[caption caption="Ramires dan rekannya David Luiz bersama trofi Liga Champions (gambar Dailymail.co.uk)"][/caption]Bukan berita baru, bahkan hampir menjadi biasa, Liga Super China semakin naik daun, menjadi primadona baru di jagad sepakbola. Seiring ekspansi multidimenisional, menyapu hampir di semua bidang kehidupan, Tirai Bambu pun mulai menancapkan kukunya di dunia sepakbola.
Negeri Asia Timur itu benar-benar menunjukkan keseriusannya untuk turut memanfaatkan potensi ‘kue’ industri sepakbola. Dari data yang dirilis FIFA berdasarkan konsultan Deloitte, Liga Super China mengalami pertumbuhan terbesar dalam lima tahun terakhir dan kini telah menjadi salah satu pasar utama industri sepakbola (Antaranews.com).
Tahun lalu belanja pemain di seluruh dunia menembus rekor baru, menginjak angka 4,18 miliar dollar AS. Pertumbuhan yang signifikan, hampir setengah dalam lima tahun terakhir. Seperti sudah bisa diduga, di jendela transfer musim panas lalu Liga Primer Inggris paling royal berbelanja dengan menghabiskan tak kurang dari 870 juta poundsterling (Rp18,8 triliun). Meski tak disebutkan angka pasti, Tiongkok mencatatkan pertumbuhan terbesar.
Salah satu titik tumbuh industri sepakbola Tiongkok terjadi saat Xu Jiayin membeli Guangzhou Evergrande. Â Pembelian ini benar-benar mengejutkan karena sebelumnya klub tersebut terhempas ke divisi dua Liga China.
Sang taipan membalikan pesimisme banyak orang dengan perlahan-lahan memoles dan mengembangkan klub. Dengan modal sumber daya manajerial yang baru, Â Xu melanjutkan terobosan dengan memboyong salah satu pelatih terbaik dunia, Marcello Lipi.
Tak hanya pelatih top dengan bayaran nyaris setara dengan klub elit Eropa, ia pun melakukan pembenahan tim dengan mendatangkan para pemain dari Amerika Latin. Tak hanya gaji yang menjanjikan, mereka juga dimanjakan dengan fasilitas wah.
Terobosan ala Romah Abramovich di Chelsea dan Sheik Mansour di Manchester City ini terbukti jitu. Klub tersebut pun menjelma menjadi salah satu raksasa. Tak hanya di kancah domestik tetapi juga di tingkat Asia, di antaranya menjuarai Liga Champions Asia 2013.
Dampak lebih lanjut, antusiasme masyarakat yang sempat terkikis akibat skandal suap dan korupsi kembali tumbuh. Tak hanya menjadi penonton pasif, masyarakat pun mulai mengirim anak-anaknya ke sekolah-sekolah sepakbola.
Pada titik ini, Xi mulai menuai apa yang telah dikeluarkan. Ia memanen investasi besar-besaran yang telah  digelontorkan melalui iklan dan sebagainya. Xi jitu mengembangkan bisnis sepakbola di tengah pangsa pasar Tiongkok yang menjanjikan. Bisa dibayangkan berapa banyak pendapatan yang diperoleh dari kue iklan misalnya, yang menyasar bermiliaran pendukut Tiongkok itu.
Maka tak heran bila Tiongkok menjadi primadona baru bagi para investor untuk berbisnis, sekaligus magnet bagi para pesepakbola dunia untuk mengais rezeki.
Di tengah persaingan sepakbola Tiongkok, Evergrande terus berbenah untuk tampil terdepan. Mantan pelatih timnas Brasil Luiz Felipe Scolari didatangkan. Jose Paulo Bezerra Maciel Junior atau karib disapa Paulinho rela meninggalkan Tottenham Hotspur untuk bergabung dengan Scolari. Striker veteran Brasil, Robinho pun kepincut untuk memberikan warna Samba di Evergrande.