Mohon tunggu...
Chaya Mutiara
Chaya Mutiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi folly

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori spikososial Erik Erikson

17 Januari 2025   17:34 Diperbarui: 17 Januari 2025   17:34 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Psikososial Erik Erikson: Perjalanan Hidup dalam 8 Tahap

Erik Erikson, seorang psikoanalis terkenal, memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami perkembangan kepribadian manusia. Teori psikososialnya menyoroti bahwa perkembangan manusia bukanlah proses yang berhenti di masa kanak-kanak, melainkan berlanjut sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan, menurut Erikson, diwarnai oleh krisis psikologis yang unik, dan cara kita mengatasi krisis ini akan membentuk kepribadian kita.

8 Tahap Perkembangan Psikososial

Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun): Tahap ini sangat krusial dalam membangun pondasi kepercayaan dasar. Bayi yang kebutuhan dasarnya terpenuhi akan tumbuh percaya pada dunia dan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, bayi yang sering merasa tidak aman atau kebutuhannya tidak terpenuhi akan cenderung tidak percaya.

Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun): Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan rasa ingin tahu dan ingin mandiri. Dukungan orangtua yang tepat akan membantu anak merasa percaya diri dan mampu melakukan hal-hal sendiri. Jika terlalu dibatasi, anak bisa merasa malu dan ragu pada kemampuannya.

Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun): Anak-anak usia prasekolah mulai aktif mengeksplorasi lingkungan sekitar. Mereka memiliki banyak pertanyaan dan inisiatif untuk mencoba hal-baru. Dukungan orangtua yang positif akan mendorong inisiatif mereka, sedangkan terlalu banyak batasan dapat membuat mereka merasa bersalah.

Industri vs Inferioritas (6-12 tahun): Masa sekolah dasar adalah periode di mana anak mulai belajar berbagai keterampilan dan membandingkan diri dengan teman sebaya. Pengalaman sukses akan membangun rasa percaya diri dan kompetensi, sementara kegagalan terus-menerus dapat memicu perasaan inferioritas.

Identitas vs Kebingungan Identitas (12-18 tahun): Masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Remaja akan mencoba berbagai peran dan nilai untuk menemukan identitas diri yang unik. Dukungan keluarga dan teman sebaya sangat penting dalam membantu remaja melewati masa pencarian ini.

Intimasi vs Isolasi (18-40 tahun): Pada tahap ini, individu mencari hubungan yang intim dan berkomitmen dengan orang lain. Kemampuan untuk menjalin hubungan yang sehat akan memberikan rasa kepuasan dan kebahagiaan, sedangkan kegagalan dalam membangun hubungan dapat menyebabkan perasaan kesepian dan isolasi.

Generativitas vs Stagnasi (40-65 tahun): Orang dewasa pada tahap ini biasanya ingin berkontribusi pada masyarakat dan meninggalkan warisan bagi generasi mendatang. Mereka mencari makna hidup melalui pekerjaan, keluarga, atau kegiatan sosial. Kegagalan dalam mencapai hal ini dapat menyebabkan perasaan stagnasi dan tidak berguna.

Integritas Ego vs Keputusasaan (65 tahun ke atas): Pada usia lanjut, individu cenderung merenungkan hidup yang telah dilalui. Jika mereka merasa puas dengan hidup mereka, mereka akan memiliki integritas ego. Sebaliknya, jika mereka merasa banyak penyesalan, mereka akan mengalami keputusasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun