Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jati Diri di Balik Topeng

19 Februari 2024   02:51 Diperbarui: 19 Februari 2024   03:09 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia mahluk sosial dan rasional. Manusia esensinya berelasi dengan orang lain dan mampu berpikir dalam menjalankan kehidupan. Manusia dalam kehidupan memiliki tujuan dan cita-cita. Tujuan dan cita-cita itu untuk mencapai kebahagiaan. Manusia berusaha untuk mampu bertahan hidup dengan bekerja dan mengunakan akal budi untuk berpikir sehingga mampu mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia ingin agar orang lain memandangnya sebagai orang yang bahagai. Untuk mencapai kebahagiaan manusia berusaha mencapai kebahagiaan itu. Kebahagiaan menurut setiap orang itu berbeda-beda. Bagi saya kebahagiaan itu pada dasarnya tergantung pada diri masing-masing. Ada orang yang merasa bahagia dengan harta berlimpah dan terdapat juga orang yang merasa bahagia dengan terpenuhnya makanan sehari-hari saja. Sebagian besar manusia berusaha menutupi luka-luka dalam hidup dan menampilkan wajah penuh senyuman agar tidak dipandang sebagai orang yang sedang sedih atau mengalami masalah. Orang sedang bertopeng dengan menutupi keberadaan aslinya.

Persaingan sosial dalam masyarakat menyebabkan orang seringkali bertopeng. Dengan pencapaian agar tidak dihina dan ditertawai oleh orang lain. Dia berusaha menutupi luka-luka dalam hidup dengan senyuman yang adalah kebahagiaan semu. Setelah menyendiri dalam rumah, luka-luka itu akan muncul kembali dan menghantui hidupnya. Bahkan keluarga-keluargapun seringkali menampilkan wajah bertopeng ini. Di luar rumah dalam kehidupan sosial menampilkan wajah yang bahagia padahal keluarganya sedang mengalami kehancuran dan di rumah terjadi perkelahian diantara mereka. Orang seringkali mencari pujian dari orang lain. Pujian yang membuat keberadaan diri dalam keadaan bahagia, padahal sedang dalam persoalan.

Saya mengambil contoh di tengah masyarakat antara tetangga. Terjadi persaingan sosial diantara mereka. Tetangga yang satu menyekolahkan anaknya di sekolah favorit dan tetangga yang satu iri hati dan melakukan hal yang sama meskipun situasi ekonomi tidak mendukung. Timbul ketidakbahagiaan disini yang terjadi. Mungkin tetangga yang satu menyekolahkan anaknya di sekolah favorit karena keberadaan ekonomi mencukupi dan kebahagiaan tetap terjalin diantara mereka. Tetangga yang satu memaksakan diri untuk dipandang sebagai orang berada dan mencapai kebahagiaan semu. Kebahagiaan yang hanya dipandang orang lain padahal di dalam diri sebenarnya tidak ada kebahagiaan.

Manusia seringkali menampilkan wajah bertopeng seperti ini. Untuk mencapai keinginan juga manusia seringkali menampilkan wajah bertopeng. Dengan mengunakan cara-cara yang keliru agar mencapai keinginan. Di tengah masyarakat menunjukkan jati diri penuh kewibawaan yang dipuji oleh orang lain dan bisa dijadikan contoh. Dibalik itu padahal sedang bersandiwara dengan waktu, atau sedang bertopeng. Bisa saja persoalan-persoalan yang terjadi dalam kehidupan sosial karena pribadi orang itu.

Kita sulit untuk mengetahui karakter dari orang lain. Karakter yang terkadang tidak sesuai dengan keberadaannya yang sebenarnya. Misalnya saja orang melakukan bunuh diri. Ketika ditanya kepada teman atau tetangga. Mereka menjawab selama ini kami melihat dia baik-baik saja, orangnya ramah dan baik sekali. Pada ujungnya melakukan tindakan bunuh diri. Dari sinilah kita sulit untuk mengetahui situasi dari orang lain.

Kebahagiaan sejati menurut saya tidak perlu dicapai dengan menampilkan wajah bertopeng. Kebahagiaan itu sebenarnya bukan terletak pada penilaian orang lain. Apabila kita melihat kebahagaian itu berdasarkan kriteria orang lain, pada akhirnya kita menampilkan wajah bertopeng. Kebahagiaan itu sebenarnya adalah terletak pada sejauh mana menjalankan hidup bersama keluarga dengan komunikasi yang baik dan keterbukaan.

Menurut saya jika penilaian kebahagian bagi kita berdasarkan pandangan orang lain, yang jelas dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali menampilkan wajah bertopeng. Bahkan terjadi persaingan yang tidak sehat diantara kita. Atau secara moral dengan cara yang keliru untuk mencapai tujuan. Yang tujuannya baik untuk bahagia karena diakui oleh orang lain tetapi caranya keliru. Orang lain memang tidak melihat cara-cara yang keliru itu pada diri kita, mereka hanya melihat kita mencapai kebahagian sesuai kriteria yang ada.

Dengan demikian dalamkehidupan sehari-hari menurut saya kita menampilkan diri apa adanya yang terpenting sesuai dengan kebahagiaan menurut kita. Tidak peduli dengan pandangan orang lain. Yang terpenting kita sendiri Sudah merasa bahagia dengan keberadaan seperti itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun