Ketiga, menjadikan yang lain sebagai bagian dari aku. Untuk mewujudkan keutamaan ini kita harus berusaha agar orang lain dapat kita anggap sebagai diri kita. Ketika kita telah sampai pada pikiran orang lain sebagai bagian dari diri kita sendiri, kita akan mencintai orang itu sama seperti kita mencintai diri kita sendiri. Kecintaan akan diri sendiri membuat kita juga dapat mencintai orang lain. Dengan berusaha memposisikan diri seandainya saya mengalami kehidupan seperti dia yang misalnya sedang mengalami duka atau masa sulit. Untuk sampai pada tahap menjadikan orang lain sebagai bagian dari aku membutuhkan refleksi diri yang dalam. Martin Buber sudah mengagas filosofi mengenai aku dan yang lain ini.    Â
      Dari ketiga poin ini saya masuk pada pengalaman menarik dalam hidup saya yang membawa saya pada sebuah kebahagiaan sejati. Ini berkaitan dengan pelayanan seorang ibu yang bukan kaum keluarga saya terhadap saya. Dari pelayanan ibu ini saya merasakan bahwa dia memberi dengan penuh ketulusan dan merasa bahagia dengan berbagi. Saya yang dilayaninya dan dia yang melayani sama-sama merasakan bahagia. Saya waktu SMA jauh dari kampung halaman. Tiba-tiba seorang ibu yang merupakan keluarga yang sederhana, yang hidup dengan hasil kerja hari itu untuk kehidupan di hari itu. Ibu ini saat ketemu saya mengajak saya untuk makan ubi di rumahnya, saya pergi ke rumahnya dengan teman-teman, dan ibu ini melayani kami sama seperti dia melayani anak-anaknya sendiri. Setiap kami ke rumahnya selalu dia memasak ubi untuk kami dan dalam benaknya tidak ada pikiran bahwa kalian bukan keluargaku. Dia pun mengatakan bahwa dia bahagia sekali saat kami kunjung dan dia berharap kami selalu mengunjungi rumahnya dan menerima pemberiannya walaupun hanya ubi saja. Saya melihat ada kebahagiaan dalam dirinya saat dikujungi. Dan waktu saya dan beberapa teman yang sering ke rumahnya lulus SMA, ibu ini pun menangis mengingat saya dan teman-teman.