Teori  domino sedang  berlangsung dengan munculnya wabah Covid-19, yang melanda dunia dan beberapa hari ini sudah menjadi kekhawatiran meluas di Indonesia.
Kehebatan Indonesia, dalam 2 bulan terakhir, dunia sudah begitu panik dengan kedatangan si Covid-19, kita masih menyatakan belum diketemukan kasus WNI yang terkena virus corona tersebut. Â Tapi itu tidak lama. Pencetusnya adalah dilarangnya jemaah Umroh Indonesia masuk Arab Saudi. Karena termasuk dalam 20 negara yang diduga ada terjangkit virus corona tersebut.
Menkes dr. Terawan percaya diri, Indonesia tidak ada kasus terinfeksi virus corona. Â Dan kita agak tenang juga dengan pernyataan Menkes tersebut. Tetapi semuanya menjadi sirna dengan dicekalnya jemaah Umroh Indonesia masuk Arab Saudi, kemudian adanya Instruksi Gubernur DKI untuk melakukan mitigasi dan ditemukannya 115 kasus yang dipantau dan 36 kasus dalam pengawasan. Apa itu pemantauan dan pengawasan sudah ada tercantum dalam panduan penanganan mitigasi virus corona tersebut.
Tetapi Menkes tidak menyerah, bahkan membantah pernyataan Gubernur DKI Jakarta. Semua nihil, kalau nihil ngak ada kasus. Dengan lantang disampaikan dikalangan wartawan dan dikutip luas oleh media cetak dan medsos.
Dr.Terawan baru menyerah, setelah Presiden Jokowi mengumumkan dan didampingi Menkes, bahwa ada ditemukan 2 kasus terinfeksi  Covid-19 alias virus corona di Kota Depok dan sudah diisolasi di RSPI SS.
Sejak saat itu, ibarat terbukanya kotak pandora. Beramai-ramai Bupati/Walikota mengumumkan ada warganya yang dalam pemantauan dan pengawasan karena diduga terinfeksi virus corona. Seperti misalnya di Depok dan Bekasi serta beberapa daerah lainnya.
Implikasinya luar biasa. Saya sebagai apoteker yang buka Apotik di Depok,  diserbu para warga untuk membeli masker, antiseptik , dan vitamin  untuk peningkatan daya tahan tubuh. Sehingga ludas dalam waktu 3 jam.  Bahkan saya tidak berani menjual masker, karena sangat mahal. Biasanya Rp.20 ribu per box, saat ini sudah mencapai Rp. 250 s/d 400 ribu per box. Mau dijual berapa berpiece. Â
Tetapi karena mereka kecewa karena kita tidak menjualnya, maka akhirnya saya coba beli 2 box ( 1 box berisis 50 pieces), dengan harga Rp. 250 ribu/box. Â Saya jual per piece Rp. 6.000, dan setiap pembeli hanya boleh beli 3 pieces, dalam waktu 1 jam sudah ludes. Â Saya termenung. Masyarakat sudah berada pada situasi panic takut terjangkit penyakit Corona.
Menkes mengatakan bahwa yang sehat tidak usah pakai masker, Â saya sepakat dan turut meyakinkan para pasien apotik saya. Tetapi tidak mudah, mereka sudah punya pikiran dan pemahaman sendiri tentang penggunaan masker tersebut. Â Ketakutan secara perlahan sedang terjadi ditengah masyarakat.
Ada  yang positif, warga memang berlomba juga membeli desinfektan. Untuk mencuci tangan. Sehingga segala jenis dan merek desinfektans habis dibeli warga. Kita juga kesulitan mendapatkan barang-barang antiseptik dan desinfektan ke PBF langganan saya.
Gejalan situasi ini, jika tidak cepat dilakukan antisipasi, akan cepat menyebar keseluruhan wilayah. Yang berbahaya itu adalah efek psikologis panic buying  dari pada virus coronanya itu sendiri.  Akibatnya yang lain, adalah melambungnya harga-harga obat dan  bahan-bahan untuk desinfektan dan multivitamin untuk peningkatan daya tahan tubuh.