Pada akhir tahun 1960an dan awal 1970an, terjadi kenaikan kesadaran masayarakat akan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Hal ini terjadi karena masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya kelestarian alam yang hijau. Akibatnya, muncul gerakan – gerakan peduli lingkungan yang digencarkan baik oleh kaum muda maupun kaum lanjut usia. Gerakan – gerakan ini tak luput dari konflik antar masayarakat yang sama – sama ingin menggalakkan gerakan peduli lingkungan.
Ada dua aspek yang menjadi faktor utama penyebab konflik untuk ketidakpuasan terhadap lingkungan yang dirusak yaitu protes yang dilakukan  masih berkaitan dengan beban lingkungan, keputusan direncanakan dan cara di mana keputusan diambil. Konflik tersebut terjadi ketika ketidakpuasan masyarakata akibat limbah industri pabrik yang kebanyakan dibiarkan begitu saja pada saat itu (tidak diolah kembali), tidak hanya itu ketika pembangunan infrastruktur dilakukan pun muncul limbah yang merugikan masyarakat.
Masyarakat menyuarakan pendapat mereka bahwa mereka keberatan terhadap keputusan yang diambil oleh perusahaan dan mereka merasa prihatin terhadap dampak lingkungan.
Akibat banyaknya pabrik dan usaha – usaha yang menghasilkan limbah didirikan, banyak lembaga – lembaga sosial maupun seperti gereja, universitas, gerakan serikat dagang politik menantang legitimasi dari lembaga yang ada, berdebat untuk struktur lainnya, terutama yang lebih partisipatif, yang dalam hal ini adalah pabrik – pabrik yang merugikan masyarakat.
Para penggiat peduli lingkungan semakin menggencarkan masyarakat agar turut terlibat aktif dalam setiap keputusan pemerinta ketika ingin mendirikan lembaga maupun pabrik yang dapat berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Seperti yang terjadi di Jerman ketika pemerintah memutuskan untuk menggunakan nuklir sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik, karena menurut pemerintah penggunaan nuklir dinilai dapat menekan biaya pemerintah membeli bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan tenaga nuklir dianggap sebagai energi yang hijau. Namun, para penggiat peduli lingkungan mengkhawatirkan jika kebocoran pembangkit listrik nuklir membuat satu kota tercemar radiasi nuklir dan harus dikosongkan sehingga merugikan masyarakat seperti tragedi Chernobyl yang belum lama terjadi sebelum pemerintah memnutuskan untuk menggunakan bahan baku nuklir dan mereka tidak mau kejadian ini terulang kembali.
Ketika ingin bertindak memutuskan sesuatu hendaknya pemerintah memikirkan dampaknya terhadap lingkungan karena ini menyanngkut kehidupan masyarakat. Pertisipasi masyarakat terhadap lingkungan pun turut menjadi faktor utama agar lingkungan tetap sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H