Aku bercinta dengan cinta-cinta yang hadir didalam hidupku. Aku terpesona dengan tiga pria tampan yang gagah perkasa, menawan mengoda hati. Sudah sejak empat tahun lalu aku berkesimpung dalam cinta ini. Bagiku ketiga pria ini begitu special dengan pesonanya masing-masing. Mereka seperti air mengalir dari tengah hutan menuju desa, air jernih tanpa ada limbah-limbah pabrik. Mereka begitu special bagiku.Â
Dengan pria A berbeda lima belas tahun usia denganku, pria B berbeda sepupuh tahun usia denganku dan pria C berbeda Sembilan tahun usia denganku. Memang ketiganya berbeda lumayan jauh usia denganku. Tapi aku jatuh cinta pada pesona mereka. Apakah aku salah. Oh, Tuhan salahkah aku mencintai ketiga-ketiganya. Dengan si A aku menjalin cinta dengannya empat bulan yang lalu, dengan si B tiga tahun lalu aku bermesraan dengannya dan si C menjalin asmara enam tahun yang lalu.
Cinta segitiga yang kujalani bagaikan bumi yang diterangi oleh cahaya-cahaya bintang. yang special dari pria yang A adalah takkala dia selalu memotivasiku berkali-kali dalam pengalaman Lukaku, dia selalu hadir dengan senyumannya. Dia selalu katakan jatuh itu biasa, tetapi meski bangkit. Jangan menyerah sebab banyak yang menanti kebaikanmu. Si A memang pandai merayuku dan menghiburku, tak segan-segan dia katakan jatuh cinta denganku dan aku milikmu akan membuat kamu terkenal, kamu akan nyaman karena aku pria kekar terbiasa menghadapi singa-singa di hutan. Aku selalu tersenyum tersipu malu saat bersamanya. Pernah waktu itu, aku ketiga kali sedih, tidak pernah juara perlombaan, tetapi dia datang menepukku...
Katanya: beb.... Bersedih saat kalah tidak ada gunanya, menangis akan membuat kamu tidak akan menjadi juara beb, coba lagi dan coba lagi, nanti pasti juara kok. Sekarang kamu pandai mencari guru yang hebat untuk melatih kamu beb, biar juara. Kata-katanya membuatku semangat lagi dan berlatih dengan guru hebat.
Si B pandai merayu, dia juga pandai meluluhkan hatiku. Aku tahu aku hanya simpanan si B dan bagiku sebaliknya. Tapi, di saat si B berbicara aku selalu terpesona dan tergoda yang membuat aku enggan untuk melepasnya. Memang banyak janji-janji manis yang diucapkannya tak ditepati. Akan tetapi satu janji yang ditepatinya, yang selalu kukenang dalam hidup. Waktu itu, dia telepon:
B Â Â Â Â : Beb, aku membawa kamu ke taman iya...
Aku   : Ngapain (tanyaku)
B Â Â Â Â : Aku ada sesuatu yang special buat kamu.
Aku   : nda percaya aku, kamu terlalu sering berjanji dan tidak ditepati.
B Â Â Â Â : Serius beb.