Tahun depan, Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games. Tentunya, perhelatan olahraga terbesar di Asia ini akan membuat Indonesia menjadi sorotan dunia. Tak ayal, Jakarta dan Palembang terus berbenah menyiapkan sarana dan prasarana yang menunjang terselenggaranya hajatan besar tersebut.
Tak hanya arena olahraga, sistem transportasi dan akomodasi pun terus digenjot pekerjaannya. Sebagaimana diketahui, Pemprov DKI Jakarta melakukan pembangunan infrastruktur dua venue untuk cabang olahraga balap sepeda dan pacuan kuda. Lalu, membangun 10 GOR sebagai infrastruktur pendukung untuk tempat latihan para atlet yang akan berlaga di Asian Games 2018.
DKI juga membangun transportasi massal kereta ringan cepat atau Light Rail Transit (LRT) dengan rute Kelapa Gading-Velodrome dan terus mengembangkan layanan bus rapid transit (BRT). Akomodasi para atlet disiapkan di kawasan Kemayoran.
Jika ditarik ke belakang, Indonesia sebenarnya sudah berpengalaman menjadi tuan rumah. Saat pemerintahan Presiden Sukarno, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games pada 1962.
Meski saat itu Indonesia baru seumur jagung, Sukarno berani menggelar Asian Games di Jakarta. Langkah Sukarno ini cukup strategis. Sukarno ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia merupakan negara besar dan berdaulat.
Menurut Bung Karno, Asian Games bisa dijadikan alat sebagai pembangunan karakter dan bangsa. Selain itu, juga bisa dijadikan alat untuk menyatukan bangsa. Masyarakat dilibatkan untuk turut menyukseskannya.
Bung Karno menginginkan terbentuknya manusia Indonesia yang baru, yakni manusia kuat dan tegak secara fisik dan mental.
Semoga dengan adanya Asia Games 2018 ini akan membuat Indonesia mempunyai manusia yang berkarakter kuat. Semoga, semangat Bung Karno tetap menggelora.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H