Mohon tunggu...
Charles Brahmanta
Charles Brahmanta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Dengan karya tulis saya akan diingat,melalui sebuah tulisan akan mampu mengungkap tabir kebenaran. Facebook : Charles Sandy Friz Twitter : Charles Friz IG : charlessandyfriz

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Keterpurukan Kebun Binatang Akibat Salah Pengelolaan

22 Januari 2017   11:08 Diperbarui: 22 Januari 2017   12:13 2590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tuntutan karyawan KBS kala itu, dokpri

Bicara soal kebun binatang pastinya kita memiliki kenangan tersendiri. Melihat tingkah lucu para hewan itu merupakan daya tarik dari kebun binatang. Di samping itu kebun binatang bukan hanya dijadikan tempat wisata. Tapi pengunjung akan dapat pengetahuan lebih tentang dunia hewan.

Buaya koleksi KBS,dokpri
Buaya koleksi KBS,dokpri
Selain itu para pengunjung bisa melihat secara langsung atraksi para hewan. Ditambah sejuk hawanya membuat pengunjung enggan beranjak. Perlu diketahui Kebun Binatang Surabaya merupakan salah satu kebun binatang tertua. Kebun Binatang Surabaya atau biasa disingkat KBS mempunyai pengunjung setia.

Rata-rata mereka berasal dari rakyat jelata. Adapun keunggulan lain yang dimiliki KBS adanya tempat untuk edukasi. Makanya di hari biasa begitu banyak para pelajar melakukan penelitian.

Irfan Hakim lagi syuting diKBS dokpri
Irfan Hakim lagi syuting diKBS dokpri
Bukan itu saja KBS sering dijadikan tempat syuting para artis dengan berbagai event. Jauh sebelum adanya konflik dan campur tangan Pemkot ini kondisi aslinya berbeda. Kondisi kebun binatang saat itu sungguh berubah. Keadaan hewan yang tidak terawat, belum lagi kondisi kebun binatang yang kotor dan berbau. Bermula dari kasus tersebut akhirnya kebun binatang jadi sorotan dunia akibat kelalaian dari pengurusnya.

Permasalah yang menimpa hampir semua kebun binatang sama yaitu tata cara pengelolaan dan kurangnya perhatian. Selain itu kurangnya perawatan terhadap hewan itu lah salah satu penyebabnya banyak hewan meninggal dan tidak terurus. Dalam hal ini saya akan mengulas khusus tentang permasalahan yang pernah menimpa Kebun Binatang Surabaya.

Tuntutan karyawan KBS kala itu, dokpri
Tuntutan karyawan KBS kala itu, dokpri
Saya sangat paham apa yang menimpa dan dirasakan para hewan saat itu. Kurang lebih tiga tahun saya berada di Kebun Binatang Surabaya. Jadi sangat tahu seluk beluk KBS yang mana banyak pengunjung tidak mengetahuinya. Khusus permasalahan yang dialami Kebun Binatang Surabaya kala itu sangat kompleks.

Apa yang terjadi sebenarnya? Sebelum dikelolah Pemerintah Kota Surabaya kondisi Kebun Binatang Surabaya sangat memprihatikan. Itu berawal dari konflik karyawan dan pengurus yang mana mengakibatkan para hewan tidak terurus, sehingga mengakibatkan banyak hewan yang mati. Belum lagi ada pengurangan jatah makan hewan.

Pengunjung sedang bermain sama orang utan, dokpri
Pengunjung sedang bermain sama orang utan, dokpri
Juga ulah oknum karyawan nakal yang membawa pulang makanan hewan. Ketika ada kasus beruang ngamen minta makan di Kebun Binatang Bandung, itu menunjukkan kondisi sesungguhnya dari badan beruang yang terlihat sangat kurus. Menurut Sekjen Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) Tony Sumampau mengatakan bahwa beruang madu di Kebun Binatang Bandung dalam kondisi sehat. Aneh Beruang bernama Kardit berusia 25 tahun kok bisa dikatakan sehat? Padahal jelas kurus serta cacingan.

Itulah setiap polemik yang terjadi di kebun binatang dan selalu ditutupi. Bagi saya tidak kaget, hal semacam ini akan terus terjadi jika cara pengelolaan tetap sama. Apalagi kalau kebun binatang tersebut hanya mengandalkan tiket pengunjung, akan sangat susah berkembang. Lama-lama kebun binatang itu akan tutup. Sumber pendapat kebun binatang antara lain berasal dari salah satunya pemasukannya berasal dari tiket pengunjung dan berbagai event yang dilaksanakan.

Selain itu ada beberapa stand penyewa plus sponsor, itupun kalau ada. Ada kalanya pemasukan tidak sesuai dengan pengeluaran. Bisa dibayangkan biaya makanan hewan yang bisa mencapai miliaran itu belum termasuk gaji karyawan. Kesulitan dana salah satu faktor dari permasalahan yang ada di kebun binatang. Belum lagi banyak kebun binatang yang memiliki konsep lebih modern.

Secara otomatis hal ini mengurangi jumlah pengunjung. Berharap setelah kebun binatang dipegang Pemerintah Kota akan ada perubahan, ternyata tidak ada perubahan berarti. Bahkan beberapa hari lalu KBS jadi sorotan kembali karena ada salah satu hewan yaitu gajah kakinya dirantai.

Menurut pihak KBS katanya gajah itu sedang birahi makanya dirantai. Secara jujur saya sangat sedih melihat hewan tersebut sering dikasari. Contohnya gajah ketika tidak mematuhi perintah sang pawang akan memukulnya.

Ini tidak berlaku buat gajah saja tapi hewan lain. Kondisi ini diperparah karena rata-rata keadaan kandangnya tidak memenuhi standar. Memang rata-rata kebun binatang yang lama masih menggunakan kandang. Seharusnya yang benar adalah para hewan dilepasliarkan seperti di Taman Safari. Tujuannya agar bebas seperti di habitatnya. Kesedihan yang dirasakan hewan terlihat dari sorotan matanya menginginkan pertolongan, sayangnya mereka tidak bisa bicara.

Minimal dengan masuknya Pemkot sebagai pengelola, wajah KBS mengalami perubahan. Seharusnya hal itu juga yang dilakukakan untuk menyelamatkan Kebun Binatang Bandung. 

Dalam mengelola kebun binatang, yang paling dibutuhkan adalah adanya kepedulian dan kecintaan terhadap hewan serta dikelola secara profesional. Kebun binatang jangan dijadikan ladang bisnis. Peran serta Pemkot dan BKSDA bisa menjadi penunjang dalam pengembangbiakan hewan. Yang paling utama kebun binatang jangan ditutup karena juga merupakan paru-paru kota dalam mengurangi polusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun