Mohon tunggu...
Charles Brahmanta
Charles Brahmanta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Dengan karya tulis saya akan diingat,melalui sebuah tulisan akan mampu mengungkap tabir kebenaran. Facebook : Charles Sandy Friz Twitter : Charles Friz IG : charlessandyfriz

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sudah Saatnya Kaum Perempuan Melakukan Perlawanan

11 Desember 2016   17:11 Diperbarui: 11 Desember 2016   20:43 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Kalau kita bicara KDRT, tidak akan habis untuk mengulasnya dan butuh keberanian untuk ambil tindakan. Seolah kasus tersebut begitu kompleks sehingga si korban enggan untuk melakukan penyelesaian. Kasus kekerasaan, perkosaan, hingga pembunuhan terhadap perempuan terus meningkat.

Korbannya itu mulai dari ibu hingga anak. Motifnya itu beragam, mulai dari ekonomi, perselingkuhan, nafsu dll.. Dan pastinya yang dijadikan sasaran amarah itu selalu ibu dan anak. Cuma, pertanyaan saya kenapa mereka hanya diam menerima kenyataan.

Seperti kasus yang menimpa sosok wanita satu ini. Sebut saja namanya Bunga. Kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) ini terjadi di hadapan saya. Jadi, saya tahu persis kejadiannya. Hari itu sekitar pukul delapan pagi terdengar orang berteriak-teriak sambil gedor-gedor pintu rumah.

Karena suaranya begitu keras, akhirnya saya bangun dan bertanya-tanya dalam hati ada apa. Begitu sampai pagar, suami dari wanita tersebut tidak berhenti untuk berteriak. Setelah dibukakan pintu, cobalah saya bertanya, "Ada apa Mas kok marah-marah?" "Gimana tidak marah? Istri saya ini barusan bersetubuh dengan sebut saja Z itu lho saudaramu."

Sempat bingung saya saudara yang mana ya? Akhirnya saya tanyakan langsung ke Bunga, "Apakah kamu benar melakukan itu sama Z?" Jawabannya, "Saya berani sumpah tidak melakukan ML." Ironisnya, di tengah menjawab, tangan si suami tidak berhenti melakukan pukulan di wajah hingga seluruh tubuh.

Bukan hanya pukulan yang diterima, tapi muka perempuan tersebut sampai diludahi. Ditambah lagi makian yang tidak pantas diucapkan. Intinya kelakuan si suami parah banget. Saya berpikir penyiksaan itu sudah cukup dan diselesaikan secara damai. Ternyata selang beberapa hari si Bunga telepon sambil menangis dan mengatakan, "Saya mengalami KDRT." Akhirnya kami ketemu lagi sambil menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi sebelum masuk ke inti permasalahan betapa kaget saya ketika wanita tersebut menceritakan setelah sampai di rumah penyiksaan berlanjut.

Tangan korban mengalami lebam, dokpri
Tangan korban mengalami lebam, dokpri
Ketika saya bertemu Bunga, nampak wajah, tangan, seluruh badannya lebam semua. Rasa penasaran saya terhadap apa yang dituduhkan suaminya terhadap istrinya. Itu semua tidak terbukti. Selain itu, bukti yang menguatkan pun tidak ada. Mereka mengatakan, "Memang kita ketemu di hotel, cuma tidak berbuat aneh-aneh. Saksinya ada orang tua dan anak saya," kata Bunga. 

Dari cerita di atas, kenapa kaum perempuan selalu diam tidak berani ambil tindakan? Perlu diketahui, penyiksaan dialami Bunga sudah lebih dari dua tahun. Dalam hal ini, tidak ada niat saya untuk membuka aib rumah tangga orang, tapi sebagai pembelajaran terhadap berbagai kasus kekerasan khususnya yang menimpa kaum perempuan agar lebih berani bertindak dalam melawan berbagai macam bentuk penindasan.

Rata-rata alasan kaum wanita mengatakan itu bapaknya anak-anak, masih cinta dll. Apa tunggu nyawa melayang baru ambil tindakan? Padahal polisi sudah menyediakan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak itu harus dimanfaatkan dengan adanya laporan tindakan kekerasan minimal bisa membuat efek jera para suami yang mempunyai tabiat buruk.

Solusi terahkir adalah perceraian. Kalau sudah begini yang dirugikan bukan hanya ibu, tapi anak akan mengalami ketakutan dan trauma berkepanjangan. Banyak kasus contohnya kalau anak perempuan bisa jadi takut menikah karena melihat latar belakang ibunya yang sering mengalami penyiksaan.

Sedangkan kalau anak laki-laki bisa melampiaskan kekeselannya terhadap teman dekatnya. Melalui tulisan, saya berharap kaum wanita sudah waktunya melakukan perlawanan terhadap apa yang alami. Dengan adanya tindakan nyata dan keberanian minimal bisa mengurangi tindakan kekerasan yang sering dialami kaum wanita.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun