Kata Mahasiswa dan aktivis bisa dikatakan sudah melekat satu sama lain sejak dahulu kala bahkan sampai sekarang pun Mahasiswa aktivis tidak pernah padam eksistensi nya. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh para Mahasiswa aktivis sedikit banyaknya membawa dampak bagi Negara kita.
Gerakan yang mungkin tidak akan terlupakan oleh warga bangsa Indonesia dan melibatkan Mahasiswa aktivis adalah gerakan 98. Ada enam tuntutan kala itu yang mendasari adanya gerakan 98 tersebut. Keenam tuntutan tersebut adalah: pertama, penegakan supremasi hukum; kedua, pemberantasan KKN; ketiga, pengadilan mantan presiden Soeharto dan kroninya; keempat, amandemen konstitusi; kelima, pencabutan dwifungsi ABRI (TNI/Polri), dan; keenam, pemberian otonomi daerah seluas-luasnya.
Biru Laut, adalah Mahasiswa aktivis prodi Sastra Inggris yang berada di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota Jogjakarta. Lelaki yang memiliki ketertarikan yang sangat besar kepada apapun yang berkaitan dengan sastra, ia pun sangat menggemari karya-karya dari Pramoedya Ananta Toer yang saat itu karya-karya dari beliau dilarang penyebarannya di Indonesia.
Laut tergabung dengan organisasi Winatra dan Wirasena yang kala itu aktif berdiskusi mengenai buku-buku dan tak hanya berdiskusi Laut dan teman-temannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat Indonesia yang sudah diambil haknya oleh pemerintah.
Namun ada saat dimana mereka melakukan diskusi yang mana diskusi itu disebut diskusi Kwangju, diskusi yang tidak disangka berujung tragis karena tiba-tiba saja diskusi tersebut diketahui oleh intel dan mereka dengan spontan harus berpisah satu sama lain untuk menghindari kejaran para intel yang entah mengetahui darimana tentang diskusi Kwangju tersebut.
Beberapa tahun Biru Laut dan teman-temannya menjadi buron karena organisasi Winatra dan Wirasena yang dianggap sebagai organisasi berbahaya mengancam bangsa Indonesia. Maka Bitu Laut harus sembunyi-sembunyi berkomunikasi dengan keluarga nya yang berada di Jakarta saat itu.
Nahas, akhirnya Biru Laut tertangkap dan ternyata sudah ada Alex juga Bram yang sudah lebih dulu dikurung dan diperlakukan dengan sangat tidak layak. Bahkan Biru Laut pun tidak tahu menahu mengenai tempat yang ia tempati kini namun yang jelas tempat tidak layak itu seperti markas yang dingin dan gelap. Siksaan demi siksaan adalah makanan sehari-hari mereka ditempat itu juga mereka tidak hanya diintrogasi mereka diperlakukan secara tidak manusiawi, seperti disiksa, diinjak, dipukul, dan disetrum berkali-kali oleh sekelompok orang dengan perawakan besar juga garang. Tidak banyak yang bisa Biru Laut dan teman-temannya lakukan mereka hanya bisa menerima siksaan demi siksaan dan tutup mulut.
Dan pada akhirnya, beberapa teman-teman dari organisasi Winatra dan Wirasena sudah kembali ke pelukan masing-masing keluarganya dan sayangnya beberapa dari mereka pula menghilang tanpa jejak dan tanpa diketahui oleh siapapun keberadaannya hingga kini, Biru Laut adalah salah satu dari Mahasiswa aktivis yang menghilanh tanpa jejak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H