Mohon tunggu...
Humaniora

Bijak Pilih Sekolah, dengan Sewajarnya

2 Juli 2016   09:43 Diperbarui: 12 Juli 2016   13:44 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini hampir semua sekolah menyelesaikan proses daftar ulang di sekolah yang menjadi pilihan anak dan orangtua.  Dimana pun sekolah yang dipilih, anak Indonesia harus sekolah. Setiap orangtua pasti punya harapan anaknya kelak menjadi orang berpendidikan dan sukses melebihi dirinya. Sekalipun anak belum yakin benar dan masih sering berubah-ubah di setiap tahap sekolahnya akan berciita-cita menjadi apa. Sekolah itu wajib.

Salah satu tujuan negara di awal Negara ini terbentuk untuk mecerdaskan kehidupan bangsa. Benarkah masyarakat kita sudah cerdas seperti cita-cita mulia negara ini? Sebagai bentuk suatu proses, tentu pencapaian cita-cita ini tidak serta-merta dengan mudah dan pasti dicapai dalam waktu cepat.  Pemerataan terhadap kesempatan untuk mendapat pendidikan di negara ini harus terus diupayakan dan merata di setiap jenjang pendidkan. Bukankah tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran (pendidikan)?

Perlukah ‘pilih-pilih’ sekolah ?

Banyak sekolah dari jenjang sekolah dasar hingga menengah, dari sekolah negeri hingga swasta menawarkan berbagai keunggulannya. Bagaimana kita memilihnya?

  • Sekolah negeri
  • Sekolah negeri banyak menjadi pilihan orangtua. Sekolah negeri dengan perkembangannya membuat suatu petak-petak sebagai sekolah favorit karena benar-benar berprestasi, hingga sekolah negeri yang bagaimanapun kondisinya memang dapat memberikan pendidikan gratis. Sebagian sekolah negeri adalah sekolah yang sudah berdiri bertahun-tahun bahkan puluhan tahun dan sudah menghasilkan orang-orang besar dan sukses. Pengalaman sudah menguji besarnya nama dan prestasi sekolah negeri ini. Orangtua pun pasti tak ragu dengan sekolah negeri bereputasi baik seperti ini. Namun untuk masuk menjadi siswa di sana, tentu harus bermodal nilai akademik yang tinggi atau punya prestasi besar non akademik yang mendukung.  Pilihan sekolah negeri tak dipungkiri juga karena faktor biaya murah. Betapa tidak, dari mendaftar tidak perlu membayar biaya pendaftaran. Ketika diterima pun tidak perlu mengeluarkan biaya, kecuali uang seragam sekolah. Buku sekolah disediakan untuk dipinjam, kecuali buku tulis. Operasional sekolah bahkan diberi subsidi oleh pemerintah berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS).  Dengan berbagai kondisi yang berbeda, sekolah negeri menjadi pilihan dari berbagai strata ekonomi sosial, yang penting memenuhi kuota/ pagu sekolah berdasarkan nilai akademiknya. Tapi apakah yang tidak punya nilai akademik baik dan prestasi non akademik yang mendukung tetap bisa sekolah negeri yang favorit?
  • Sekolah swasta
  • Sekolah swasta sangat beragam pula. Sekolah-sekolah swasta nasional dan internasional banyak menawarkan berbagai keunggulan yang menarik. Keunggulan-keunggulan sekolah mungkin sudah terwujud seluruhmya, sebagian, atau masih baru merintis pencapaian keunggulannya. Keunggulan bisa apa saja. Keunggulan dari sisi religi sebagai dasar pembentukan karakter siswa, kelas internasional, program kelas model, atau bahkan hanya nampak bergengsi dari mahalnya biaya dan gedung yang indah. Sebagian sekolah swasta yang sudah punya reputasi baik pun tidak kalah sulit untuk proses penerimaannya. Bermodal punya dana besar kadang tidak cukup, terutama di sekolah swasta favorit. Di sekolah swasta favorit tak jarang siswa pendaftar  harus tertolak atau tidak diterima sebagai siswa justru karena nilai akademiknya yang kurang. Tapi banyaknya alternatif sekolah swasta perlu menjadi perhatian orangtua. Apa sih yang menjadi harapan orang tua terhadap sekolah bagi anaknya? Gedung mewah, nama bergengsi, sekolah anak pejabat? Kadang hal-hal praktis sebagai kebutuhan anak bahkan menjadi terabaikan seperti ketersediaan guru/ pendidik untuk agama tertentu yang bukan agama dominan di sekolah, fasilitas ekstrakurikuler yang sesuai minat dan bakat anak, dan banyak lagi. Lebih baik fokus pada kebutuhan dan kemampuan anak.

