Mohon tunggu...
Chelo.
Chelo. Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Silat Lidah Media

26 November 2016   02:07 Diperbarui: 26 November 2016   02:44 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi anda, mungkin ungkapan TweetWar atau Twitter War sudah tidak asing terdengar di telinga. Bahkan dengan semakin canggihnya teknologi hal-hal yang berbau maya kini terlihat sangat nyata dan erat dengan kehidupan sehari-hari. Ditambah dengan berbagai macam terobosan serta sosialisasi yang dilaksanakan, kini banyak orang yang mampu mengakses internet tanpa mengenal perbedaan golongan. Dengan meluasnya penggunaan internet di masa sekarang, hal-hal semacam TweetWar kini tak hanya berlaku untuk golongan muda, namun masyarakat golongan usia menengah keatas pun melaksanakan dengan platform yang lebih luas.

Dalam beberapa kasus, TweetWar kini telah meluas dari media sosial hingga ke media massa lainnya. Bermacam pemberitaan berlomba-lomba menyebarkan artikel yang ditulis dengan bermacam sudut pandang yang kadangkala membuat kita sebagai pembaca seringkali terkecoh antara pemberitaan yang sesuai dengan fakta dan pemberitaan berdasarkan opini semata. Kita pernah mendengar sebuah ungkapan “mulutmu harimaumu” yang mengajak kita untuk berhati-hati dalam berpendapat, kini hal ini berlaku pula bagi perang artikel yang beredar di media massa terutama di internet. Seringkali pemicu dalam perang artikel ini disebabkan pengangkatan masalah yang sensitif di mata masyarakat seperti isu SARA yang biasanya berkaitan dengan permainan politik Indonesia. Bila sudah berhasil merambah hingga bagian paling sensitif dalam masyarakat, maka masalah ini akan terus dibahas bagaikan perang tak ada batas.

Perang yang terjadi bukan berarti tanpa adanya tujuan. Ada pihak yang menginginkan untuk usai, serta ada pihak lain yang justru bersikeras untuk menang. Perang yang disengaja diulur sedemikian lama semata-mata hanya untuk menerima simpati masyarakat dan mempropagandakan bermacam ideologi politik yang dapat memperpecah persatuan bangsa. Sungguh memalukan apa yang terjadi antara masyarakat majemuk yang ada di Indonesia.

Berbicara tentang perang, semua pihak yang berperang tentu memiliki senjata khusus/andalan yang mereka selalu simpan sebagai pertahanan terakhir. Terkait dengan isu politik yang ada, kini undang-undang semacam dijadikan semacam ‘senjata nuklir’ bagi pihak yang berseteru. Belakangan ini, sedang gencar-gencarnya penuntutan atas pelanggaran terhadap UU tentang ITE. Sementara beberapa pihak saling serang dengan artikel-artikel serta pemberitaan yang diragukan untuk percayai, dibelakang mereka telah menyiapkan barisan ahli hukum untuk mempidana satu sama lain dengan jeratan kasus yang sama. Hal ini justru malah mempertontonkan masyarakat bahwa hukum Indonesia kini layaknya hanya menjadi sebuah bahan lelucon permainan politik.

Sungguh ironi apa yang terjadi terhadap bangsa kita. Ketika muncul terobosan untuk memperbaiki hidup manusia, masyarakat kita justru melunturkan nilai pluralisme dengan perlahan-lahan menggugurkan pernyataan “Bhineka Tunggal Ika” dari burung garuda. Internet untuk memperoleh informasi justru disalahgunakan dengan pemberitaan bohong. Tak heran beberapa pihak merasa bahwa hanya di Indonesia, membaca komentar para netizen lebih mengasyikan daripada membaca artikel. Masyarakat indonesia mungkin melek teknologi, namun mata mereka masih tertutup rapat atas kebijaksanaan dalam penggunaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun