Judul : Mimpi Sejuta Dolar
Penulis : Alberthiene Endah
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal : xiv + 368 halaman
Harga : Rp63.000
ISBN : 978-979-22-7481-3
Setiap manusia tanpa memandang dari mana mereka berasal pasti memiliki sebuah mimpi. Mimpi untuk meraih sebuah kesuksesan yang sangat besar. Begitu juga dengan Merry Riana. Tak pernah terbayangkan oleh seorang gadis biasa yang mempunyai arti nama “ceria” akan menjadi sosok perempuan yang sukses menjadi seorang miliuner dengan pendapatan lebih dari satu juta dolar di usianya yang ke-26 tahun dan seorang motivator wanita no. 1 di Indonesia dan di Asia. Merry Riana merupakan putri sulung dari pasangan berdarah Tionghoa Ir. Suanto Sosrosaputro dan Lynda Sanian.
Transisi kehidupan mulai dialami Merry ketika berumur 18 tahun, dimana terjadi sebuah kerusuhan pada bulan Mei 1998 sehingga menimbulkan kekacauan dimana-mana. Orangtua Merry sangat khawatir tentang kehidupan anak mereka oleh sebab itu mereka mengirimkan Merry ke Singapura untuk melanjutkan pendidikannya disana walaupun pada saat itu keluarga Merry sedang mengalami masalah krisis ekonomi. Tragedi Mei 1998 meninggalkan duka yang mendalam bagi setiap warga Indonesia khususnya bagi warga keturunan Tionghoa.
Hidup sendiri di negeri orang bukanlah suatu hal yang mudah, berbagai rintangan dan cobaan hidup dijalaninya hari demi hari dengan penuh ucapan syukur. “ Hidup adalah suatu tantangan yang harus dihadapi. Perjuangan yang harus dimenangka, kesusahan yang harus diatasi, rahasia yang harus digali, tragedi yang harus dialami, kegembiraan yang harus disebarkan, cinta yang harus dinikmati, tugas yang harus dilaksanakan, romantika yang harus dirangkul, risiko yang harus diambil, lagu yang harus dinyanyikan, anugerah yang harus dipergunakan, impian yang harus diwujudkan, perjalanan yang harus diselesaikan, janji yang harus dipenuhi, kesempatan yang harus dipakai persoalan yang harus dipecahkan, kesulitan yang harus dikalahkan, dan rahmat yang harus dipelihara dan dicintai “ merupakan salah satu kutipan pada bab 1 novel karya Alberthiene Endah.