Mohon tunggu...
Che Ghele
Che Ghele Mohon Tunggu... Freelancer - Opini, Sastra, Budaya

Mempelajari Sastra Jepang sebagai sarana komunikasi global,pegiat literasi yang suka puisi

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Menyoal AI: Apakah Mesin Dapat Berfikir?

24 Juli 2024   10:23 Diperbarui: 24 Juli 2024   10:39 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah mesin dapat berfikir?

Pertanyaan ini terasa ringan sekali, namun akhir-akhir menjadi berat karena AI (Artificial Intelligence) atau yang dikenal dengan kecerdasan buatan sudah menyasar sampai ke berbagai elemen, bahkan elemen kompleks yang hanya dikerjakan oleh manusia sudah diambil alih oleh tenaga robotik.

Saya tertarik pada sebuah film Deux ex machina (2014) dimana diceritakan bahwa robot buatan penciptanya menjadi pembunuh penciptanya sendiri, Film ini juga menjadi sebuah bahan kajian berbagai konten kreator seiring perkembangan AI yang merajalela.

Deux ex machina yang diterjemahkan dari bahasa Latin sebagai "dewa dari mesin" merujuk pada elemen plot didalam sastra atau drama dimana sebuah solusi yang tidak terdua atau kejadian luar biasa muncul untuk menyelesaikan konflik yang kompleks. Namun dalam konteks kecerdasan buatan (AI), istilah ini mengacu  pada pertanyaan yang sering diajukan; "apakah mesin dapat berfikir?"

Pertanyaan ini melibatkan esensi dari kecerdasan buatan yakni kemampuan mesin untuk meniru, menafsirkan dan memproses informasi sebagaimana yang dilakukan oleh manusia. Ini adalah pertanyaan yang telah memicu perdebatan filosofis dan teknis selama beberapa dekade. Mesin ini mengacu pada komputer sistem yang diperangkat dengan algoritma dan program AI. Meskipun mesin-mesin ini dapat melakukan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan manusia, seperti pengenalan wajah, pemrosesan bahasa alami, dan bahkan bermain catur tetapi pertanyaan yang lebih dalam apakah mereka benar-benar "berfikir" sebagaimana yang dilakukan manusia.

Hal ini didukung dengan para pengembang kecerdasan buatan bahwa mesin akan memiliki kemampuan berpikir dan kesadaran seperti manusia. Mereka meyakini bahwa pengembangan teknologi yang terus meningkat, kita dapat mencapai titik dimana mesin akan memiliki kapasitas untuk memahami, merasakan dan mengambul keputusan secara independen, walaupun beberapa orang juga skeptisme dan tantangan yang menyertai konsep ini, dimana mesin hanya mampu melakukan tugas yang terpogram untuk dilakukan serta tidak memiliki kapasitas untuk pengalaman subjektif, emosi atau pemahaman yang sebenarnya dan "berfikir" merupakan hasil kompleksitas otak manusia yang sulit ditiru oleh mesin.

Pertanyaan yang akan bermunculan adalah apakah implikasinya terhadap hubungan manusia dan mesin?

Apakah mereka memiliki tanggungjawab yang sama seperti manusia? Bagaimana seorang manusia harus memperlakukan kecerdasan buatan dan menjaga agar tidak disalahgunakan atau menggantikan peran manusia? 

Selain utu pertanyaan ini juga berdampak pada pekerjaan manusia, jika mesin benar-benar dapat berfikir, apakah itu berarti bahwa pekerjaan manusia dapat digantikan sepenuhnya oleh kecerdasan buatan? Bagaimana manusia dapat bersaing dengan kecerdasan buatan dalam hal produktivitas dan efisiensi?

Kita mungkin membutuhkan berbagai perspektif dan keterlibatan para ahli dibidang AI, filsafat, etika & hukum dimana dapat memberi kita pemahaman yang jelas tentang potensi dan batasan kecerdasan buatan dan langkah-langkah awal dalam menghadapi tantangan ini. Pertanyaan tentang apakah mesin dapat berfikir? Menjadi sebuah masalah yang kompleks dan tantangan di masa yang akan datang. Perlu banyaknya diskursus mendalam dan kontinu antara berbagai disiplin ilmu dan pemangku kepentingan. Ini dapat membantu dan memungkinkan kita memahami implikasi yang lebih dalam dari perkembangan teknologi AI dan memastikan penggunaanya yang etis dan bertanggungjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun