Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketampanan dan Kecantikan Bukan Daya Tarik dalam Menikah di Zaman Sekarang

9 Maret 2024   21:54 Diperbarui: 9 Maret 2024   21:58 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecantikan dan ketampanan menjadi modal untuk meluluhkan hati lawan jenis. Dengan kecantikan dan ketampanan seseorang dipuji bagaikan ratu dan raja. Orang itu akan dikejar atau menjadi incaran lawannya .Kemampuan meluluhkan hatinya kehebatan tersendiri. Itu cerita masa lalu. Apakah sekarang masih tetap seperti itu? Kemajuan zaman yang semakin pesat dan kesibukan orang dalam dunia kerja, manusia semakin sibuk dengan karir dan orientasi utama terletak pada uang. Bahkan situasi ini pun mulai terjadi dalam anak-anak sekolah yang masih dalam tahap pemikiran belum terlalu matang.

Dalam masa-masa Sekolah kami, ditahun 2011 di masa SMA, kecantikan dan ketampanan memiliki daya Tarik tersendiri. Wanita yang cantik akan selalu diincar oleh lelaki. Bahkan laki-laki bersaing untuk menjadi yang pertama dalam hatinya. Begitu pun dengan laki-laki tampan. Wanita akan bersaing untuk meluluhkan hatinya. Artinya menjadi kekasih dari pria tampan dan wanita cantic menjadi kebanggaan tersendiri. 

Saya masih ingat teman saya waktu SMA, dia juga tampan. Dia jatuh cinta pada seorang gadis yang sangat cantik. Gadis itu menjadi incaran banyak lelaki juga. Dia pun mencoba meluluhkan hati gadis itu dengan mengungkapkan perasaannya. Karena sama-sama cantic dan tampan, gadis itu menerima cintanya dan mereka pun menjadi sepasang kekasih.

Berbeda cerita masa SMA saya dulu dengan yang terjadi sekarang. Dengan yang terjadi setelah lulusan kuliah. Orientasi orang mencari pasangan bukan lagi dinilai dari kecantikan dan ketampanan melainkan dari uang dan profesinya. Lawan jenis akan melihat pekerjaan dan hartanya. Bahkan mulai melirik keberadaan keluarganya. 

Dulu ketampanan dan kecantikan daya Tarik dan sekarang karir dan uang. Meskipun cantic dan tampan pas-pas saja, apabila karir dan berduit bisa mendapatkan pasangan yang diinginkan. Pada zaman sekarang, zaman dunia digital, zaman tawaran akan kehidupan mewah dan berwisata yang tinggi, menimbulkan orientasi pasa kekayaan.

Keadaan yang terjadi dalam mencari pasangan dengan melihat dari karir dan kekayaan sesuatu yang masih dalam tahap wajar. Tuntutan kehidupan dengan biaya konsumsi yang tinggi menjadi faktor utama. Setiap orang menginginkan agar bisa memiliki warisan untuk anak-anaknya.  Jadi, kekayaan menjadi daya Tarik untuk orang jatuh cinta dan kekayaan membawa kita bisa mendapatkan gadis yang kita cintai.

Apakah menikah dengan pasangan yang kekayaan berlimpah masih disebut cinta dan jodoh? Pertanyaan ini kerapkali mengaung di hatiku. Jika seseorang menikah dengan lawan jenisnya hanya karena uang, apakah bisa mencapai kebahagiaan. Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya ingin mengilustrasikan sebuah contoh cerita. Dalam sebuah kota hiduplah seorang laki-laki yang sangat kaya raya, uangnya berlimpah. 

Dia dituntut menikah oleh keluarganya. Kemudian dijodohkan oleh keluarganya dengan seorang gadis yang cantic. Namun mereka belum pernah ketemu. Suatu hari laki-laki ini ingin melihat seberapa cinta, baik dan tulus gadis yang dijodohkan itu terhadap dirinya. Dia menyamar sebagai seorang pria miskin dengan duduk di jalan. Dengan sengaja dia menjatuhkan uang tiga ratus ribu di belakang gadis itu. 

Dengan lembut dia mengatakan uangmu jatuh. Dengan kesadaran tidak ada uang yang jatuh darinya, gadis itu langsung mengambil uang itu dan mendorong pria yang memberikan uang. Dengan mengungkapkan menjauh sana, bau. Pria itu pun dapat mengetahui isi hati gadis yang akan dijodohkan dengannya. Waktu keluarga bertemu sang gadis penuh rasa malu dan bersalah ketika melihat pria yang kaya raya itu ternyata laki-laki kemarin. Laki-laki itu memutuskan aku tidak ingin dijodohkan dengan dia dan mulai menceritakan kejadian kemarin.

Saya akan menjawab pertanyaan diatas dengan menghubungkan juga dengan cerita ini. Menikah dengan pasangan yang kaya dengan setahu bahwa dia kaya, bisa membawa kebahagiaan namun bisa juga tidak bahagia. Bahagia sebab keinginan dalam diri untuk menjadi orang kaya. Tidak bahagia karena menikah bukan berdasarkan cinta tetapi harta. Orang yang menikah dengan pengcarian kekayaan bukan cinta, suatu saat akan merasakan titik kejenuhan dalam hidup berpasangan. Yang dicari sudah didapatkan yaitu uang tetapi cinta yang sesungguhnya belum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun