Anak-anak kelas satu Sekolah dasar (SD) menjadi salah satu "korban" dari adanya sekolah secara daring ini. Anak-anak yang baru memasuki dunia pengenalan akan sekolah formal bagi mereka yang belum TK ini tidak merasakan pendidikan di sekolah kelas satu secara baik.Â
Anak-anak di kampung yang tidak ada Paud dan TK memasuki kelas satu di sekolah dasar menjadi langkah pertama dalam belajar.
Mereka akan pertama kali belajar menghitung dan belajar membaca, mereka baru pertama kali menghafal abjad A sampai Z.
Guru yang mengajar kelas satu juga akan merasa kesulitan biasanya dalam mengajar anak-anak kelas satu.
Anak-anak kelas satu yang biasanya tidak bangun pagi-pagi cuci muka atau mandi dan biasa bersama orangtua di rumah, kini mesti berusaha untuk bangun pagi-pagi dan bergegas ke sekolah. Di sekolah mereka belum bisa untuk belajar dengan sepenuhnya mendengarkan guru.Â
Awal-awalnya masih ada yang nangis ingin pulang, bahkan kencing di celana pun ada. Itu keseruan dari sekolah tatap muka bagi anak-anak kelas satu SD. Kini semuanya berubah berhalunan seperti arah angina.
Anak-anak sekolah kelas satu SD juga mesti melakukan belajar secara online. Mereka juga harus belajar dari rumah.
Dengan sekolah online ini anak-anak kelas satu sekolah dasar tidak menjalan belajar secara efektif baik disiplin dan tidak melatih mereka untuk tidak manja.Â
Sekolah online juga ikut mendidik mereka untuk terus berada di rumah dan di manjakan oleh orangtua. Sebagai anak kelas satu sekolah dasar mungkin mereka tidak mengenal nama gurunya dalam sekolah secara online ini.
Belajar di sekolah memang penting sekali bagi anak-anak untuk membawa mereka keluar dari zona nyaman dimanjakan oleh orangtua. Dan, berusaha untuk berhadapan dengan guru yang memiliki karakter lain atau berbeda dari orangtua mereka.Â
Karakter guru sekolah dasar kelas satu SD dapat mengubah sikap dari anak-anak kelas satu SD. Guru yang mengajar anak-anak sekolah dasar kelas satu SD ini haruslah seorang guru yang sabra dan mampu untuk mengendalikan anak-anak agar tidak rebut.
Dengan kata lain, mampu secara berlahan-lahan untuk membawa anak-anak keluar dari rasa kenyamanan bersama orangtua, untuk merasakan suasana aman di sekolah.Â
Saya merasa bahwa guru kelas satu SD itu luar biasa karena berhadapan dengan anak-anak yang sebagian belum tahu sama sekali tentang dunia pendidikan, membaca belum bisa, menulis dan juga menghitung.
Saya saat masuk sekolah dasar kelas satu SD, saya sama sekali belum bisa membaca, menulis dan menhitung.
Saya berangkat ke sekolah dengan pikiran kosong akan apa itu sekolah. Yang saya tahu bahwa sekolah itu bisa bermain dengan teman-teman dalam jumlah yang banyak. Dan saya berjumpa dengan sosok seorang guru kelas satu yang keras, tidak bisa membaca berlutut.Â
Dengan itu saya menjadi pribadi yang berusaha agar bisa membaca dan menulis sertia menghitung. Karena saya sudah berjumpa dengan guru yang tidak sama dengan orangtua saya.Â
Guru ini seorang yang keras, kalau anak-anak tidak mau dan tidak tahu membaca akan berlutut. Tidak sama seperti di rumah kalau tidak menuruti perintah orangtua dibayar dulu mengunakan uang agar menuruti. Jadi di sekolah mental diubah untuk mandiri.
Saat pulang kita juga pulang secara bersama-sama dan di rumah mama kita siap menanti kedatangan kita dengan senyuman.
Mama saya dulu setiap kurang lebih jam 11 siang, karena anak-anak kelas satu pulangnya sekitar jam itu sudah menunggu saya di pintu rumah, menyambut kedatangan saya, memeluk dan ditanya tentang kegiatan di sekolah. Indahnya sekolah tata muka.
Anak-anak kelas satu sekolah dasar tahun ini menjadi salah "satu korban" dari adanya sekolah online ini.
Mereka tidak bisa berjumpa dengan teman-teman baru, bermain bersama, pergi sekolah bersama dan memakai seragam baru. Mereka belum merasakan kebingungan saat guru memanggil nama kita bahkan kita sendiri juga tidak tahu.Â
Ada kalanya teman-teman kita yang tidak tahu nama lengkapnya sendiri. Anak-anak kelas satu Sekolah Dasar tidak mandiri sejak mulai hari pertama sekolah. Mereka masih bangun kesiangan, manja pada orangtua dan bahkan tidak mau belajar, artinya mereka ketinggalan materi.Â
Karena cara orangtua sama cara guru mengajar tentu berbeda. Juga saat sekolah tatap muka kalau kita tidak tahu saat di Tanya itu akan membuat kita rasa malu dan berusaha untuk belajar. Sekolah online tidak merasakan seperti itu.
Anak-anak kelas satu Sekolah Dasar ini menjadi salah "satu korban" dari sekolah online juga karena mereka belum merasakan bertemu guru secara tatap muka dan disuruh maju ke depan kelas untuk bernyanyi dan sebaginya. Itu rasanya bahagia sekali.Â
Dikatakan "korban" dari sekolah online juga karena anak-anak masih menyaksikan terus kegiatan orangtua mereka.
Yang menjadi persoalannya apabila anak-anak Sekolah Dasar ini sedang belajar di rumah pagi hari dan menyaksikan orangtua mereka bertengkar, belajar jadinya tidak baik karena batin mereka tergangu.
Guru saja dalam mengajar anak-anak kelas satu Sekolah Dasar ini dalam tatap muka masih mengalami kesulitan bagaimana cara dan metode yang baik agar anak mengerti. Terlebih bagi yang baru pertama kali belajar mengenai menghitung, membaca dan menulis.
Bayangkan saat sekolah online, betapa bertambahnya kesulitan dari guru dalam mengajar anak-anak kelas satu ini secara online.
Persoalan dalam sekolah online bagi anak-anak kelas satu Sekolah Dasar ini juga adalah gurunya tidak mengetahui dengan pasti mana yang pintar, mana yang sudah bisa membaca dan yang sudah bisa menulis juga menghitung. Guru menjadi pribadi yang tidak kenal muridnya. Karena bisa saja tugas-tugas dikerjakan dengan bantuan orangtua.Â
Begitupun saat semester berakhir pemberian rangking kepada anak tidak efektif menurut saya, karena pemberian nilainya tidak berdasarkan kesaksian langsung dari guru dalam tatap muka.
Menurut saya cara mengajar anak-anak kelas satu ini secara online itu dengan cara:
Membuat Rekaman
Guru kelas satu membuat rekaman untuk dikirimkan ke orangtua anak-anak kelas satu Sekolah Dasar.
Guru membuat rekaman seolah-olah ada anak-anak kelas satu baru di kelas, mengajar dengan berlahan, memangil nama mereka. Dan juga menyuruh orangtua untuk membuka rekaman itu di depan anak saat jam sekolah berlangsung, yaitu pagi hari.Â
Kemudian anak-anak diberi tugas oleh guru dan menyuruh orangtua untuk mengfoto hasil kerja anak-anak dan merekam cara anak membaca dan menghitung.Â
Atau bisa juga kalau di wilayah itu jaringan lengkap dan orang tua anak-anak bisa dalam hal intenetan, bisa juga guru mengajar di pagi hari mengunakan zoom, agar anak-anak bisa melihat teman-temannya.
Mewajibkan Anak Membeli Buku
Guru juga mesti mengwajibkan anak-anak untuk membeli buku pelajaran kelas satu Sekolah Dasar, dengan memberitahu orang tua murid untuk membeli buku khusus untuk anak-anak sekolah kelas satu. Dan anak-anak disuruh untuk mengerjakan tugas di buku itu dengan mengisi soal-soal yang ada.
Orang tua
Guru mesti memberi pengarahan kepada orang tua murid bahwa tugas mereka untuk mendampingi anak saat sekolah berlangsung di pagi hari. Berusaha untuk mencoba menjadi guru layaknya seorang guru di sekolah. Orang tua mesti tegas dalam mengarahkan anak di pagi hari untuk belajar mengikuti jam pelajaran yang biasanya di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H