Peningkatan jumlah terinfeksi virus corona semakin meningkat tajam. Hari ini ( sabtu, 21/3/2020) sebanyak 450  orang sudah terinfeksi  covid-19, kemarin baru pada angka 309 orang. Meninggal 38 orang, bertambah 13 orang dibanding kemarin.  Artinya fatality rate nya meningkat 8,4% dari sebelumnya  8%.Â
Persentase ini mungkin tertinggi untuk level dunia.  Yang sembuh belasan orang, masih lebih sedikit  dari  yang meninggal dunia. Di Italia  kita dapat berita  walau sudah dikarantina.
Di Milan salah satu daerah paling terdampak covid-19, karantinanya masih dilanggar.  "Masih ada transportasi publik beroperasi,  warga berkeliaran, pertemuan digelar di hotel, dan mereka tidak memakai masker" ujar tenaga ahli Sun Suopeng, dari Palang Merah China yang dikirim ke Italia ( sumber South China Morning Post, Jum'at 20/3/20202) Angka kematian tertinggi  di Italia saat ini per hari 600 orang lebih.
Dalam seminggu ini,  kita masih mengedukasi masyarakat untuk menerapkan pola social distancing, dengan meliburkan anak sekolah dan kampus, menghindari tempat keramaian, bekerja di rumah, ibadah di rumah. Waktu 7 hari ini, jumlah terinfeksi  bahkan meningkat berlipat ganda.  Grafiknya menukik ke atas seperti panah lepas dari busurnya.
Tenaga kesehatan mulai kewalahan, bahkan sudah ada yang korban. Dari pemantauan saya setiap hari di toko obat dan alat kesehatan Jalan  Pramuka, bahan-bahan antiseptik dan desinfektan gila-gilaan harganya. Bayangkan hand sanitizer 60 cc, dibandrol seharga Rp. 60.000.- biasanya Cuma Rp. 10.000/botol.Â
Semua jenis masker dibandrol Rp. 400.000 -- Rp.500.000.-/box, biasanya hanya Rp. 20.000.- Thermometer digital habis, ada jual harganya juga meningkat tajam. Pengukur suhu model scanner di letak kan di kening, harganya Rp. 5 juta per unit. Â Alkohol 70%, yang 100 ml, dan 300 ml, tidak ada dijual, sudah disunglap menjadi hand sanitizer dengan harga berlipat-lipat. .Â
Alkohol 70% yang 1 Liter, Masya Allah, harganya Rp.150 -- 180 Â ribu. Â Kita tidak usah bicara multivitamin seperti Imboost tablet, Vitamin C (CDR, Redokson), harganya naik tidak terkendali.
Social distancing hanya menjadi candaan dan lawak-lawak mereka yang mungkin sudah tidak tahu lagi berbuat apa. Lihat perkantoran Pemerintah . kementerian masih masuk kantor, bahkan masih ada yang membuat rapat-rapat paket full bot di Hotel Jakarta. Mereka berpacu dengan waktu untuk merealisasikan anggaran.Â
Mungkin untuk mendapatkan tambahan pendapatan sebelum  dilakukannya  Government shutdowns.  Sepertinya negara ini hadir di layar TV saja, saat Presiden Jokowi menyampaikan imbauan, harapan, dan laporan apa yang sudah dikerjakan, dan akan dikerjakan.
Kita tidak melihat lagi kebiasaan Pak Jokowi blusukan ke pasar Pramuka, Â pabrik-pabrik farmasi, RS persahabatan, RSPI SS di Jakarta Utara, Â untuk menemui para dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya yang sudah bekerja dengan resiko tertular, karena minimnya alat perlindungan diri mereka, serta kelelahan yang luar biasa.Â
Atau mendatangi kantor Kementerian Kesehatan untuk memberi semangat agar mereka bekerja lebih optimal lagi.  Jokowi beberapa waktu  yang lalu mengecek gudang Bulog untuk memastikan ketersediaan beras nasional.