Bila kita perhatikan daftar rangking BWF beberapa pekan terakhir ada sejumlah nama baru di puncak peringkat dunia. Hanya Lee Chong Wei (Malaysia) dan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang) yang masih stabil di daftar teratas sektor tunggal putra dan ganda putri. Sementara itu di tiga sektor lain ada nama-nama baru seperti V Shem Goh/Wee Kiong Tan (ganda putra/Malaysia), Ko Sung Hyun/Kim Ha Na (ganda campuran/Korea Selatan) dan Tai Tzu Ying (tunggal putri/Taiwan).
Goh/Tan dan Ko/Kim merangsek ke puncak selain karena prestasi juga tak lepas dari pensiunnya Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong (Korea Selatan) serta mundurnya pemain serba bisa dari Tiongkok, Zhao Yunlei yang sebelumnya merajai ganda campuran bersama Zhang Nan.
Sementara di sektor tunggal putri dominasi Carolina Marin dari Spanyol akhirnya bisa dipatahkan Tai Tzu Ying. Setelah menumbangkan petenis India PV Sindhu di final Hong Kong Open pada akhir November lalu perolehan poin Tai (78651) melampaui juara Olimpiade Rio 2016 itu (77750).
Mencuatnya nama Tai memang cukup mengagetkan. Namun bila melihat sepak terjangnya sejak awal hingga kini prestasi tersebut bukan sesuatu yang berlebihan. Rangking dunia ditentukan berdasarkan peroleh poin di setiap turnamen yang diikuti karena itu dengan sendirinya mencerminkan prestasi yang diraih. Tidak ada sesuatu yang jatuh dari langit, demikian bahasa lainnya.
Demikianpun dengan Tai. Wanita yang baru berusia 22 tahun ini sesungguhnya sudah lama mencuri perhatian dunia. Berayahkan petugas pemadam kebakaran sekaligus direktur komite bulu tangkis Kota Kaohsiung, tempat kelahirannya, Tai sudah mulai mengenal bulu tangkis sejak sekolah dasar.
Prestasinya pun datang sejak dini. Mulai menjuarai kompetisi domestik sejak kecil, lantas mengepakkan sayap ke kancah internasional dengan mengikuti Vietnam Terbuka pada 2009. Saat itu ia baru berusia 15 tahun dan sukses menjadi finalis.
Ia mulai menjadi buah bibir ketika memenangkan gelar Super Series pertama pada 2012. Menjuarai Jepang Terbuka lantas mencatatkan namanya sebagai pemain termuda yang memenangkan turnamen level tersebut. Meski kemudian posisinya sebagai juara Super Series termuda saat berusia 18 tahun bergeser ke urutan ketiga setelah Ratchanok Intanon dari Thailand menjuarai India Super Series 2012 dan pemain Jepang Akane Yamaguchi berjaya di tanah airnya tahun 2013.
Selama lima tahun kiprahnya hingga 2015, wanita yang berulang tahun pada 20 Juni ini total mengemas 7 gelar, dan empat dari antaranya dari ajang super series. Saat itu ia pun bercokol hingga urutan enam dunia, bersaing dengan para pemain Tiongkok yang menguasai papan atas.
Salah satu pencapaian terbaik Tai tahun ini ialah menjuarai Indonesia Open Super Series Premier. Tai yang merupakan juara Super Series Finals 2014 itu tampil apik di Istora Senayan, Jakarta saat berhadapan dengan Wang Yihan. Jagoan Tiongkok itu dibuat tak berkutik dan menyerah straight set 21-17 dan 21-8.
Racket Skill Mumpuni
Tubuh Tai tidak sejangkung Carolina Marin. Tingginya hanya 163 cm, lebih pendek dari Ratchanok Intanon dan lebih tinggi beberapa cm saja dari Nozomi Okuhara (Jepang). Meski demikian tak menghalanginya untuk menunjukkan banyak keunggulan.
Salah satu yang mencolok dari Tai, selain backhand keras, adalah racket skill ciamik. Legenda bulu tangkis Denmark yang kini menjadi komentator BWF, Morten Frost Hansen terkagum-kagum melihatnya di Super Series Finals 2014.