Karya sastra dalah ciptaan yang disampaiakan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Dan karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama. Karya saastra juga merupakan gambaran kehidupan yang dapat dinikmati, dipahami, dan digunakan oleh masyarakat. Jenis-jenis karya sastra sangat banyak dan beragam, salah satunya yakni berupa novel. Oleh karena itu, persoalan yang diajukan oleh pengarang dalam karya sastra terkait langsung dengan situasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam karya sastra ini tentunya memiliki genre yang bermacam-macam, terutama dalam karya sastra yang jenis cerpen (cerita pendek). Yang sering terjadi adanya ketimpangan gender yang Oleh karena itulah, perlu adanya penelitian dalam sebuah karya sastra, apakah sudah cukup mewakili dalam menyampaikan semangat persamaan gender.
Wacana gender dan juga konsep kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan masih menjadi diskursus yang menyita perhatian. Keberadaan salah satu gender yang superior menjadi sebab utama munculnya wacana bias gender. Adapun bias gender sendiri dimaknai sebagai pandangan bahwa laki-laki dianggap lebih baik dari pada perempuan. Terkadang, pola pikir semacam ini turut tertanam dalam dilingkungan masyarakat.
Sebelumnya Tuhan YME telah menciptakan manusia (laki dan perempuan) dari dzat yang sama, tetapi secara biologis dan fisiologis mempunyai kodrat yang berbeda. Kodrat merupakan ketetapan Allah yang mutlak dan bersifat universal, sedangkan kesetaraan gender merupakan pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang diatur oleh manusia (masyarakat) itu sendiri yang bersifat dinamis, dan sangat mungkin berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain.Dalam realita kehidupan, hampir semua tugas gender dapat dilakukan oleh kedua kaum laki-laki dan perempuan (kecuali yang bersifat mutlak, melahirkan misalnya). Dengan begitu terjadilah suatu fenomena isu bias gender. Isu bias gender itu sendiri adalah kecenderungan atau prasangka terhadap jenis kelamin tertentu yang mengakibatkan ketidakadilan gender (Maulana Khusen, 2014:120). Dalam bias gender terdapat bentuk-bentuk bias gender adalah marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan dan beban kerja (Fakih, 2005:13). Yang mana setiap bentuk-bentuk tersebut memiliki makna-makna tersendiri.
Dari beberapa bentuk-bentuk bias gander tersebut, dalam kutipan cerpen diatas termasuk kedalam salah satu bentuk yaitu subordinasi. Subordinasi merupakan Penilaian bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain, atau disebut juga tindakan pembedaan karena jenis kelamin, suku, agama, ras. Seperti hal yang di ucapkan Jo ke kepada Lara “Seharusnya ibu rumah tanggah sepertimu tidak perlu membaca koran”. Dan dalam kutipan tersebuta ada bias gender kekerasan, yaitu yang dimana terjadi karena adanya narasi tubuh perempuan sebagai objek seksual. Juga termasuk kedalam kekerasan psikologis berupa ucapan yang menyakitkan.
Dari semua kutipan-kutipan diatas dapat dianalisa termasuk kedalam teori yang dipelopori oleh filsuf Jerman bernama George Wilhelm Friedrich Hegel pada tahun 1807 yaitu teori stanpoint. Teori stanpoint Disebut juga sebagai teori sikap dan sebuah teori yang dapat mengubah kekuasaan seseorang melalui kewenangan suara pribadi. Kemudian teori ini dikembangkan oleh Nancy Hartsock pada tahun 1993 yang mengembangkan mengembangkan teori dan berpandangan tentang hubungan antara pria dan wanita. Dan Hartsock mencampurkan teori standpoint dengan teori feminisme yang berpandangan bahwa wanita memiliki posisi sosial untuk mengakhiri penindasan. Dalam teori ini terdapat 3 konsep yaitu :
Sikap (standpoint) adalah sudut pandang yang dapat diperoleh melalui pengalaman, pemikiran, interaksi, dan usaha dalam hirearki sosial. Pengetahuan tersituasi, Seseorang mempunyai banyak pengetahuan bukan dari pembawaan alamiah tetapi karena adanya pembelajaran dan pengalaman.Pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, merupakan alokasi pekerjaan yang didasarkan oleh jenis kelamin, dimana perempuan diposisikan hanya sebagai pekerja domestik, sehingga tidak ada kesetaraan gender.
Seperti kutipan-kutipan diatas yang terdapat dalam cerita pendek “Rindu” menggambarakan sebuah cerita dalam kehidupan perempuan yang didominasi oleh sorang laki-laki dan dapat merugikan perempuan itu sendiri. Karena semua yang dikerjakan oleh perempuan dimanapun dan kapanpun membuat seorang perempuan dapat direndahkan dengan adanya perbedaan sudut pandang. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan pengalaman, pemikiran, pembelajaran, dan pengetahuan dalam lingkungan sosial yang berbeda pula. Itu semua tertera dalam perkataan Jo kepada Lara dalam cerita pendek “Rindu” dalam buku berjudul “Elegi”.
Nama : Chelcadiva Ramadhani/1512100348
Program Studi : Psikologi/Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya