Mohon tunggu...
Chatarina Pulung Kadarina
Chatarina Pulung Kadarina Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Pustakawan. Membaca adalah bagian dari hidupku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Curahan Isi Hati Seorang Pemabuk

8 Maret 2024   11:40 Diperbarui: 8 Maret 2024   11:57 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen: Pemabuk Di Pertigaan Oenasi - Suara Amfoang 

Sinar mentar pagi yang hangat ditemani desiran angin,
Menerobos masuk tanpa permisi, melalui celah jendela rumah kayuku yang reot .
Aku merasa ada yang  terganggu, aku menggeliat tapi mataku tetap terpejam.
 Oh... ternyata kau angin, berani sekali kau mengganggu tidurku?

Mengapa ...? Apa  karena aku seorang pemabuk yang nggak punya masa depan?
Atau...apa  karena aku sampah masyarakat? Seperti orang-orang di sekeliliku memberi label padaku.
Apa karena aku dianggap  meresahkan orang di kampungku  
Terserah mereka aku tak peduli.
 
Aku bertanya pada Tuhan, kenapa hidupku tidak seberuntung  mereka
Yang hidup berkecukupan, hidup penuh kemewahan sejuta kebahagian singgah pada mereka
Tapi Tuhan... kenapa? Tak secuil kebahagian Kau berikan padaku ..? Kenapa Tuhan...? Kenapa ..? Apa salahku?
Jangan salahkan aku bila aku lari dari-Mu ....., aku kecewa..., sebotol  minuman keras lebih menghiburku.
Tapi ternyata dia menipuku dia memberi kabahagian semu, aku kecewa karena  minuman keras yang kuanggap sahabatku  dia mengkhianatiku, membuatku makin terpuruk.

Aku hancur....... Aku jatuh ke jurang yang paling dalam.
Dalam keputusasaanku Kau ulurkan  tangan-Mu, Tuhan,
Kau angkat aku dari jurang yang dalam dan gelap.
Aku menyesal ,   , lidahku kelu aku hanya bisa bersujud dan mohon ampun.
Aku malu ..... selama ini aku salah faham pada-Mu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun