Mohon tunggu...
Yetty Karmila Karmila
Yetty Karmila Karmila Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Universitas Indraprasta PGRI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Malang di Kota Metropolitan

20 April 2013   11:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:54 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anak Malang di Kota Metropolitan

Di pinggirkota Metropolitan, di sana terdapat pemukiman kumuh. Ada seorang ibu berusia 45 tahun yang memiliki dua anak. Ibu Aminah adalah seorang janda ditinggal mati oleh suaminya ketika anaknya yang kedua di dalam kandungan. Sejak ditinggal suaminya, kini ibu Aminah bekerja sebagai seorang pemulung sampah. Itu semua ia lakukan demi menghidupi anaknya yang masih kecil. Sambil menggendong anaknya setiap pagi ia berkeliling mencari sampah dari rumah ke rumah. Asrul adalah anak pertamanya yang sedang duduk di bangku kelas 3 SD, Rawamangun. Sebelum berangkat ke sekolah Asrul sibuk mengemas gorengan untuk di jual ke sekolah. Setelah tiba di sekolah ia langsung menggelar barang dagangannya di sudut halaman sekolah. Waktu menunjukkan pukul 07: 00 pagi, bel pun berbunyi, Neeettt...! Asrul pun langsung membereskan barang dagangannya dan bergegas masuk kelas.

Hari ini pendapatan jualan Asrul lumayan banyak, “Alhamdulillah ya Allah, aku dapat uang Rp. 30.000, semoga ibuku senang aku dapat uang banyak.” Saking girangnya, dihitungnyauang itu berkali-kali. Tak disangka, di tengah perjalanan menuju rumah. Ada segerombolan preman yang menghadang Asrul. “Hai bocah ingusan, mana uangmu ?!” kata sang preman yang beringas. Asrul pun merasa ketakutan, “jaaaangaan....Oomm ! ini uang untuk berobat adikku yang sedang sakit Oom,” sahut Asrul. Kemudian segerombolan preman itu langsung merampas semua uang yang ada di tangan Asrul. “Ibuuu....uangku diambil orang jahaaat....! Ngengenge....!,” tangis Asrul.

Setiba di rumah, Asrul nampak pucat pasi dan ketakutan. Ia takut dimarahi ibunya, karena jualannya habis tapi uangnya tidak ada. “Assalamu’alaikum....! Ibu...maafkan Asrul, Ibu...tadiii...uang Asrul di curi orang jahat.” Ibunya terkejut,”Haaahh ?! Kenapa bisa terjadi ?? “Memang uangnya tidak kamu simpan di dalam tas ? “Tadi Asrul lagi menghitung uangnya, kemudian muncul dengan tiba-tiba ada preman merampas uang itu,” sahut Asrul. “Yaa...sudahlah, sekarang kita ikhlaskan saja, semoga Allah memberi ganti yang lebih banyak, tegas Ibu Aminah.” Akhirnya, rasa ketakutan Asrul punberangsur-angsur hilang. “Terima kasih ibu, sekarang Asrul janji tidak akan ceroboh lagi,”sahut Asrul.

Matahari telahmerangkak naik, siang itu, adik Asrul yang berumur dua tahun sakit panas. Setelah makan siang dan mengganti baju, Asrul diajak ibunya ke Puskesmas. “Nak...ayo antar ibu ke Puskesmas, adikmu panasnya semakin tinggi,” kata ibu Aminah. “Baik Bu...!” jawab Asrul. Di tengah perjalanan menuju Puskesmas, tiba-tiba terlihat dari jauh ada segerombolan preman sedang di kejar-kejar Satpol PP. “Hai...preman...mau ke mana kau, jangan lariii.... !!” kata Ketua Satpol PP sambil mengejar preman itu. Bersamaan dengan itu, ibu Aminah yang sedang menggendong Sani dan Asrul digandengnya menyeberangi jalan trotoar. Salah satu preman itu, menyenggol tangan bu Aminah dan akhirnya tangan Asrul pun terlepas. “Ibuuu....!! teriak Asrul”. Asrul tersempet mobil mewah. Kini ia tergeletak di tanah dan pinsan, “Asruuull anakkuu...”!!! ibunya menangis histeris. Sang pemilik mobil pun sangat terkejut, dan langsung membawanya ke rumah sakit.

Tiba saatnya di Rumah Sakit, Asrul langsung diboyong ke ruangan ICU. Setelah di ruang ICU, Asrul dipindahkan ke ruang rawat inap. Di sisi kanan, ibu Aminah selalu menemaninya. Pak Hartawan adalah seorang duda kaya, yang di tinggal mati isterinya dua tahun lalu. “Buu...maafkan saya yaaa...! benar-benar saya tidak sengaja” ! Pak Hartawan memelas. “Tidak apa-apa Pak ! ini semua sudah takdir Allah, sahut bu Aminah. Bu Aminah memang seorang ibu yang penyabar, dan berhati baik. Sehingga, anaknya tertabrak pun ia tidak marah.Setelah dua hari dirawat, Asrul sudah mulai siuman dan kondisinya semakin membaik. Ibuu...adik mana ? “Adikmu sedang di rawat kamar sebelah Nak ! Ia kena demam berdarah,” sahut ibu Aminah.

Sepekan lamanya, Asrul dan Sani di rawat di Rumah Sakit dan biaya perawatan pun ditanggung Pak Hartawan. Ia mengantarkan ibu Aminah dan anaknya pulang ke rumah. Ketika sampai, di perkampungan kumuh Pak Hartawan merasa iba. Melihat gubuk reot yang ditinggali oleh seorang janda dua anak ini. “Bu...saya permisi pamit dulu yaaa...! saya mau pulang dulu,” sapa Pak Hartawan. “Oya...terima kasih banyak ya Pak, sudah membantu kami,” sahut bu Aminah.

Keesokan harinya, Pak Hartawan datang menemui ibu Aminah. Ia hendak memberikan segepok uang. “Assalamu’alaikum....! kata Pak Hartawan. “Wa’alaikum salam, Ibu Aminah pun terkejut ketika membuka pintu rumahnya, dalam hatinya untuk apa ia ke sini lagi. “Bu...ini ada sedikit uang untuk biaya sekolah Asrul dan untuk modal ibu jualan,” kata Pak Hartawan. Mendengar ucapan itu, ibu Aminah merasa haru, sedih campur senang. “Haaahh...! terima kasih banyak ya Pak,” kata bu Aminah. Ketika Pak Hartawan pulang, bu Aminah langsung membuka amplop coklat itu. Ia terkejut melihat uang segitu banyak, ia langsung menghitung uang itu. Setelah uangnya ia hitung, uangnya berjumlah 10 juta rupiah. Bu Aminah langsung sujud syukur sambil meneteskan air mata, “Terima kasih ya Allah, Engkau telah memberi kami rezeki yang melimpah,” doa bu Aminah. Kini bu Aminah sudah tidak jadi tukang tutur lagi, ia tinggal di rumah susun dan membuka usaha toko kelontong. Asrul pun bisa sekolah dengan tenang, tanpa susah mencari uang untuk jajan. Mereka hidup bahagia tanpa menjadi seorang pemulung apalagi pengemis. Kehidupan mereka menjadi baik, karena ibu Aminah adalah seorang yang sabar dan taat beragama. Sehingga doanya selalu dikabulkan oleh Sang Maha Kuasa.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun