Menerobos masuk tanpa permisi, melalui celah jendela rumah kayuku yang reot .
Aku merasa ada yang  terganggu, aku menggeliat tapi mataku tetap terpejam.
 Oh... ternyata kau angin, berani sekali kau mengganggu tidurku?
Mengapa ...? Apa  karena aku seorang pemabuk yang nggak punya masa depan?
Atau...apa  karena aku sampah masyarakat? Seperti orang-orang di sekeliliku memberi label padaku.
Apa karena aku dianggap  meresahkan orang di kampungku Â
Terserah mereka aku tak peduli.
Â
Aku bertanya pada Tuhan, kenapa hidupku tidak seberuntung  mereka
Yang hidup berkecukupan, hidup penuh kemewahan sejuta kebahagian singgah pada mereka
Tapi Tuhan... kenapa? Tak secuil kebahagian Kau berikan padaku ..? Kenapa Tuhan...? Kenapa ..? Apa salahku?
Jangan salahkan aku bila aku lari dari-Mu ....., aku kecewa..., sebotol  minuman keras lebih menghiburku.
Tapi ternyata dia menipuku dia memberi kabahagian semu, aku kecewa karena  minuman keras yang kuanggap sahabatku  dia mengkhianatiku, membuatku makin terpuruk.
Aku hancur....... Aku jatuh ke jurang yang paling dalam.
Dalam keputusasaanku Kau ulurkan  tangan-Mu, Tuhan,
Kau angkat aku dari jurang yang dalam dan gelap.
Aku menyesal , Â , lidahku kelu aku hanya bisa bersujud dan mohon ampun.
Aku malu ..... selama ini aku salah faham pada-Mu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H