HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penyakit yang tidak hanya menyerang fisik, tetapi juga mental dan emosional. Banyak penderita HIV mengalami tekanan berat setelah diagnosis, yang jika tidak ditangani dengan baik, dapat mengarah pada depresi, frustasi, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana frustrasi yang dialami penderita HIV dapat mengarah pada pikiran untuk bunuh diri, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Contohnya seperti, Disalah satu desa di kabupaten Madiun, Jawa Timur yaitu desa Kertosari , terdapat orang yang terjangkit oleh penyakit yang menurut masyarakat setempat dianggap sebagai penyakit yang mudah menular melalui udara, penyakit tersebut ialah penyakit HIV. Padahal penyakit HIV tidak dapat menular semudah itu. Tidak dipungkiri, HIV/AIDS memang menjadi penyakit yang masih belum dapat diobati hingga saat ini. Namun, penyakit ini sebenarnya bisa dihindari, salah satunya dengan membekali diri dengan edukasi tentang HIV AIDS. Karena kurangnya edukasi tentang penyakit HIV dimasyarakat setempat tersebut menyebabkan terjadinya kejadian miris itu terjadi.
    Korban berinisial H diduga frustasi akibat penyakit HIV yang di deritanya yang tak kunjung sembuh yang membuat korban mengakhiri hidupnya disiang hari dengan gantung diri didepan mushola rumahnya sendiri. Sebelum terjadinya peristiwa miris tersebut, korban dengan inisial H merasa frustasi dan minder karena penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh, dan disamping itu korban merasa dirinya dikucilkan oleh tetangganya sendiri. Tetangganya tersebut berpandangan bahwa penyakit HIV itu dapat menular dengan mudah hanya dengan kontak fisik atau melalui udara, padahal sesuai dengan karakteristik virus dan cara penyebarannya itu tidak mudah. Selama tidak ada kontak melalui cairan dengan korban maka virus tersebut tidak akan dengan mudah menular , nah peristiwa tersebut menyebabkan mental sikorban menjadi down, dan korban merasa tidak memiliki support dilingkungan sekitarnya, yang berakhir korban tidak punya semangat juang agar bisa sembuh dari penyakit HIV, kejadian tersebut yang menimbulkan si korban memiliki keinginan bunuh diri. Selama dua tahun itu, membuat korban inisial H tersebut tak kuasa dan memilih mengakhiri hidupnya.
    Dari peristiwa diatas, dapat disimpulkan bahwa membekali diri dengan edukasi tentang penyakit HIV/AIDS sangatlah penting. Frustrasi akibat HIV adalah masalah serius yang dapat menyebabkan penderitaan mental, depresi, dan risiko bunuh diri. Namun, dengan dukungan emosional yang tepat, akses ke perawatan kesehatan yang memadai, serta pengurangan stigma sosial, risiko ini dapat diminimalkan. Sangat penting bagi masyarakat untuk lebih peduli dan memahami penderita HIV, sehingga mereka dapat merasa diterima dan dihargai, serta mampu menjalani hidup dengan penuh harapan. Karena, korban yang terkena HIV yang seharusnya membutuhkan support agar memiliki semangat juang untuk hidup tetapi malah dihindari atau dikucilkan oleh tetangganya sendiri, yang membuat mental korban down. Padahal virus HIV tidak semudah itu untuk menular. HIV sendiri dapat menular melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI, dan HIV tidak dapat ditularkan melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, ataupun sentuhan fisik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H