Mohon tunggu...
Sirilus
Sirilus Mohon Tunggu... Guru - pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Saya ingin mengajak kaum muda untuk melestarikan budaya kita. Ini adalah harta kekayaan kita yang berharga. Saya juga peduli dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Untuk itu subscribe chanel youtube saya :motivasi hidup . Chanel ini berisi musikalisasi puisi dan video mengenai budaya dan daerah wisata.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Celana Umpan (CU) dan Budaya Manggarai

6 Juni 2020   01:17 Diperbarui: 7 Juni 2020   18:51 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dok. pribadi

          

           Perkembangan zaman mempengaruhi gaya hidup dari sebagian orang. Arus globalisasi yang berkembang pesat mengubah gaya hidup, seakan memaksa seperti inilah gaya hidup yang mestinya. Anak gaul seperti ini, seperti era lama tidak gaul. Memang semestinya kita mengikuti arus perkembangan zaman, akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua mesti kita ikuti. Kita mesti pandai menyeleksi yang sesuai dengan kebutuhan kita, yang tentu dalam hal positif. Dan budaya kita tidak perlu terlunturkan dengan adanya pengaruh dari luar. Dalam hal ini kita mesti memperhatikan etika dalam kehidupan masyarakat tempat kita berasal. Tidak semua model perkembangan zaman kita ikuti.

            Dalam hal ini saya focus pada pembahasan celana umpan yang sering dipakai oleh wanita saat ini. Dan saya focus pada pembahasan mengenai perempuan dalam budaya Manggarai-NTT berdasarkan pengalaman saya (melihat, mendengarkan, diskusi) dengan orang di Manggarai. Dalam budaya Manggarai perempuan diwajibkan mengunakan pakaian yang sopan. Pakaian yang sopan itu pakaian yang layak untuk kalangan umum. Kriteria pakaian yang sopan dalam budaya Manggarai adalah celana di bawa lutut, baju juga tidak pendek. Wanita akan keliatan cantik dengan penampilan seperti itu. Apalagi ketika deng towe (memakai kain di arah perut kebawah) akan kelihatan anggun.

            Perempuan yang memakai pakaian seperti yang dalam pandangan orang tua, celana dibawa lutut dan baju dibawa perut akan kelihatan cantik. Dan tidak mempengaruh kehidupan sosial setempat. Wanita seperti itu akn dihargai dan dipandang sebagai orang yang mencintai budaya, mengerti kehidupan sosial setempat bahkan berpendidikan. Orang tua Manggarai berdasarkan pengalaman saya sangat jengkel sekali dengan perempuan Manggarai yang mengunakan celana umpan, baju mini, kemudian jalan di tempat umum. Mereka itu akan menganggu kata orang tua Manggarai. Budaya seperti ini memang benar juga dan mesti kita ikuti. Karena tubuh mesti dihargai.

            Perkembangan zaman memang mengubah segalanya. Perempuan Manggarai sebagian besar sudah mengunakan celana umpan, baju mini. Hal ini terpengaruh dengan orang-orang yang mereka idolakan. Mereka menjadi mengikuti gayanya. Hal lain yang mempengaruhi mereka adalah kelompok bergaul. Kelompok bergaul yang berorientasi untuk menunjukkan penampilan yang keren akan membawa mereka untuk berpenampilan dengan celana umpan dan baju mini. Bagi mereka mungkin keliatan cantik dan seksi apabila memakai baju dan celana demikian. Serta membawa laki-laki tertarik pada mereka.

            Memakai celana umpan dan baju mini akan melukai hati dari orang tua Manggarai. Seolah-olah tubuh itu dipamerkan untuk dinikmati oleh semua orang. Perlu diingat bahwa tubuh adalah privasi setiap orang yang mesti dijaga. Bukan untuk dipertontonkan. Bukan dalam arti pula melarang perempuan Manggarai tidak mengikuti model atau tren zaman. Boleh mengikuti akan tetapi disesuaikan dengan situasi yang ada. Di dalam rumah diperbolehkan mengunakan pakaian demikian, akan tetapi di tempat umum tidak boleh. Yang terpenting ingat budaya.

            Kita yang berpendidikan yang sudah sekolah dan belajar apalagi sudah selesai lulus dari perguruan tinggi mesti memahami konsep etika yang berlaku di masyarakat. Kita mesti menjadi teladan untuk adik-adik yang masih berada di jenjang pendidikan SD-SMA. Kita menjadi teladan dengan penampilan kita yang sopan dan berwibawa. Bukan malahan sebaliknya. Budaya itu indah loh. Coba saja perenpuan Manggarai deng towe, pakai batik onen bali belo one sai (mengunakan kain songke, baju batik dan bali belo di kepala) seperti saat acara pelamaran seorang gadis oleh seorang cowok. Pasti kelihatannya cantik dan anggun.

           

           

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun