Padahal, salah satu syarat yang harus ditanggung oleh penerima beasiswa yaitu alumni wajib berada di Indonesia selambat-lambatnya 90 hari setelah tanggal kelulusan penerima beasiswa dari perguruan tinggi yang dituju.
Permasalahan ini tentunya menjadi polemik di berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Alasan para alumni tidak ingin pulang ke Indonesia diantaranya yaitu kurangnya apresiasi dan ada atau tidaknya peluang kerja di Indonesia atas kapasitas yang mereka miliki.
Dalam beberapa kondisi mungkin alasan tersebut memang benar. Namun mereka sebagai warga Indonesia, kembali ke tanah air setidaknya untuk berkontribusi terhadap negara. Kontribusi atas tingkat pengetahuan yang mereka miliki tentunya memiliki peran besar dalam memajukan negara Indonesia.
Apabila kondisi ini terus-menerus terjadi, maka Indonesia akan mengalami brain drain dimana terkurasnya keterampilan dengan banyaknya perpindahan orang-orang pintar dan terdidik ke negara lain untuk mencari kondisi kerja yang lebih baik. Akibatnya, negara asal akan kekurangan orang-orang dengan otak terampil.Â
Kita tahu bahwa Indonesia tergolong sebagai negara berkembang yang terus berusaha untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), salah satunya yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan pada warga negaranya. Jika warga negara yang terdidik dan terampil terus berpindah ke negara lain, tentu akan terhambatnya pembangunan menuju Indonesia Emas 2045.
Adanya program beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Indonesia, harapannya dapat membantu dalam memajukan Indonesia dengan semakin bertambahnya warga negara dengan keterampilan yang tinggi. Namun, program beasiswa tersebut justru memicu terjadinya permasalahan brain drain yang terjadi di Indonesia.Â
Program yang seharusnya dapat memudahkan para pelajar untuk mengakses pendidikan di luar negeri justru dimanfaatkan oleh segelintir orang hanya untuk keuntungan mereka semata.Â
Padahal pemerintah dan kita semua tentunya sangat berharap kepada mereka untuk dapat berkontribusi dalam memajukan Indonesia menghadapi bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H