Mohon tunggu...
Charles Tobing
Charles Tobing Mohon Tunggu... karyawan swasta -

aut viam inveniam aut faciam

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Salah Jokowi?

12 Oktober 2014   01:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:26 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sampai saat ini Jokowi mungkin Presiden RI terpilih yang paling banyak menerima kritikan dan komentar sinis dari lawan-lawan politik berserta pendukung mereka bahkan sampai pasca pemilu. Beberapa politikus terutama yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP)  selalu  terdengar sinis ketika menyampaikan pandangan tentang kepada Jokowi tanpa terlihat sedikit respek pun bahwa Jokowi adalah Presiden RI terpilih yang akan resmi menjadi pemimpin dan symbol negara pada tanggal 20 Okober 2014 nanti.

Segala komentar dan pandangan, baik yang dikemas dalam artikel opini yang dibungkus sedemikian rupa untuk memberikan kesan  intelektual sampai dengan komentar-komentar yang penuh kebencian dan bahkan asbun mengisi media-media di negeri ini belakangan ini. Presiden boneka lah, pemerintahan yang akan di dikte oleh Megawati lah,  Jokowi ingkar janji lah,   penampilan yang katrok lah dan lain-lain sampai pada kecurigaan bahwa memilih Jokowi menjadi Presiden RI adalah kesalahan.

Apa sebenarnya salah Jokowi? Apakah Jokowi pernah merugikan rakyat seperti kasus lumpur Lapindo yang pada akhirnya dibebankan sebagai anggaran negara karena dianggap sebagai bencana? Atau kasus impor sapi? Atau kasus penyelenggaran haji? Atau kasus Hambalang? Atau Jokowi pernah menjadi tersangka kasus korupsi dan tetap ngotot menjadi ketua umum sebuah partai. Apakah Jokowi sebagai pengusaha pernah terdengar tidak memenuhi komitmennya? Sejauh ini sepertinya belum. Sekarang ini ada beberapa pihak yang “memaksakan” bahwa Jokowi selaku Gubernur DKI Jakarta bersalah dalam kasus pengadaan bus berkarat. Ada apa sebenarnya? Kok sampai segitunya?

Apakah ada pihak-pihak yang takut bahwa dengan naiknya Jokowi, rencana-rencana yang telah mereka susun jauh-jauh hari menjadi gagal? Seperti yang mungkin telah kita ketahui, seluruh rencana pemerintah untuk tahun 2014-2019 saat ini sudah dimuat  dalam rencana strategis yang disusun oleh Bappenas bersama-sama dengan Kementerian dan Lembaga Pemerintah. Rencana strategis  tersebut harus menjadi referensi bagi pelaksanaan proyek-proyek pembangungan pemerintah untuk kurun waktu tersebut. Apakah mereka khawatir bahwa itu akan diobok-obok nantinya?

Atau apakah benar ada mafia minyak yang  terancam terbongkar keberadaannya dengan terpilihnya Jokowi sebagai Presiden? Apakah ini terkait dengan rencana pembubaran Petral sebagai anak perusahaan Pertamina di Singapura? Atau apakah ada pihak-pihak yang takut bahwa kasus korupsinya terkuak?

Kenapa petinggi-petinggi partai politik yang tergabung dalam KMP, sampai terlihat begitu kekanak-kanakan sehingga sampai saat ini  tidak mau menyampaikan ucapan selamat kepada Jokowi. Apa yang sebenarnya salah Jokowi dimata mereka beserta pendukungnya timbul kesan, setidaknya di dalam pandangan penulis, bahwa mereka memposisikan diri sebagai musuh yang siap menjegal Jokowi dengan segala cara?

Bukankan seharusnya mereka sebagai tokoh-tokoh politik menunjukkan contoh kepada masyarakat umum tentang bagaimana berdemokrasi yang baik? Bukankah berdemokrasi juga harus siap kalah?  Bukankah sebagai negarawan yang kalah seharusnya menganjurkan pendukungnya untuk menghormati dan memberikan pemenang kesempatan untuk memimpin?

Bukankah seharusnya demokrasi itu sederhana bahwa kita harus mengakui  dan menghargai pilihan terbanyak. Bahkan jika pemenang hanya menang sebanyak satu suara, tanpa dalih bahwa yang kalah juga mempunyai pendukung yang banyak? Bukankah bahwa kalau Jokowi tidak benar dan tidak pantas menjadi presiden, tidak usah dipilih lagi di 2019? Pendidikan politik apa yang sekarang ini sedang mereka contohkan kepada masyarakat?

Lucunya,  Jokowi bahkan belum  mulai menjadi Presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun