Mohon tunggu...
Chelsea Louisa Chen
Chelsea Louisa Chen Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - An ordinary human

Highly passionate about the writings!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mindful Optimistic; Ubah Pola Pikir Saat Menghadapi Persoalan!

3 November 2024   21:00 Diperbarui: 3 November 2024   21:03 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak jarang kita dalam menjalani kehidupan memiliki harapan-harapan yang tentunya didampingi oleh berbagai skenario-skenarionya yang mungkin saja buruk, mungkin juga baik. Skenario-skenario tersebut seringkali menjadi kekhawatiran dan berujung pada sikap keputusasaan. Harapan dan persoalan yang timbul bukan hanya dalam skala besar, masalah dalam skala kecil pun dapat menjadi hal besar apabila pola pikir yang dimanfaatkan tidak sepenuhnya jernih. 

Contoh sederhanannya saja, kamu akan menghadapi pekan ujian sebentar lagi, kamu terlalu pesimis untuk memikirkan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi selama pekan ujian, seperti kegagalan, nilai buruk, atau apapun itu. Pikiran-pikiran buruk itu yang akan merujuk pada tindakan yang akan kamu ambil selanjutnya, dengan contoh di atas, kemungkinan tindakan yang akan kamu lakukan dengan pikiran itu adalah enggan belajar sebab kamu sudah memperkirakan bahwa kamu akan gagal dalam ujian. Pernahkan kamu mendengar ungkapan, "Apa yang dipikirkan, terjadilan demikian. Apa yang diimani, terjadilah demikian," ungkapan tersebut memberi pengertian bahwa pikiran kita adalah pengendali keseluruhan tubuh kita baik jasmani, rohani, dan keadaan mental. Pikiran yang baik akan membawa langkahmu untuk maju, begitupun sebaliknya. 

Mengapa Harus Mindful Untuk Menjadi Seorang Yang Optimis?

Menjadi seorang yang optimis tidak serta merta berharap dan berkeyakinan bahwa segala sesuatunya akan berhasil. Sikap optimis tersebut yang dinamakan sikap optimis yang tidak diiringi kebijaksanaan diri dalam melihat realita yang ada. Contoh sederhana saja, kamu memiliki keinginan untuk membeli barang-barang branded, tetapi gaji yang kamu hasilkan tidak sepadan dengan keinginanmu, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan seadaanya. Kamu tetap memaksakan keinginanmu dengan menghabiskan gajimu untuk barang-barang branded itu. Hal tersebut bukanlan tindakan yang baik, sikap optimis tersebut tidak didampingi dengan pemikiran jernih dan kebijaksanaan. 

Menjadi seorang yang optimis harus sadar. Hidup berkesadaran (mindfulness) dapat mengubah pola pikirmu dalam menjadi seorang yang optimis. Kamu sadar bahwa hal itu tidak sesuai dengan realita yang ada, maka jangan lakukan. Dalam hidup, akan banyak peluang-peluang dan kesempatan untuk melakukan banyak hal dan mencapai segala-galanya, tetapi dalam memutuskannya harus sadar penuh dan bijaksana. Jika belum ada kebijaksanaan dalam dirimu, maka, akan sangat sulit untuk menjadi seseorang yang optimis dan realistis. 

Kebanyakan pola pikir yang terbentuk zaman sekarang ialah mereka yang beranggapan bahwa sikap optimis tidak sesuai dengan realistis, padahal nyatanya sikap yakin dan percaya tersebutlah yang dapat mengubah keadaan yang ada.  

Mengapa Sikap Optimisme Penting Dalam Berharap dan Menghadapi Persoalan?

Dalam menjalani kehidupan, kemungkinannya sangat kecil bagi manusia untuk tidak berharap dan berhadapan dengan persoalan. 

Pengharapan yang tidak disertai dengan sikap yakin dan percaya dengan kemampuan diri sendiri hanya akan berujung sia-sia dan harapan itu boleh jadi menjadi kegagalan. Tidak hanya itu, sikap optimisme yang tidak didorong dengan niat, tekad, dan usaha juga akan sia-sia. Elemen-elem tersebut adalah satu kesatuan yang mutlak. Begitu pula ketika sedang berhadapan dengan persoalan hidup, apapun itu masalahnya, kuncinya hanya percaya bahwa masalah-masalah itu pasti lewat dan selesai apabila kita optimis dan berusaha untuk menyelesaikannya. 

Kesimpulan sederhananya, menjadi seorang yang pesimis tidak akan membuahkan hasil apa-apa selain kegagalan dan kesalahan dalam mengambil keputusan. Kita harus menjadi seseorang yang percaya dan yakin bahwa harapan itu akan tercapai dengan niat dan usaha, begitu juga dengan permasalahan itu akan selesai dengan solusi-solusi yang bijak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun