Â
Bulan puasa selalu menjadi waktu yang dinanti-nanti oleh umat muslim di seluruh dunia. Bulan yang penuh berkah dan keajaiban ini selalu memberikan pengalaman yang berbeda bagi setiap orang yang menjalankannya. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 183, Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa."
Di sebuah desa kecil di Bogor, hidup seorang wanita bernama Roehani. Hani adalah seorang janda yang hidup sebatang kara setelah suaminya meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Ia tinggal sendirian di sebuah rumah kecil yang terletak di pinggir desa. Meskipun hidupnya sulit, Hani selalu berusaha untuk menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan dan kegembiraan.
Namun, di bulan puasa tahun ini, Hani merasa sangat sedih dan kesepian. Ia merindukan suaminya yang telah meninggal dunia. Setiap malam, ia selalu menangis sendirian di kamarnya, meratapi kehilangan suaminya yang sangat dicintainya.
Ia mencoba untuk mengisi waktu dengan membaca Al-Quran dan berdoa, namun kesedihan dan kesepiannya tetap tidak hilang. Ia merasa bahwa hidupnya tidak memiliki arti tanpa suaminya.
Suatu hari, ketika Hani sedang duduk di teras rumahnya, ia melamun akan kenangan indah bersama suaminya di bulan puasa. Ia teringat saat mereka menikmati makan malam bersama di bawah sinar rembulan, dan saat mereka berbuka puasa bersama-sama dengan keluarga dan teman-teman mereka.
Hani: (berbisik) Ahmad, aku merindukanmu. Aku merindukan kebersamaan dan kebahagiaan kita di bulan puasa.
Tiba-tiba, Hani merasa ada yang menyentuh bahunya. Ia berbalik dan terkejut melihat seorang pria yang mirip dengan Ahmad.
Hani: (terkejut) Ahmad? Apa kamu benar-benar Ahmad?
Pria: (tersenyum) Ya, Hani. Aku datang untuk mengunjungimu di bulan puasa ini.
Hani: (menangis) Aku merindukanmu, Ahmad. Aku merindukan kebersamaan dan kebahagiaan kita di bulan puasa.