Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

2024 Tahun Politik dan 2023 Tahun CPNS (Kompetisi Menunjukkan Kompetensi)

5 Januari 2024   06:53 Diperbarui: 5 Januari 2024   06:58 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.rri.go.id/denpasar/pemilu/310985/kawal-pemilih-kenali-calon-pemimpin-ini-langkah-penyelenggara-pemilu

Mimpi dan cita-cita memiliki makna yang dalam yang dipikirkan manusia untuk mencapai sesuatu. Keinginan untuk mencapai itu merupakan sebuah keinginan yang memiliki makna yang mendalam untuk memenuhi kebutuhan sang pemimpi dan juga kebutuhan banyak orang. Realitas sekarang untuk mencapai mimpi dan cita-cita harus bekerja keras dan menunjukkan bahwa subjek yang bermimpi memiliki kapasitas yang mampu menjadi seorang pemimpin. 

Pemimpin untuk subjek yang bermimpi dan orang lain sebagai subjek yang memimpikan cita-cita juga. Aku bermimpi untuk kebutuhan orang lain, dan orang lain bermimpi agar itu terpenuhi. Ada relasi yang mendalam antara subjek. 

Tahun 2023 untuk sebagian sarjana berkompetisi dalam CPNS. Bermimpi untuk menjadi sang juara, pemenang yang melebihi kawan-kawan pesaing. Tahun 2024 akan memasuki tahun politik di Indonesia. Tahun yang memperlihatkan elektabilitas dari para pemimpin yang memiliki kapasitas. Yang terutama memenang kan hati dari rakyat. Perbedaan kompetisi CPNS dan menjadi pemimpin legislatif dan eksekutif adalah para CPNS berusaha mengerjakan soal dan ujiannya menjawab pertanyaan soal yang sudah disusun oleh kaum intelektual untuk menguji daya berpikir. Dalam berpolitik kompetisi itu ujiannya di lapangan di tengah masyarakat, soalnya dari persoalan yang ada dalam masyarakat, yang persoalan itu perlu di jawab olehnya. Masyarakat yang menyediakn soal-soal untuk menguji kelayakan, dan rakyat penentu.

Memilih Capres dan Cawapres

Sebagai masyarakat tentu selalu menantikan waktu perdebatan antara pasangan calon, yang mungkin dari itu bisa menentukan pilihan untuk memilih pasangan calon yang mana di pemilihan presiden dan wakil presiden. Dari proses debat yang terjadi masyarakat mungkin dapat menentukan yang layak untuk memimpin bangsa ini di waktu mendatang. Dari visi-misi yang disampaikan, pertanyaan yang diajukan serta jawaban yang diucapkan dapat memperlihatkan kemampuan-kemampuan mereka untuk menjawab persoalan yang terjadi di masyarakat saat ini, untuk membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.

Masyarakat mungkin bukan melihat ketampanan atau senyuman dari para calon, akan tetapi lebih pada gagasan yang mereka ungkapkan. Gagasan yang dimaksud adalah gagasan yang sesuai dengan realitas bukan gagasan yang diungkapkan hanya untuk mengambil hati masyarakat tapi kenyataannya sulit untuk dilaksanakan. Masyarakat harus menjadi pemilih yang cerdas untuk menilai ini. Menilai yang layak dan gagasan yang dapat sesuai dengan keadaan bangsa ini. Singkat kata, keberadaan bangsa ini berapa tahun ke depan berada di tangan masyarakat. Jadi, tentukan pilihan dengan baik.

Saya secara pribadi menentukan pilihan untuk memilih pasangan yang mana berdasarkan gagasan yang disampaikan oleh pasangan calon. Gagasan itu saya pikirkan, apakah gagasan itu dapat akan diterapkan atau hanya strategi untuk mengambil hati masyarakat. Akan tetapi, menurut saya dari masing-masing calon terdapat gagasan-gagasan yang dapat membawa bangsa ini kea rah yang lebih baik. Sebagai masyarakat yang merupakan pemilih, kita menentukan yang paling cocok gagasannya digunakan untuk beberapa tahun ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun