Penulis: Charli Viviani.        Mahasiswa Universitas Siber Asia, email:ninysung@yahoo.com
Tulisan ini bertujuan untuk melihat perspektif lain dari pemberitaan media televisi mengenai bencana banjir yang melanda Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Sintang yang menjadi daerah dengan dampak terparah. Banjir di Kabupaten Sintang telah memasuki pekan ke lima sejak tanggal 23 Oktober 2021. Terkait dengan hal itu, pemerintah Kabupaten Sintang telah menerapkan status tanggap darurat bencana banjir hingga tanggal 14 November 2021. Namun demikian status tanggap darurat diperpanjang kembali dikarenakan banjir yang tak kunjung surut.
Pelaksana Harian Kabupaten Sintang Dr.Yosepha Hasnah mengatakan bahwa
banjir kali ini merupakan banjir terparah yang dialami oleh Kabupaten Sintang.
Tercatat sejak tanggal 23 Oktober hingga tanggal 12 November 2021, banjir telah
merendam 12 kecamatan dari total 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Sintang. Sekitar 35.000 Kepala Keluarga dan lebih dari 140.000 jiwa penduduk Kabupaten Sintang yang terdampak banjir, sedangkan korban meninggal dunia sebanyak 4 orang.
Menurut data yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Sintang,
Kurniawan menyebutkan bahwa sekitar 84% daerah Kabupaten Sintang
terdampak banjir dengan wilayah terparah antara lain Kayan Hilir, Kayan Hulu,
Kecamatan Sintang, Tempunak, Dedai dan Sepauk.
Banjir yang terjadi menyebabkan berbagai kendala terkait dengan fasilitas umum
seperti jaringan listrik maupun jaringan komunikasi yang sempat terputus selama
beberapa hari. Letkol Inf.Kukuh Suharwiyono selaku Penanggung Jawab
Lapangan Satgas Banjir Sintang menyampaikan bahwa total ada 61 gardu listrik yang terendam banjir sehingga sebanyak 16.200 pelanggan untuk sementara waktu tidak dapat menggunakan listrik. Disamping itu banjir juga telah mengakibatkan kegiatan belajar mengajar terpaksa diliburkan. Sekitar 100 lebih sekolah mulai dari TK,SD,SMP hingga SMA untuk sementara
digunakan sebagai tempat pengungsian.
Banjir tidak hanya merendam pemukiman warga dan sejumlah infrastruktur tetapi
juga sebagian besar jalan raya yang menjadi jalan utama di Kabupaten Sintang
dengan kedalaman mencapai hingga 1 meter lebih. Hal tersebut menyebabkan
aktivitas warga menjadi terganggu dan yang terparah adalah distribusi barang
seperti sembako sempat mengalami kendala.
Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji menyebutkan bahwa banjir kali ini dikarenakan kerusakan lingkungan oleh pertambangan dan juga diforestasi perubahan fungsi lahan hutan. Selain itu beliau juga menyebutkan bahwa sungai Kapuas dengan panjang 1.100 kilo meter telah mengalami pendangkalan sekitar 1,5 meter yang menyebabkan daya tampung air menjadi berkurang dan membuat air sungai meluap dan bertahan lama di daratan. Disamping itu kota Sintang berada di muara pertemuan dua sungai besar yakni sungai Kapuas dan sungai Melawi sehingga kiriman air dari beberapa kecamatan mengalir ke kota Sintang.
Agenda Setting Pemberitaan Banjir Sintang
Terlepas dari banjir Sintang yang terus menerus diberitakan oleh berbagai media
massa terutama televisi, hal yang menjadi perhatian disini adalah mengenai
Agenda Setting yang dilakukan berbagai media pemberitaan. Mari kita telaah
terlebih dahulu apa itu Agenda Setting. Menurut McCombs dan Shaw percaya
bahwa media massa memiliki kemampuan untuk mentranfer hal yang menonjol
yang dimiliki sebuah berita dari news agenda mereka kepada public agenda. Pada saatnya, media massa mampu membuat apa yang penting menurutnya, menjadi penting pula bagi masyarakat (Nuruddin, 2007:195).
Menurut Littlejohn dan Foss, Agenda Setting Theory merupakan teori yang
menyatakan bahwa media membentuk gambaran atau isu yang penting dalam
pikiran. Hal ini terjadi karena media harus selektif dalam melaporkan berita.
Saluran berita sebagai penjaga gerbang informasimembuat pilihan tentang apa
yang harus dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Apa yang masyarakat
ketahui pada waktu tertentu merupakan hasil dari penjagaan gerbang oleh media
(Littlejohn & Foss, 2009:416).
Mengaitkan dengan Teori Agenda Setting yang telah dikemukakan oleh para ahli
untuk dikaitkan dengan urgensi pemberitaan banjir Sintang yang jelas menjadi agenda utama dari pemberitaan beberapa media massa beberapa pekan terakhir, terutama pada sumber pemberitaan siaran televisi yang ada di Kalimantan seperti RUAI TV & TV SINTANG hingga stasiun televisi pusat seperti KompasTV, TVONE, CNN serta berbagai media lainnya. Terkait dengan hal ini, sebelum pemberitaan banjir Sintang gencar diberitakan mungkin masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui keberadaan kota Sintang dan tentu saja masih
asing ditelinga. Akibat dari pemberitaan tersebut yang ditayangkan terus menerus
oleh beberapa stasiun TV, kota Sintang menjadi mendadak terkenal. Media
pemberitaan terus memberitakan mengenai parahnya dampak banjir di Kabupaten Sintang membuat banyak kalangan masyarakat yang berspekulasi dan berpendapat yang sama dengan apa yang telah di beritakan media bahwa banjir kali ini menjadi banjir terparah yang di sebabkan oleh kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.
Karena pemberitaan media yang gencar mengenai parahnya banjir Sintang seolah
memberi dorongan agar banjir di Kalimantan khususnya di Kabupaten Sintang segera mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Hal tersebut dapat dilihat dari kunjungan yang dilakukan oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini pada tanggal 3 November 2021 ke Kabupaten Sintang. Dalam kunjungan tersebut beliau
memberikan bantuan kepada para korban banjir dan mengunjungi beberapa posko pengungsian. Tidak hanya menteri sosial, Mochamad Basoeki Hadimoeljono
selaku Menteri PUPR juga datang untuk meninjau banjir Sintang. Pak Basoeki
juga mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo akan datang ke Sintang untuk
melakukan peninjauan.