Perkenalkan nama saya Chelsea Diandhara yang merupakan mahasiswa fakultas vokasi Universitas Airlangga 2024. Mahasiswa vokasi kebanyakan kesulitan dalam mengintegrasikan nilai-nilai patriotisme secara efektif dalam kurikulum vokasional tanpa mengorbankan fokus pada keterampilan praktik. Hambatan ini menjadi hambatan yang sangat berpengaruh jika tidak segera menemukan solusi terbaik untuk mengatasinya. Hambatan ini bisa  saja disebabkan oleh banyak hal salah satunya adalah stigma sosial terhadap peendidikan vokasional.Â
Pandangan masyarakat terkait Pendidikan vokasional sering kali dianggap kurang prestisius dibandingkan dengan pendidikan akademik. Pandangan ini dapat mempengaruhi motivasi mahasiswa dan dukungan masyarakat terhadap upaya untuk mengintegrasikan  nilai-nilai patriotisme. Banyak orang melihat pendidikan vokasional sebagai pilihan kedua setelah pendidikan tinggi yang dianggap lebih prestisius.Â
Ada anggapan bahwa keterampilan praktis yang diajarkan dalam Pendidikan vokasional kurang bernilai dibandingkan gelar akademis. Hal ini mengabaikan fakta bahwa keterampilan teknis sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam pasar kerja yang lebih luas dan lebih professional. Pendidikan vokasional tidak lepas dari stereotip yang sering dikaitkann dengan anggapan bahwa lulusan vokasi susah dalam pencarian pasar kerja. Padahal pendidikan vokasional lebih siap terjun di dunia professional dengan mengembangkan ilmu teoritis dan kemampuan praktis yang telah diajarkan sejak menjadi mahasiswa vokasional.
Melalui hal ini saya ingin memeberi solusi terkait cara mengatasi stigma negatif tentang pendidikan vokasional di Indonesia.
1. Peningkatan Kesadaran : hal ini perlu dilakukan agar stereotip yang negatif dapat diubah ke stereotip yang lebih positif terkait pendidikan vokasional.peningkatan kesadaran ini dapat dilakukan melalui kampanye masyarakat secara langsung maupun memanfaatkan teknologi media sosial untuk memberikan pengertian yang lebih mendalam terkait pendidikan vokasional.
2. Kemitraan dan Industri : Untuk mengatasi stereotip bahwa lulusan vokasi susah dlam pasar kerja maka dibutuhkan pembuktian langsung dengan cara bekerjasama dengan kemitraan dan industry untuk memeri bukti kepada masyarakat bahwa program vokasional relevan dan menawarkan peluang karir yang lebbih besar.
3. Promosi Keberhasilan dan Model Teladan : dengan menghadirkan role model atau model teladan dengan menceritakan keberhasilannya selama menempuh pendidikan vokasi dapat meningkatkan rasa antusiasme masyarakat terkait hal yang dibahas oleh model teladan. Karena biasanya model teladan memiliki citra diri yang baik sehingga menjadi ide yang cemerlang jika mempromosikan pendidikan vokasional melalui model teladan.
4. Dukungan dari Pemerintah dan Kebijakan : Mendorong pemerintah untuk menetapka kebijakan yang mendukung pendidikan vokasional termasuk intensif bagi perusahaan yang bekerj sama dalam progam vokasional dan dapatmengalokasikan dana untuk pengembangan program vokasional dan memberikan kesempatan yang sama dengan pendidikan akademik sehinggga pendidikan vokasional mendapat kualitas pendidikan yang  sama.dengan pendidikan akademik.
Mengatasi stereotip negatif tentang pendidikan vokasional memerlukan usaha berkelanjutan dan kolaborasi dar berbagai pihak termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, industrii, dan masyarakat. Dengan pendekatan terintegrasi, stigma dapat diatasi dan pendidikan vokasional dapat diaui sebagai jalur karir yang bernilai dan berharga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H