Mohon tunggu...
Charles Brahmanta
Charles Brahmanta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Dengan karya tulis saya akan diingat,melalui sebuah tulisan akan mampu mengungkap tabir kebenaran. Facebook : Charles Sandy Friz Twitter : Charles Friz IG : charlessandyfriz

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Ran, Pejuang dan Penjual Kue Rangin yang Langka

20 Desember 2016   01:28 Diperbarui: 21 Desember 2016   00:56 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nampak pembeli sedang ngantri nunggu pesanannya (Dokumentasi Pribadi)

Setiap manusia harus memenuhi kebutuhan dengan berbagai cara yang penting halal. Suatu keharusan manusia wajib kerja. Seberat apa pun pekerjaan sesorang kita harus menghargai bagaimana pun mereka itu semua pahlawan buat keluarganya. Kerja keras itu lah semangat bagi mereka dalam menjalani kerasnya kehidupan. Seandainya hidup kita bisa milih pastinya keinginan semua orang tidak mau susah dalam menjalani kehidupan.

Hidup itu  pilihan, semua kembali ke individu masing - masing. Seperti sosok yang satu ini kegigihan untuk memenuhi kebutuhan hidup patut diacungi jempol. Karena rasa penasaran itu lah saya mencoba mendekati beliau. Kebetulan hari itu didaerah sekitar Tugu Pahlawan sangat cerah jadi sangat pas untuk berputar - putar melihat aneka macam dagangan dari pakaian hingga makanan. Dan mata saya tertuju pada seorang pedagang yang menjual salah satunya jajanan tradisional yaitu rangin.

Kue rangin salah satu jajanan yang mulai susah ditemui. Awalnya pemikiran saya terhadap penjualnya biasa aja seperti pedagang lainnya. Sambil menunggu pesanan, saya mencoba mendekati dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Berikut petikan pertanyaan saya dengan Pak Ran :

Sudah beberapa lama jualan kue rangin ?

Pak Ran: sejak tahun 1989.

Dari jam berapa jualannya pak ?

Pak Ran: 08.00 - 11.00.

Asli mana?

Pak Ran: Tuban.

Rumahnya daerah mana?

Pak Ran: Pasar Tembok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun