Mohon tunggu...
Charles Brahmanta
Charles Brahmanta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Dengan karya tulis saya akan diingat,melalui sebuah tulisan akan mampu mengungkap tabir kebenaran. Facebook : Charles Sandy Friz Twitter : Charles Friz IG : charlessandyfriz

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dahlan Iskan Tersingkir dan Tersandera oleh Ketidakadilan

30 April 2017   18:16 Diperbarui: 30 April 2017   18:21 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
spanduk Save Dahlan Iskan, dokpri

Menjadi Pemimpin pastinya impian setiap orang dan untuk mendapatkan jabatan tersebut tidak lah semudah yang dibayangkan.

Pastinya dibutuhkan pengorbanan dan ahli dalam mengambil suatu keputusan meskipun kadangkala kebijakan itu dapat merugikan diri sendiri.

Seperti yang menimpa Dahlan Iskan dengan alasan untuk menyelamatkan Perusahaan Daerah ternyata menjadi petaka bagi diri Dahlan.

Kasus ini berawal dari Dahlan yang menyetujui penjualan aset - aset PT.PWU ( Panca Wira Usaha ) berupa sebidang tanah dan bangunan tanpa mengikuti prosedur.

Siapa yang tidak kenal dengan Dahlan Iskan sebagai penguasaha media dan mantan Menteri tentu namanya tidak asing lagi.

Dahlan adalah sosok yang merakyat dengan gaya tampilan selalu menggunakan sepatu kets dan baju hem lengan panjang.

Sebagai Putra Daerah asli Magetan keahlian Dahlan dalam menjalankan bisnis sudah tidak perlu diragukan lagi.

Selain itu Dahlan pernah menjabat Dirut PLN karena dianggap mumpuni dan mengatasi persoalan diBUMN saat itu.

 Ya tidak salah kalau Presiden SBY menunjuknya menjadi Menteri BUMN.

Terbukti ditangan Pak Dahlan kinerja BUMN yang buruk berubah menjadi smart.

Bukan itu saja aset yang dianggap  jelek pun dijual selain itu banyak yang dipangkas sehingga BUMN menjadi sehat. 

Keberanian Dahlan juga terlihat ketika memberhetikan beberapa Komisaris dan Dirut BUMN yang dianggap merugikan.

Ironisnya pengabdian Dahlan diera Sby dibalas dengan dihentikan menjelang penentuan sebagai calon Capres.

Oleh karena itu ketika Dahlan terjerat kasus korupsi banyak yang merasa heran dan bertanya - tanya, apa benar Dahlan Iskan korupsi?

Latar belakan Dahlan sebagai pengusaha media yang sukses rasanya tidak masuk akal kalau Dahlan melakukan korupsi.

Banyak beranggapan kasus Dahlan akibat ulah para Pasukan Barisan Sakit Hati.

Masak hanya karena sebuah keputusan meskipun tidak menerima uang sepeser pun Dahlan harus rela jadi tersangka.

Ironis benar nasib Dahlan sebagai salah satu Tokoh Pers harus menerima kenyataan pahit dalam memperjuangkan kebenaran.

Dianggap kasus tersebut banyak kejanggalan untuk itu lah beberapa Tokoh dan rekan Pers diSurabaya ramai - ramai mendatangi kediaman Dahlan untuk memberi semangat.

spanduk Save Dahlan Iskan, dokpri
spanduk Save Dahlan Iskan, dokpri
Bahkan dibeberapa sudut jalan terpampang spanduk yang berisi save Dahlan Iskan.

Perlu diketahui dalam kasus korupsi tersebut Dahlan divonis dua tahun dengan denda 100 juta.

Dari Putusan itu Dahlan akan melakukan banding.

Pesan Dahlan terhadap kasus yang menimpanya adalah  berpesan kepada Direktur yang menjabat di Perusahaan BUMN maupun BUMD untuk belajar dari sidang dirinya. 

Ia tak menyangka pengabdiannya kepada perusahaan Daerah justru menjerumuskannya.

Jangan sampai Dahlan hanya dijadikan tumbal karena kekuasaan.

Kasus Ahok dan Dahlan hampir sama karena Beliau memiliki sifat tegas dan berani otomatis banyak pihak yang tidak menyukai sepak terjangnya.

Pastinya ulah dari Pasukan Barisan Sakit Hati tidak menginginkan adanya Tokoh seperti Dahlan dan Ahok karena dapat menghambat sumber pendapatan mereka.

Terbukti akibat permainan kotor yang oleh dilakukan Barisan Sakit Hati Dahlan harus tersingkir dari dunia Politik.

Berkaca dari kasus Dahlan dan Ahok kayaknya diNegeri ini sudah tidak membutuhkan lagi orang yang bersih dari korupsi serta berani melawan para koruptor.

Berharap masih ada keadilan diNegeri ini bagi Tokoh yang mempunyai loyalitas dalam memperjuangkan kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun