Mohon tunggu...
Chelseaa
Chelseaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif di Universitas Airlangga

Hai, nama saya Chelsea Cahya Mahira biasa dipanggil Chelsea, Saya merupakan Mahasiswa baru Universiatas Airlangga tahun 2024 dengan program studi Teknik Elektro dari Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Patriarki Masih Bertahan?

7 November 2024   07:00 Diperbarui: 12 November 2024   00:47 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sih patriarki itu ?

Patriarki secara harfiah adalah kekuasaan bapak. Menurut Adipoetra, mengatakan bahwa istilah patriarki digunakan untuk menyebut keluarga yang dikuasai kaum lelaki, secara spesifik adalah ayah. Sementara, menurut Merriam Webster, Patriarki adalah organisasi sosial yang ditandai dengan supremasi ayah dalam klan atau keluarga, ketergantungan hukum terhadap istri dan anak, serta penghitungan keturunan dan warisan dalam garis keturunan laki-laki.

Seiring berkembangnya waktu, patriarki diartikan sebagai sistem sosial yang menempatkan laki-laki dalam posisi dominan dan memiliki posisi yang lebih dibandingkan perempuan. Berikut ini merupakan beberapa faktor sosial dan budaya yang berkontribusi pada keberlangsungan patriarki.

1. Warisan Budaya dan Tradisi

Banyak nilai-nilai di Masyarakat awam yang diajarkan secara turun temurun bahwa laki-laki selalu ditempatkan sebagai pemimpin keluarga dan perempuan sebagai pengurus rumah tangga. Hal tersebut yang membuat terjadinya patrarki di dalam kehidupan berumah tangga.

Contoh nyata di kehidupan sehari-hari adalah di daerah Asia Selatan dan Timur Tengah, tradisi seperti pernikahan anak dan mas kawin masih dipraktikkan. Hal ini berhubungan dengan menilai perempuan berdasarkan pernikahan dan hubungan dengan laki-laki. Tradisi ini tidak hanya membatasi kebebasan perempuan, tetapi juga menciptakan tekanan sosial. Seringkali perempuan merasa terpaksa untuk menerima peran yang telah ditentukan walaupun itu bukan kewajiban mereka.

2. Pendidikam dan Akses Informasi

Di banyak daerah terutama di negara yang berkembang, banyak perempuan yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Dengan tidak mengenyam pendidikan,  perempuan seringkali terjebak dalam peran tradisional yang dimana mereka hanya melakukan pekerjaan rumah tangga dan menurut pada suami.

Contoh nyata seperti di Afghanistan, setelah pengambilan Taliban, banyak sekolah untuk anak perempuan ditutup. Hal itu menyebabkan perempuan tidak mendapatkan pendidikan formal. Perempuan yang tidak mengenyam pendidikan secara formal membuat perempuan tidak bisa mengembangkan minat dan bakat yang mereka miliki namun juga kehilangan suara dalam pengambilan keputusan. Pendidikan adalah kunci untuk memberdayakan perempuan agar mampu menentang patriartikal, namun apabila mereka tidak berpendidikan mereka akan dianggap remeh.

3. Media dan Representasi Gender

Media memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk pandangan masyarakat luas. Representasi perempuan dalam iklan, film, dan media sosial lainnya seringkali memperkuat stereotip bahwa laki-laki digambarkan sebagai pahlawan dan perempuan tidak akan bisa melakukan apapun tanpa laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun