Mohon tunggu...
Charline Pingak
Charline Pingak Mohon Tunggu... -

Pemain Sasando dan seorang pelajar di SMA Sampoerna Academy Boarding School (SABS)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cinta dan Pengorbanan

23 April 2015   17:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi yang indah dengan langit yang begitu cerah namun tidak secerah dan seindah hatiku. Hari ini merupakan hari dimana ibu meninggal karena sebuah  kecelakaan. Mobil angkutan yang ibu tumpangi masuk ke jurang, tidak ada seorang pun yang selamat dari kecelakaan maut tersebut. Tanpa kusadari, para tamu mulai berdatangan, mulai dari  saudara, tetangga dan teman-teman ibu. Mereka datang untuk memberi aku dan kedua adikku kekuatan dan hiburan. Aku hanya bisa duduk termenung dan terpaku sambil memangku kedua adikku di depan peti jenazah ibu dengan sebuah tatapan dan harapan yang kosong. Hati ini telah hancur berkeping-keping, ingin rasanya aku ikut bersamamu ibu. Aku mencoba untuk menutupi kesedihan ini agar tidak terlihat oleh para tamu yang datang dan kedua adikku yang masih kecil. Aku harustegar dihadapan kedua adikku, aku harus kuat walaupun sebenarnya aku tidaklah sekuat apa yang mereka lihat. “ Ibu, kenapa engkau pergi begitu cepat meninggalkan kami anak-anakmu, mengapa Tuhan memanggil engkau terlebih dahulu, kenapa bukan aku saja yang dipanggil Dia terlebih dahulu. Aku rela bu, memberikan nyawaku ini untukmu. “, ungkapku dalam hati.

Aku hanyalah seorang gadis berumur 15 tahun yang masih terlalu lemah untuk dihadapkan dengan cobaan seperti ini, tetapi hidup akan terus berjalan sama seperti roda yang akan terus berputar  tanpa pernah mengenal berhenti dan aku tahu bahwa aku mempunyai tanggung jawab yang besar  untuk menjaga dan merawat kedua adikku yang masih kecil sesuai dengan amanat yang ibu sering sampaikan dan mengingatkanku , “ Nak, jikalau ibu tidak ada suatu saat nanti tolong jaga adik-adikmu dengan baik  karena kelak kamu akan menjadi sosok ibu bagi kedua adikmu. Kalian bertiga harus tetap bersama, ibu akan selalu ada buat kalian karena ibu ada di hati kalian nak “. Andai aku bisa memutar kembali waktu , aku tidak akan mengizinkanmu pergi bu untuk berbelanja,  agar kecelakaan yang merenggut nyawa ibu tidak akan pernah terjadi.

Ibu, terima kasih karena engkau telah bersusah payah membesarkan aku dan adik tanpa lelah dan tanpa adanya sosok suami yang mendampingi engkau. Maafkan aku, karena aku belum bisa memberikan yang terbaik untuk ibu dan membahagiakan ibu. Sekarang tinggal aku sendiri bersama kedua adik tanpa adanya perhatian dan kasih sayang dari seorang ibu. Hidup tanpa ayah tidak ada bandingnya jikalau hidup tanpamu ibu.

Seminggu lamanya ibu telah tiada dan tiba-tiba saudara ayah datang ke rumah untuk meminta izin membawa kedua adikku ke luar kota untuk dirawat dan dibesarkan di rumahnya di sana, sedangkan aku akan dirawat oleh tante, saudara ibu. Jujur, sangatlah berat untuk berpisah dan melepaskan kedua adikku. Aku sangat menyayangi mereka berdua lebih dari nyawaku sendiri. Aku rela mengorbankan diriku hanya untuk kebahagiaan mereka. Namun, tidak ada pilihan lain atau cara lain, aku harus merelakan mereka untuk tinggal bersama keluarga ayah, mungkin dengan tinggal di keluarga ayah, mereka  bisa memperoleh hidup yang layak dan pendidikan yang baik.

