Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Segitiga

11 Februari 2024   04:00 Diperbarui: 11 Februari 2024   05:54 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku     : ok. (akupun setuju dan mulai untuk berangkat)

Dalam perjalanan menuju taman itu terjadi kemacetan. Mobil yang kunaiki itu seperti sedang melewati banjir, jalan enggan, takut di depan ada batu, sebab mobil-mobil itu jalannya pelan sekali. Aku telp dia dan katakana: beb... macet beb, ayo dong gimana dong. Jawabnya dengan santai: sabar beb, orang sabar disayang Tuhan. Mulailah dia berteori tentang kemacetan, membawa aku nambah sakit hati dengarnya. Sesampai di taman, ternyata benar dia menyiapkan hadiah yang luar biasa untukku. Hadiahnya cincin berlian. Katanya: beb, aku kemarin juara di tingkat daerah dan akan diutus berlomba ke tingkat nasional, sebagai syukur aku rayakan dengan kamu dan memberimu hadiah.

Sedangkan si C juga tampan, dia juga sering berjanji, memang selalu ditepati janjinya, dia juga tampan. Aku kecewa dengan dia, terlalu playboy. Banyak yang naksir dia, dan dia pacarin semuanya. Tapi satu kebaikan dia adalah sabar menghadapiku yang pemarah. Setiap kali aku marah dia hanya membalas dengan senyuman.

Tibalah saatnya si B mengikuti perlombaan di tingkat nasional dia memintaku untuk hadir menonton dia. Oh iya, maaf aku lupa deh memberitahu perlombaannya. Perlombaannya adalah perlombaan lari. Kemudian HPku berdering:

B         : beb, nonton besok iya.

Aku     : ok, beb.

Besoknya aku pergi menonton perlombaan itu. Betapa deg-degannya hatiku. Seperti aku terkurung di tengah hutan suasana hatiku, aku seperti ketakutan seolah-olah melihat singa yang ingin menerkamku. Kuingin bersembunyi tetapi tidak ada tempat. Kumenyesal mengapa aku seperti ini, tapi terlambat.

Ternyata dalam perlombaan itu ketiga pacarku itu yang sedang berlomba, saat si B teriak memanggil namaku beb..beb.., ketiga-tiganya melihatku. Akupun menjadi malu, aku ketahuan sebagai gadis yang berpacaran dengan pria sekaligus. Aku malu, namaku menjadi jelek.

Pada akhirnya aku hanya menonton mereka bertanding dan tidak sedikitpun suara yang keluar dari mulutku untuk berteriak mendukung salah satunya. Aku diam terbisu.

(menurut kalian sosok gadis Aku akan memilih siapa pujaan hati ke pelaminan pada akhirnya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun