Salah satu sisi Honda Vario 150 eSP (gambar astra-honda.com)
Jujur, saya salah satu penyuka sekaligus pengguna setia motor matik. Sejak merantau di Jakarta, tunggangan matik selalu menjadi teman setia. Demikian pun saat kembali ke kampung halaman, nun di bagian timur Indonesia, motor matik pula menjadi andalan.
Namun demikian, tak semua skuter matik mampu menjawab keinginan dan memenuhi kebutuhan. Paling tidak, memperhitungkan tingkat ‘ketermuatan’ dan kenyamanan berkendara. Bagi saya, itu menjadi pertimbangan elementer, walau masih ada alasan lain yang bisa dikedepankan.
Dengan tinggi badan di atas rata-rata, tentu saya membutuhkan tunggangan yang nyaman dan tak menyulitkan saya untuk bermanuver di jalan raya ibu kota yang terkenal macet bukan kepalang. Ditambah lagi bila harus boncengan, atau mengangkut beberapa anggota keluarga.
Sayangnya sejauh ini, keinginan dan kebutuhan tersebut masih sebatas angan. Boleh dikata masih menjadi kerinduan yang terus diperam. Beberapa teman kantor menganjurkan saya untuk mencari motor gede alis moge. Namun entah mengapa saya selalu berkata tidak. Bisa jadi saya telah jatuh cinta dengan matik.
Pertemuan dengan Honda Vario
Kurang lebih setahun terakhir saya bekerja di salah satu perusahaan media. Rerata rekan-rekan kerja saya mengendarai motor ke kantor. Dan sebagian besar menggunakan motor matik.
Dari antara deretan motor matik itu, tatapan mata dan kerinduan saya akhirnya bertumbukan dengan sesosok tunggangan warna hitam, bertubuh kekar, bermata tajam, dan sangat gagah.
“Saya beli [motor] ini belum lama. Nyaman, tenaganya oke, bisa memuat beberapa anggota keluarga,”tutur Yanto (45), rekan kerja, menjawab rasa ingin tahu saya.
Dari berbagai pengakuan dan kisah yang dibagikan, ada banyak hal yang meluncur dari mulutnya. Namun, ada dua poin yang ditangkap dari testimoni rekan tersebut: nyaman dan tenaganya oke.
Well, dua hal tersebut sedikit banyak menjawab kerinduan saya. Namun, sebagai pengendara yang telah lama mengakrabi kendaraan roda dua, dua atribut tersebut masih jauh dari memadai untuk meyakinkan saya. Apa benar demikian?