Mahasiswa Pascasarjana Magister Ministri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun