Hikayat dan cerpen secara sekilas adalah sama. Namun, ternyata hikayat dan cerpen merupakan suatu hal yang berbeda. Secara garis besar hikayat merupakan karya sastra melayu klasik yang umumnya mengisahkan tentang kehebatan dan kepahlawanan seorang tokoh, lengkap dengan keanehan, kesaktian dan mukjizatnya. Sedangkan, cerpen merupakan produk dari masyarakat modern yang tidak jauh berkisah tentang kehidupan sehari-hari.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan perbedaannya dari hikayat Bunga Kemuning dengan cerpen Kasih Sayang Ku Takkan Pernah Mati Untukmu Ayah dan Ibu
Hikayat Bunga Kemuning
Alkisah, pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang dikenal arif dan bijaksana. Ia memiliki sepuluh orang puteri berparas cantik jelita bernama Puteri Jambon, Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona, dan Puteri Kuning. Tetapi karena terlalu sibuk mengatur kerajaan, sang raja tidak sempat mendidik mereka dengan baik. Sementara sang isteri telah meninggal dunia ketika melahirkan puterinya yang bungsu. Sang raja terpaksa menyerahkan pengasuhan anak-anaknya pada inang pengasuh kerajaan.
Ternyata sang inang pengasuh tidak kuasa mengasuh seluruh puteri raja. Hanya si bungsulah, yaitu Puteri Kuning yang berhasil didik dengan baik hingga menjadi anak yang selalu riang, ramah pada setiap orang dan memiliki budi pekerti baik. Sementara kakak-kakaknya tumbuh menjadi anak manja dan nakal. Mereka tidak mau belajar dan membantu Sang Raja. Setiap hari kakak-kakak Puteri Kuning kerjanya hanya bermain di sekitar danau dan atau bertengkar memperebutkan sesuatu.
Suatu hari Sang Raja hendak berkunjung ke kerajaan lain dalam rangka menjalin silaturrahim. Untuk itu ia mengumpulkan seluruh puteri-puterinya. Kepada mereka Sang Raja berkata, “Aku hendak pergi ke kerajaan lain selama beberapa minggu. Buah tangan apa yang kalian inginkan?”.
Tanpa menimbang-nimbang lagi, si sulung (Puteri Jambon) berkata, “Aku ingin perhiasan yang mahal.”
Permintaan yang hampir serupa mahal dan mewahnya juga diajukan oleh adik-adik Puteri Jambon. Hanya Puteri Kuning sajalah yang mendekat dan memegang lengan ayahnya sambil berkata, “Aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat.”
“Sungguh baik perkataanmu, wahai puteriku. Mudah-mudahan saja aku dapat kembali dengan selamat dan membawakan hadiah yang indah untukmu,” kata sang raja.
Singkat cerita, setelah Sang Raja pergi kelakuan anak-anaknya malah menjadi semakin nakal dan malas. Bukannya bersedih, mereka malah merasa gembira karena selain Sang Raja, di seluruh kerajaan tidak ada yang berani melarang. Kesempatan ini mereka pergunakan untuk membentak dan menyuruh para inang pelayan sekehendak hati. Para inang pun menjadi sibuk sehingga tidak sempat membersihan taman istana kesayangan Sang Raja.