Apa itu negarawan dan politisi?Â
 Menurut Yudi Latief, pengamat politik dan Reform Institue, 2 tahun yang lalu dalam  Liputan6.com ( 24 Nov.2016),  memberikan pemahaman tentang perbedaan antara politikus dan negarawan yang menarik dan menggambarkan kondisi eksisting Republik ini.
"Negarawan memberikan jiwa raganya untuk negara, sedangkan politikus mencari sesuatu untuk jiwa raganya dari negara," kata Yudi Latif pada sebuah diskusi di gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu.
Menurut Yudi, negarawan memberikan jiwa raganya untuk negara, sehingga dapat menjadi pahlawan ( kalau sudah meninggal, penulis). Selain itu, negarawan memberikan apa yang dapat diberikan kepada negara, sedangkan politikus mencari apa yang bisa diperoleh dari negara.
"Karena itu, banyak politikus yang terjebak pada kasus hukum dan praktik korupsi," ujar dia, seperti dikutip dari Antara.
Para negarawan pendiri bangsa, kata dia, berdebat habis-habisan dalam forum-forum diskusi untuk menegakkan ideologi, tapi berteman akrab dalam kehidupan sehari-hari.
"Terkoyaknya persatuan Indonesia saat ini, karena terkoyaknya mental dan jiwa negarawan di tengah bangsa Indonesia," Yudi menegaskan.
Itu menurut Yudi Latief setelah mengamati perilaku, dan kelakuan para mereka yang menyatakan dirinya atau menempatkan dirinya sebagai negarawan dan politisi dalam penyelenggaraan tata kelola kenegaraan dan pemerintahan.
Jika kita mengacu pada pendapat Om Wikipedia, negarawan, adalah  ahli dalam kenegaraan; ahli dalam menjalankan negara (pemerintahan); pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan.
Sedangkan Politikus (jamak: politisi) adalah seseorang yang terlibat dalam politik, dan kadang juga termasuk para ahli politik. Politikus juga termasuk figur politik yang ikut serta dalam pemerintahan.
Negarawan itu, merupakan maqam tertinggi dalam bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam dunia sufi, istilah maqam itu dikenal  sebagai tingkatan martabat seseorang hamba terhadap Tuhan Nya, yang juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat dalam perjalanan spiritual dalam beribadah kepada Allah SWT.