Orangtua perlu bijak memilih mana yang terbaik bagi anak.  Beberapa kondisi dan latar belakang memilih sekolah di atas adalah hal yang umum dan wajar dilakukan sebagai pertimbangan orangtua dalam memilih sekolah. Sekolah bukan gengsi orangtua atas kemampuannya membayar biaya mahal sekolah dengan kualitas yang bisa saja sama dengan sekolah dengan biaya yang jauh lebih murah. Tapi, ada juga fenomena pilih sekolah yang menjadi sedikit kontroversial setidaknya menurut penulis.

Mulianya orang tua ketika memilih sekolah bukan karena ambisi orang tua semata. Anak adalah amanah Tuhan pada orangtua untuk menjadikannya memiliki kehidupan masa depan baik dan membekali dengan cara-cara yang baik. Yang akan bersekolah adalah anak. Setiap anak diberikan kemampuan akademik dan non akademik yang berbeda. 

Hal ini berarti anak mempunyai kebutuhan sekolah yang berbeda pula. Anak dengan nilai akademik rendah kadang malah menjadi ajang orantua untuk mengalihkan keabaiannya dalam memperhatikan belajar anak di rumah. seolah sekolah menjadi satu-satunya yang betanggungjawab terhadap keberhasilan anak dalam akademik di sekolah. Kemudian orangtua mencari solusi dengan cara-cara yang beragam.

Pernahkah anda mendengar seorang siswa yang pada semester 1 dia bersekolah pada sekolah negeri atau swasta yang biasa-biasa saja (karena nilai akademiknya rendah dan tak diterima di pendaftaran jalur regular sekolah negeri),  tiba-tiba di semester 2 dia sudah duduk di bangku sekolah negeri favorit dengan manisnya? Hal ini nampaknya sudah terjadi di beberapa sekolah negeri favorit. Pertanyaan bisa muncul untuk siswa yang pindah tersebut. 

Apakah alasan siswa tersebut berpindah? Tidak kerasan di sekolah yang biasa-biasa saja?  Kemauan anak atau kemauan orangtua atau keduanya? Apakah karena mampu membayar sejumlah biaya untuk ‘membeli’ kepindahan sekolah itu? Yang jelas keuntungan adalah siswa dan orangtua yang ‘mampu’ melaksanakan pindah ke sekolah negeri favorit dan idaman tersebut.

Pertanyaan yang juga bisa muncul tentu bagi sekolah negeri favorit yang menerimanya. Mengapa sekolah negeri favorit ada yang melakukannya? Apakah praktek ini benar, atau dibenarkan di negeri ini? Apa motivasi sekolah untuk bisa menerima siswa yang sebenarnya secara persyaratan nilai akademik sudah tertolak? 

Apakah dengan dalih ada tes juga untuk menetapkan penerimaan kepindahan? Bukankah kepindahan bukan dari luar kota? Apakah alasan subsidi silang bagi siswa berkemampuan akademik baik tapi tidak didukung finansial yang mencukupi itu menjadikan benar cara-cara demikian? Bukankan sekolah adalah lembaga pendidikan yang tidak hanya tempat menempuh pendidikan formal akademik, tapi juga pendidik karakter manusia yang sebenar-benarnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun