Kekuasaan, sebuah kata yang terdengar begitu indah dan memikat. Namun, di balik keindahan itu, terdapat sebuah racun yang berpotensi merusak kehidupan manusia. Kekuasaan yang berlebihan, yang diwarnai oleh ego yang tak terkendali, mampu menghancurkan segala yang ada di sekitarnya.
Kita seringkali melihat bagaimana kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, baik itu di lingkungan kerja, organisasi, maupun politik, membuat mereka merasa lebih unggul dan berkuasa. Mereka merasa bahwa mereka memiliki hak untuk memerintah dan mengendalikan orang lain. Namun, di balik itu semua, sering ditemukan dampak yang berpotensi merugikan kehidupan masyarakat.
Kekuasaan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain melalui cara berpikir dan perilaku yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemegang kuasa. (Ramlan Surbakti)
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, jika tidak diimbangi dengan rasa tanggung jawab, cinta dan empati, akan membuat mereka menjadi sosok yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Mereka akan memperlakukan orang lain dengan cara yang tidak manusiawi, hanya karena mereka merasa memiliki kekuasaan yang lebih tinggi.
Kita seringkali melihat bagaimana kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, membuat mereka menjadi sosok yang tidak bisa dihentikan. Mereka merasa bahwa mereka memiliki hak untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan, tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan bagi orang lain.
Bila seseorang terlalu terobsesi dengan kekuasaan, ia dapat dengan mudah melanggar hak-hak orang lain. Kepada mereka yang kurang beruntung, seperti kaum minoritas dan kaum miskin, kekuasaan seringkali menjadi alat yang digunakan untuk menindas dan merendahkan. Terkadang, mereka yang memiliki kekuasaan menganggap bahwa mereka lebih baik dari yang lain, dan seringkali memperlakukan orang biasa sebagai bawahan.
Akibatnya, kekuasaan yang disalahgunakan memicu terjadinya ketidakadilan dan menghancurkan kehidupan sosial dan masyarakat. Kekuasaan menjadi racun ketika individu yang memilikinya tidak lagi melayani masyarakat, tapi malah melayani dirinya sendiri. Dampak dari kekuasaan yang menyebabkan distorsi nilai dan moral dapat merambah ke berbagai bidang, seperti ekonomi, politik, kebudayaan, dll
Nelson Mandela adalah tokoh yang terkenal karena perjuangannya dalam menentang kekuasaan apharteid di Afrika Selatan. Mandela lahir pada tahun 1918 dan diangkat sebagai presiden Afrika Selatan pada tahun 1994 setelah berhasil mengakhiri rezim apartheid yang memisahkan ras di negara itu.
Namun, yang menarik perhatian adalah bagaimana Mandela menggunakan kekuasaannya sebagai Presiden.
Mandela menggunakan kekuasaannya untuk memperjuangkan perdamaian dan rekonsiliasi antara berbagai kelompok ras di Afrika Selatan. Ia mempromosikan kebijakan inklusif dan menghargai perbedaan, serta memperjuangkan hak asasi manusia bagi semua orang.
Mandela juga menggunakan kekuasaannya untuk membangun infrastruktur dan memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi di Afrika Selatan. Ia memperjuangkan pendidikan dan kesehatan yang lebih baik bagi rakyatnya, serta memperjuangkan hak-hak ekonomi dan sosial bagi kelompok yang terpinggirkan.
Dampak dari kekuasaan Mandela yang digunakan dengan bijak ini sangat positif bagi kehidupan sosial di Afrika Selatan. Rakyatnya hidup dalam perdamaian dan harmoni, dan banyak orang yang merasakan manfaat dari kebijakan-kebijakan yang diperjuangkan oleh Mandela.
Perjuangan Mandela dalam menentang kekuasaan telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan melawan pemerintahan yang korup. Dia meninggal pada tahun 2013, tetapi warisannya sebagai pejuang kebebasan dan pembela hak asasi manusia akan terus dikenang.
Ketika kekuasaan menjadi racun, maka media, akademisi, para pemimpin masyarakat, dan individu perlu melepaskan diri dari sifat-sifat tersebut dan mengukur diri mereka sendiri dalam mengelola kekuatan yang dimiliki. Kita harus memastikan bahwa tidak ada satu pun dari kita yang menjadi korban atau pelaku dari kekuasaan yang menyebabkan distorsi nilai dan moral.
Intinya, kekuasaan bukanlah bencana alam yang harus dihindari, namun, ketika kekuasaan menjadi racun, dampaknya dapat berpotensi merusak kehidupan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H