Kalau bicara tentang  Gus Dur tidak akan ada habisnya terutama tentang jasanya bagi Negeri ini. Keberanian Beliau dalam menjalankan roda pemerintah itu menjadi ciri khasnya. Bahkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengapresiasi perjuangan Abdurrahmah Wahid (Gus Dur) dalam memperjuangkan kewarganegaraan kelompok keturunan Tionghoa di Indonesia.
Bicara tentang Imlek pastinya akan teringat tentang kiprah Gus Dur dalam memperjuangkan kaum Tionghoa. Berkat jasa Gus Dur kaum Tionghoa dapat dengan leluasa menjalankan Ibadahnya. Setelah sekian lama Imlek tidak bisa diperingati bahkan perayaan Imlek tidak akan terjadi tanpa ada Gus Dur.  Makanya setiap perayaan Imlek tiba pastinya warga keturunan akan teringat oleh sosok Gus Dur. Perjuangan Gus Dur membela kaum minoritas semakin dipertegas kala Ia menjadi Presiden Republik Indonesia  keempat. Dimana diwujudkan dengan mencabut Peraturan Pemerintah  No. 14 tahun1967. Yang mana kemudian dilanjutkan oleh Megawati dengan penetapan Imlek sebagai hari libur Nasional melalui Kepres No. 19 tahun 2002.
Berkat kebijakan tersebut warga keturunan bebas merakayan Imlek. Dapat dikatakan Etnis Tionghoa merupakan bagian dari sejarah dan kebudayaan Bangsa Indonesia. Menurut sejarah warga Tionghoa ikut membantu dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan kolonial Belanda dengan menjadi pemasok persenjataan. Oleh karena itu tidak ada perbedaan sudah selayaknya dapat tempat dimasyarakat. Begitu juga dimata hukum warga keturunan sudah seharusnya diperlakukan sama.
Sejarah singkat keberadaan warga keturunan diIndonesia. Bisa dilihat dalam kehidupan kelompok Tionghoa di Nusantara, pada dasarnya sudah membaur dengan masyarakat pribumi. Sebagai  kelompok pendatang warga keturunan kebanyakan berprofesi sebagai pedagang. Selanjutnya mereka banyak yang menikah dengan perempuan pribumi. Sehingga begitu besarnya pengaruh pembauran ini hingga mampu mempengaruhi dalam sejarah perkembangan kehidupan kerajaan dengan para Rajanya. Termasuk  perkembangan agama Islam dengan para ulamanya.Â
Perjuangan Gus Dur membela kaum minoritas sudah dimulai dari masa-masa sulit sekitar tahun 1998. Kala itu Gus Dur masih menjabat Ketua Umum PBNU dimana keputusannya menimbulkan protes dimasyarakat. Dimana Beliau menyerukan kepada keturunan China yang berada diluar Negeri untuk segera kembali diIndonesia dan dijamin keselamatan. Meskipun keputusan itu menimbulkan pro dan kontra tapi bukan namanya Gus Dur kalau tidak berani menjalankan seruan tersebut.
Perlu diketahui Gus Dur masih memiliki darah keturunan Tionghoa. Jasa dan sumbangsih terbesar Gus Dur terhadap bangsa adalah perjuangannya yang pantang mundur dalam mengusung pluralisme. Selain itu semasa hidupnya Gus Dur sebagai Tokoh terdepan dan berani memerangi sikap - sikap Intoleran dari suatu penganut agama. Karena sikapnya memperjuangkan pluralisme maka tidak salah kalau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala itu menjulukinya sebagai sebagai Bapak Pluralisme.Â
Melalui tulisan ini satu hal saya mau mengatakan: "tanpa Gus Dur semua jadi repot".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H