***

5 tahun kemudian

Aku tumbuh menjadi seorang mahasiswi kedokteran di salah satu universitas yang terkenal dengan beasiswa penuh. Aku sangat bersyukur karena aku bisa melanjutkan kuliahku tanpa harus merepotkan keluarga dari ibu. Mengenai  kedua adikku, sudah 5 tahun lamanya  semenjak berpisah tidak ada komunikasi ataupun pertemuan yang terjalin antara aku dan adikku maupun aku dengan keluarga ayahku. Selama itu, aku mencari mereka kemana-mana dibantu  oleh keluarga ibuku. Kami telah berusaha  semaksimal mungkin namun tidak membuahkan hasil sama sekali.  Sejak dulu, aku merasa bahwa keluarga ayahku sengaja untuk menjauhkan aku dari kedua adikku. Aku tahu bahwa keluarga ayahku tidak menyukai ibuku, mereka tidak merestui hubungan ibu dan ayah karena keterbelakangan sosial yang berbeda, tetapi bisakah kalian berhenti menjadi seperti itu. Kalian hanya belum mengenal ibu lebih dekat. Kami anak-anaknya lebih mengetahuinya, ibu adalah sosok wanita yang penuh dengan kasih sayang, murah hati, peduli dan baik, pantas saja ayah sangat menyayangi dan menikahi ibu.

Beberapa minggu kemudian akhirnya doaku terkabul. Aku menemukan alamat di mana kedua adikku tinggal. “ Mereka pembohong!”, uangkapku kesal dalam hati. Mereka tidak pindah ke luar kota, semuanya yang terjadi tidak seperti yang mereka katakan kepadaku 16 tahun yang lalu.  Ketika aku sampai di sana, aku melihat kedua adikku dijadikan pengemis di jalan yang  letaknya tidak jauh dari rumah keluarga ayah. Kedua adikku dimanfaatkan oleh saudara ayahku untuk mencari uang. Dengan tubuh yang kurus, tidak terawat dan pakaian yang tidak selayaknya membuat hatiku digoncang kembali. Perasaan sedih, kecewa dan bahagia karena aku bisa menemukan mereka, semuanya menjadi satu. “ Mengapa mereka menjadi seperti ini? Apakah mereka tidak dirawat sebaik mungkin oleh keluarga ayah? teganya mereka melimpahkan kebencian mereka terhadap ibu kepada anaknya yag tidak tahu apapun ”, ungkapku dalam hati. Selama ini aku hidup berkecukupan di atas penderitaan adikku, kakak macam apa aku ini. Tubuhku kaku seketika, aku tidak bisa bergerak sedikit pun. Aku hanya bisa memperhatikan kedua adikku dari kejauhan.

Hari semakin malam, matahari mulai terbenam perlahan-lahan. Aku harus segera pulang dan menceritakan apa yang terjadi kepada tante yang telah menunggu dirumah. Aku tidak mau terburu-buru mengambil keputusan, dengan aku menceritakan pada tante mungkin beliau bisa memberikan aku solusi yang terbaik. Sesampainya aku di rumah, aku menceritakan apa yang terjadi dan kulihat secara detail. Setelah mendengar ceritaku, tante berniat untuk melaporkan mereka kepada pihak yang berwajib, lembaga perlindungan anak dan hak asasi manusia tetapi aku melarangnya karena mereka merupakan keluarga ayah dan ibu telah mengajarkan kami, anak-anaknya, bahwa sejahat apapun mereka, mereka tetap  keluargamu dan kamu harus menghormati dan menghargai mereka walaupun kamu tidak suka akan itu. Aku masih mengingat dengan jelas dalam benak dan pikiranku apa yang ibu katakan dan aku sudah berjanji untuk tidak mengecewakan ibu. Keesokkan harinya setelah aku menemukan tempat dimana mereka tinggal, aku datang menemui keluarga ayah dan menjemput kedua adikku kembali agar aku bisa merawat dan menjaga mereka di rumah .

“ Di dunia ini tidak ada yang gratis, kami tahu bahwa mereka adalah keponakan kami sendiri. Namun kamu harus tahu, kami membesarkan dan memberi mereka makan dengan susah payah yaitu dengan uang. Jikalau kamu ingin mengambil kedua adikmu kamu harus mengganti semua biaya yang telah kami keluarkan untuk kedua adikmu “, kata keluarga ayah.

Kenapa harus seperti ini. Aku hanya ingin membawa kembali adik-adikku untuk dirawat dengan baik. Aku bukan lagi seorang gadis berumur 15 tahun yang dulu dan belum bisa apa-apa. Aku memohon kepada keluarga ayahku untuk mengembalikkan kedua adikku. Namun, mereka tidak mengizinkan aku.  “ Datanglah kemari lagi jikalau kamu sudah mempunyai uang yang banyak untuk menggantikan semua biaya yang telah kami keluarkan “, kata keluarga ayah.  Apakah mereka tidak punya hati nurani sedikit pun, aku masih seorang mahasiswi mana mungkin aku mempunyai penghasilan sendiri. Aku tidak meneceritakan masalah ini terhadap tante, aku tidak ingin merepotkan dan aku ingin berusaha dengan caraku sendiri bagaimanapun caranya. Aku mengerahkan segala kemampuanku untuk bekerja. Aku bekerja sehabis pulang kuliah, dari pagi sampai siang dan sore sampai malam. Aku bekerja sebagai tukang cuci pakaian keliling, pembantu, membersihkan restoran, dan sebagainya. Semua itu kulakukan demi adik-adikku. Uangku masih belum cukup, bahkan ketika aku telah bersuami, aku masih belum bisa membawa kedua adikku kembali. Hingga tiba pada suatu hari, aku menceritakan semuanya yang terjadi dalam hidupku pada suamiku. Tanpa basa-basi suamiku langsung mengeluarkan sejumlah uang dari kamar dan memberikan uang tersebut padaku guna membawa kedua adikku kembali. Aku berjanji akan mengganti uang suamiku suatu saat nanti, walaupun dia suamiku tetap saja aku harus menggantinya.

Setelah aku mendapat uang dari suamiku, aku langsung menuju ke rumah keluarga ayahku tanpa menunda-nunda lagi. Sesampainya aku di sana, aku menghampiri tanteku dan bertanya mengenai kedua adikku serta memberikan uang untuk menebus mereka. Namun, semuanya sudah terlambat. Mereka mengajakku pergi ke suatu tempat,  tempat di mana kedua adikku diistirahatkan. Kedua adikku telah meninggal, mereka meninggal sejak seminggu yang lalu akibat  keracunan makanan. Kenapa? Kenapa ini semua  bisa terjadi padaku. Ketika aku telah datang untuk menjemput  mereka dan membawa mereka kembali tetapi semuanya sia-sia, tidak ada harapan lagi untukku. “ Kenapa mereka tidak memberiahukannya kepadaku? “, ungkapku kesal dan sedih dalam hati.

Tuhan, aku belum bisa membahagiakan kedua adikku sebelum Engkau panggil. Ibu, maafkan aku karena aku tidak bisa menjaga adik dengan baik, aku belum bisa merawat mereka. Aku adalah kakak yang tidak bertanggung jawab dan jahat. Aku menangis di depan makam kedua adikku. ” Maafkan kakak dik, karena kakak belum bisa membawa kalian dan merawat kalian. Kakak telah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan berkehendak lain dan kakak tidak bisa memaksakannya sesuai dengan kehendak kakak “, kataku di depan makam kedua adikku. Air mata mengalir tanpa henti dan begitu derasnya membasahi pipiku. Tidak dapat kubendung lagi air mata ini. Tiba-tiba tanpa kusadari suamiku datang membelai rambutku dengan lembut, memelukku dan memberikan aku kekuatan untuk tetap sabar dalam menghadapi semua rintangan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun